Semua Bab Kawin Culik Sang Jenius: Bab 11 - Bab 20
109 Bab
11. Meretas CCTV
...Di atas sofa berwarna putih, pria yang saat ini tengah duduk bersama robot kecil dibahunya terlihat sedang membuka sebuah program untuk mengaktifkan sebuah tower pemancar yang ada di pulau itu kembali. Beberapa detik setelahya, jangkauan sinyal secepat kilat dapat menembus ke area terpencil itu sehingga Jayden dapat membuka beberapa laporan perusahaan dari email yang telah diterimanya.Ting! Dari beberapa email itu, ada salah satu email dengan sebuah penanda yang tiba-tiba saja menarik perhatian dari pria itu. Perlahan, ia membukanya dan ia dapat membaca sesuatu yang sepertinya mengusik hatinya.From: SusenoAda yang mencari tahu keberadaan wanita itu. Sebuah kalimat yang begitu sederhana namun mampu membuat perasaan Jayden menjadi tidak senang sehingga pria itu kemudian mengakses lokasi dimana seseorang telah berani mencari wanitanya.Klik! Lokasi ditemukan.Jayden yang saat ini tengah memeriksa sebu
Baca selengkapnya
12. Keputusan Tetua Adat
...Sepiring nasi goreng hitam kembali tersaji di depan pria yang saat ini tengah bersiap untuk meluapkan kejengkelannya itu. Tetapi sayangnya, sebelum pria itu sempat mengumpat wanita yang ada dihadapannya, tiba-tiba saja dari depan pintu rumahnya, ia dapat mendengar suara orang beramai-ramai sedang mengetuk pintu rumahnya berkali-kali.Mawar yang ada dihadapannya tampak menyunggingkan sebuah senyumnya yang langsung dapat ditangkap oleh pria itu. Sepertinya, wanita itu sangat bahagia karena ia berpikir akan ada orang yang menyelamatkannya. Omong kosong!Dengan langkah santai, Jayden kemudian memeluk wanita disampingnya itu dan menyembunyikannya dibalik tubuhnya yang kekar sembari ia berjalan menuju ke pintu yang ada disana.“Ceklek!” Pintu itupun segera terbuka menampilkan beberapa orang, bukan, mungkin lebih tepatnya belasan orang berpakaian adat Henai sedang membawa oncor dengan kaki yang beralaskan tanah. Hanya dengan melih
Baca selengkapnya
13. Menikahlah Denganku (1)
. . . “Menikahlah denganku.” Kata seorang pria sembari mengulurkan tangannya ke arah wanita yang saat ini tengah berjuang antara hidup dan mati di tengah lautan lepas dengan ombak yang semakin keras menggulungnya. Bertahan, wanita itu berjuang untuk melawan hantaman ombak yang seakan ingin menenggelamkannya. Tetapi seperinya, dirinya tidak mampu untuk lebih lama lagi mengambil nafasnya ditengan luapan air yang ingin menyeratnya semakin lebih dalam lagi. Di tengah kematian yang semakin dekat hendak menjemputnya, wanita itu teringat bahwa ia tidak bisa mati begitu saja karena mengingat bahwa ada kakek nenek yang begitu mencintainya dan pasti mereka sedang menunggu kedatangannya. Kakek nenek itu adalah milik Mawar satu-satunya setelah dirinya kehilangan kedua orangtuanya ketika masih kecil. Dengan penuh kasih sayang, mereka berdua merawatnya meskipun dalam kepedihan dan kekurangan mereka. Tetapi sekarang, kedua orangtua itu yang belum sempat diba
Baca selengkapnya
14. Menikahlah Denganku (2)
. . . Memeluk pinggang wanita yang telah ditolongnya itu dengan erat, Jayden yang telah berada di atas kapal tidak bisa berhenti untuk menatap paras cantik milik wanita yang telah menyetujui tawarannya. Mawar. Siapa yang menyangka, jika Mawar akan mau menikah dengannya saat wanita brengsek itu berada diambang kematian! Cih! Rupanya wanita sialan itu masih memiliki logika, paling tidak untuk bertahan hidup! Menyusuri, wajah mulus wanita bak dewi yang saat ini tengah menangis di dadanya, Jayden tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Wanita brengsek itu, sebentar lagi akan menjadi miliknya, hanya miliknya seorang. Ia memastikan, bahwa wanita itu tidak akan mendapatkan kebahagiaan apapun dalam hidupnya! Memandang paras itu beberapa saat, Jayden kemudian menyalakan mesinnya kembali dan melajukan motorboat yang saat ini dinaikinya untuk segera kembali menuju ke pulau Henai. Sebenarnya yang terjadi sebelumnya, Jayden yang sedang menatap layar moni
Baca selengkapnya
15. Aku Mau! (1)
. . . “AKU MAU!!!!!!!” Suara wanita bersanggul modern itu terdengar menggelegar yang membuat semua orang disana tertawa. “Hahahaha… Astaga Pak Jayden. Calon istri anda sudah tidak tahan rupanya.” “Aduh, pantas saja main culik aja.” “Cepat kawinin Pak.” Suara-suara itu menggelegar di alam bebas yang membuat Mawar ingin menutup kedua telinganya, namun ia tidak bisa. “Bagaimana Pak Jayden, apakah anda sudah siap?” Seorang penghulu telah bersiap untuk menempatkan diri dan semua orang baik pria dan wanita di masyarakat itu sepertinya tengah menantikan kesiapan mereka berdua. Tawa dan canda memenuhi “Panggung” dimana mereka berdua dinikahkan baik secara agama maupun adat. Semua orang berbahagia, tetapi tidak dengan Mawar yang saat ini masih ber-urai air mata disudut tempat dengan meja yang dipenuhi makanan tradisional di pulau itu. Sesekali, ia mengusap air matanya sebelum akhirnya ada seorang ibu yang menghampirinya.
