All Chapters of KALI KEDUA: Chapter 51 - Chapter 60
141 Chapters
Pelajaran untuk Bian
Rina merasa diawasi. Mata Byanca setajam mata elang. Mata itu menembus organ dalam Rina. Meski mulutnya tak bersuara tetapi Rina mengerti jika Byanca ingin melayangkan protes.  Rina tampak tak mempedulikan. Ia masuk ke dalam kamar tidur di sebelah ruangan Ken. Jadi, tempat Ken dirawat rumah sakit ini merupakan ruangan VIP. Ada sebuah kamar tidur, pantry, dua buah toilet hingga perabotan lainnya. Bisa dikatakan mirip seperti apartemen.  Byanca hendak mendatangi Rina karena tega mengusir papinya. Byanca tahu bahwa Dewo telah mengecewakan mereka tetapi mengusir secara langsung seperti itu juga terlalu berlebihan. Tadinya Byanca ingin mengajak Dewo berbicara di kantin rumah sakit. Bukan Rina namanya jika mengizinkan. Ia menarik tangan Byanca ke dalam ruangan Ken.  “Mi…” suara parau Ken membuyarkan lamunan Byanca.  “Iya, Sayang.” Byanca mengambil segelas
Read more
Aksi Protes Rentina
Suasana dingin menyelimuti ruangan inap Bian. Hembusan angin terdengar lirih bersanding dengan suara jarum jam.  Perbedaan karakter memang merupakan salah satu alasan perpisahan. David tak bisa mengelak, ia memang tak pernah menyukai sikap ketus Rentina. Ia yang lembut akan sangat berbanding terbalik dengan Rentina.  “Aku ke sini bukan untuk berdebat,” putusnya. Bagaimanapun ia sangat menyukai kedamaian. Hidup damai itu menyenangkan, meski ketinggalan tetapi tak merusak kejernihan hati.  Dia duduk di sebelah Bian. Melihat putranya terbaring juga kesedihan baginya.  Rentina juga merasakan kesal jika berlama-lama di ruangan ini bersama mantan suaminya. Ia mengambil tas kemudian pamit pergi.  David menghela napas ketika menyaksikan pemandangan itu. Dulu, mereka adalah korban perjodohan kedua orang tua sehingga tak ada cara untuk saling menolak. S
Read more
Perubahan Rentina
Rentina tak langsung pulang. Ia memilih pergi ke suatu tempat. Pemikirannya terlihat runyam. Ia sama sekali tak yakin atas ucapan Max. Bian bukan anak yang sejahat itu. Dia yang melahirkan Bian. Jadi, dia mengetahui karakter Bian dengan jelas.“Apa yang membuatmu datang ke sini?”Dia menuangkan minuman ke dalam gelas Rentina. Dari tutur katanya bahwa sangat jelas jika mereka memiliki hubungan yang akrab.“Ada yang sedang bermain-main denganku.” Rentina mengatakan dengan mata terbakar, tangannya terkepal. Orang di hadapannya dapat merasakan emosi Rentina.Dia masih belum mengerti permasalahan yang menyulitkan Rentina. Ia hanya diam, menunggu Rentina akan menyampaikan sendiri permasalahannya.Jika seorang anak akan menangis ketika terserang permasalahan kepada ibunya, maka tidak dengan Rentina. Dia akan menangis, mengeluh dan meminta perlindungan kepada wanita di hadapannya ini. Rentina merasa nyaman bila berada di dekatnya.
Read more
Keadaan Ken
“Ngomong-ngomong, Tuan. Ada berita baik untuk Anda. Ken besok pagi sudah diperbolehkan pulang,” beri tahu Frans.Hal itu membuat Dewo terlihat senang. Ia tersenyum setelah dari tadi menekukkan wajahnya. Ia membuka dompetnya dan melemparkan sebuah kartu pada Frans. “Pergilah berbelanja! Belikan Ken mainan, pakaian, sepatu atau apapun yang membuatnya bahagia.”Jika itu untukknya, maka Frans akan dengan suka rela menerima. Namun, ini untuk Ken. Dia bahkan belum memiliki anak, bagaimana ia bisa mengerti apa yang disukai anak kecil. Tak berani melawan, ia pun dengan patuh pergi. Pikirnya nanti ia akan bertanya pada petugas toko-toko yang ada. Bosnya tidak akan bangkrut bila ia membeli asal-asalan.***Keesokan pagi disambut dengan keceriaan Ken. Ia berceloteh tentang sekolah, mainan hingga film yang baru ditonton tadi malam. Byanca pun dengan senang hati merespon ucapan demi ucapan tersebut. Sembari Ken sarapan, Byanca mengambil kesempa
Read more
Rencana Indira
Bian terus menatap jendela. Di luar sedang hujan. Atensinya hanya berputar pada rintik yang jatuh dengan riak. Tak sedikit pun ia palingkan perhatiannya. Sejak semalam, dokter mengatakan bahwa ia sudah membaik. Anjuran untuk beristirahat di rumah pun sudah dokter tersebut sampaikan. Namun, Bian meminta waktu untuk berada di rumah sakit ini lagi setidaknya satu hari tambahan.Bukan karena ia menyukai sakit atau karena ingin mencium bau obat-obatan yang menyengat, melainkan hanya karena di tempat ini ia merasakan keheningan. Tidak ramai dan tidak banyak tuntutan.Baik Rentina maupun David ia pinta untuk pulang. Mereka cukup renta untuk mengurusi Bian siang dan malam. Bian sadar diri bahwa dia bukanlah anak satu-satunya mereka. Dalam arti kata, kedua adiknya juga membutuhkan kehadiran orang tua mereka. Bian tidak pernah semanja ini ketika ia sakit setelah kedua orang tuanya resmi bercerai. Biasanya ia akan merawat luka itu dengan sendiri dan setelah menikah, Byanca lah ya
Read more
Perhatian Indira
Indira tak mau pulang. Ia menolak permintaan Bian yang menyuruhnya pulang, bahkan Rentina juga secara sengaja memujuk Bian agar menerima kehadiran Indira. Dia memang berada di rumah sakit. Namun, beberapa hal pribadi tidak bisa dibantu oleh suster. Begitu alasan Rentina.Dari pada berkepanjangan rebut, Bian hanya diam saja. Ia sama sekali tak mau meladeni Indira. “Terserah apapun yang akan kau lakukan!” tegasnya.Jika bukan karena tujuna, Indira juga tak mau repot berurusan dengan manusia batu seperti Bian. Karirnya sudah hancur setelah isu tentang perselingkuhan mereka. Tidak ada rumah produksi atau kliennya yang membutuhkan jasanya, padahal ia sudah susah payah membangun portofolio sebagai artis muda. Terkadang, ia juga merindukan ruang akting. Rentina menghibur Indira dengan menawarkan pengajaran vokal secara gratis.Siapa yang tak mau menjadi murid Rentina? Di luar sana sangat banyak orang yang berbondong-bondong ingin menjadi murid musisi legend
Read more
Penolakan Indira
“Brian, jangan keterlaluan!” sekali lagi Rentina mengingatkan Brian. Indira masih tamu di rumah ini, sudah seharusnya ia diperlakukan dengan hormat.Brian tetaplah Brian. Ia tak terlalu menggubris kemarahan Rentina. Lagi pula ia tak berbohong ayam itu memang keras.Bian yang tak watak adik kandungnya ingin menyicipi ayam tersebut juga. Namun, Indira memagangi tangannya, “Jangan,” katanya sambil menggeleng bahkan matanya terlihat berkaca-kaca.“Ini tidak layak untuk dimakan.” Indira buru-buru mengambil piring ayam tersebut dan bergegas membuangnya ke dalam tong sampah. Ia merasa gagal dan malu sekaligus. Mengingat sikap Brian membuatnya kecewa pada diri sendiri.Rentina menginjak kaki Brian, “Tidak bisakah kamu lebih menghargai orang lain?” ucap Rentina dengan sedikit berbisik agar Indira tak mendengar.Brian mengadu kesakitan. “Bukannya Bunda bilang kalau kita harus selalu jujur?”Y
Read more
Rencana Pernikahan Indira dan Bian
Seperti berganti hari baru dengan stamina terbaru, Bian sudah merasa lebih baik. Telah lebih dari 1 minggu ia beristirahat dan sekarang waktunya untuk kembali bekerja. Bian menghela napas seiring dengan ingatan bahwa kondisi perusahaannya tidak baik-baik saja. Ia ingin sekali berdiskusi dengan daddy Rams tetapi nomor beliau tidak aktif dan Bunda pun tidak mengetahui keadaannya.Bian sempat menaruh curiga tentang kondisi rumah tangga Bunda dan Daddy. Ia tak menginginkan keduanya berpisah. Ini pernikahan kedua untuk bundanya, pasti akan sangat sulit baginya menerima kegagalan kembali. Ia sudah bertanya pada Bunda mengenai hal itu. Namun, hanya dibalas dengan, “Tidak ada masalah kok. Daddy sedang perjalanan bisnis saja.”Bian bukan anak seusia Ken yang mudah untuk ditipu, meski ia tak tahu kondisi jelasnya. Namun, ia tetap merasa keganjalan. Bisa dikatakan ini kali pertama Daddy menghilang tanpa siapapun penghuni rumah yang tahu.“Bian berangkat,
Read more
Bukan Pilihan
Menikah memang tujuan dalam sebuah hubungan asmara. Setiap pasangan ingin berakhir dalam pernikahan. Membayangkan hidup bersama dengan orang yang dicintai adalah sesuatu yang diidamkan. Bian terganggu dengan perintah Bunda tersebut. Menikahi Indira adalah sama saja menggali kuburan baginya. Ia tidak pernah mencintai Indira. Bagaimana ia bisa hidup dengan orang yang sama sekali tak dicintai? Jika dulu, ia secara suka rela bahkan tergesa-gesa ingin menikah karena ia telah menemukan seorang bidadari yang dicintai. Bidadari itu juga mencintainya. Mereka selalu berbagi kasih sayang dan perhatian. Namun, sekarang wanita yang akan dinikahinya tak sebaik bidadarinya dahulu. Benar kata Brian bahwa tidak ada hal dari Indira yang bisa dibandingkan dengan Byanca. Semakin ia menyelami pemikirannya, semakin ia merasa seperti masuk ke dalam perangkap. Biar Bian beri tahu bagaimana ia bisa bertemu dengan Indira. Cerita diawali dari ketika ia sedan
Read more
Kenapa Harus Seperti Ini?
“Mas Bi, lihatlah!” Seharusnya yang didapatkan Bian ketika pulang adalah ketenangan bukan aduan dari Brian. Ia dengan malas melonggarkan dasinya dan mengambil tablet yang disodorkan Brian. Entah apa yang ada di dalam layar tersebut sehingga Brian langsung mencegah begitu sampai. “Bri, tidakkah bisa nanti saja? Aku ingin beristirahat dulu?” Bian memejamkan matanya. Sungguh ia benar-benar lelah. Seharian di kantor ia terus memikirkan pernikahan dan desakan. Bila boleh kepalanya akan berteriak lelah dan butuh istirahat. “Terserah.” Brian mengambil kembali tabletnya. Ia melenggang menaiki tangga. Baru tiga anak tangga, ia menoleh ke belakang, “Selamat atas pernikahan kedua mu, Mas.”Bian yang samar-samar mendengar hal itu langsung membuka matanya. Ia melototi Brian dengan garang, “Apa maksudmu, Bri?” Brian mengangkat bahunya dengan
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status