Baca selengkapnya
16. Aku Mau! (2)
. . . “Nak. Apa yang baru saja kau lamunkan?” Ibu tua yang memakai ikat kepala dari bulu domba itu kemudian menepuk bahu Mawar yang membuat Mawar tersadar dari lamunannya. “Hem? Oh. Tidak ada apa-apa. Aku hanya melamunkan sedikit kisah dimasa lalu.” Sahutnya yang membuat ibu tua disampingnya merasa lega, karena sepertinya Mawar telah berhenti menangis. Mengambil sedikit makanan yang ada di atas daun talas, ibu itu kemudian menyuapkannya kepada Mawar yang sepertinya sedikit enggan untuk memakannya. “Ayo makanlah sedikit Nak.” Rayu ibu itu yang membuat Mawar sedikit tidak enak dan akhirnya membuka mulutnya untuk menerima suapan dari ibu tua yang beberapa menit yang lalu telah menjadi teman pertamanya di pulau terpencil itu. “Eh?! Enak. Aku mau lagi.” Kata Mawar setelah mencicipi rasa masakan tradisional yang ada disana. Ternyata, rasanya benar-benar diluar dugaannya. “Apakah aku bisa mencoba yang lainnya?” Tanya Mawar seakan tela
Baca selengkapnya
17. Malam Pertama Mereka
. . . Siang hari telah berganti malam di Pulau Heina, suara yang sebelumnya cukup riuh di tengah pulau itu kini telah berganti dengan suara deburan ombak ditengah kesunyian yang begitu terasa disana. Menghayati kesunyian itu, Mawar yang saat ini sedang duduk termenung diantara pasir putih itu terlihat memandang langit hitam yang dipenuhi oleh kilauan cahaya dari bintang-bintang yang bergemerlapan. Wah. Sungguh indah! Batinnya dengan perasaan tidak menentu didalam hatinya. “Rasyid! Bagaimana kabarmu sekarang? Apakah kau mencariku? Dengan masih mengenakan baju pengantinnya yang dikenakannya tadi siang, Mawar bergumam lirih sambil menghela nafasnya dengan sangat panjang. Benar. Rasyid. Adalah satu-satunya pria yang Mawar kenal karena dari kecil dirinya telah dijodohkan dengan pria itu. Tetapi sayangnya, Rasyid yang seorang pekerja keras itu begitu sangat sibuk sehingga ia bahkan tidak sempat untuk bersama atau bahkan berkencan dengan Mawa
Baca selengkapnya
18. Hukuman Bagi Wanita Itu (1)
. . . Udara pagi telah berhembus dan Mawar yang baru saja terbangun dari tidurnya yang mengenaskan seketika langsung merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya. Ia ingat, semalam saat dirinya telah selesai mandi, pria busuk itu telah tertidur dengan lelapnya di atas kasur yang sangat empuk, sedangkan dirinya malah tidur di atas lantai yang sangat keras! Andai saja semalam tidak ada suara-suara aneh diruang tamu, pasti Mawr sudah tidur di sofa yang ada diluar! Benar-benar brengsek! Mawar membatin didalam hatinya dengan sangat kesal. Ia tidak menyangka jika si kucluk itu rupanya sekarang begitu tidak berperasaannya. Sambil mendengus, ia kemudian memandangi kamar mewah yang begitu rapi itu. Sepertinya kamar pria itu begitu modern. Lihat saja, dihadapannya, Mawar dapat melihat sebuah layar LED berukuran lebih dari 4x2 meter. Untuk apa kira-kira? Batinnya kemudian. Lalu beranjak dari sana, Mawar melihat sebuah lampu meja yang sangat unik dengan desain
Baca selengkapnya
19. Hukuman Bagi Wanita Itu (2)
. . . Pagi harinya, Mawar yang telah kembali segar merasa bahwa dirinya sedikit ingin menikmati udara segar ditepi pantai bersama dengan para robot yang menjadi temannya. Lagipula, Jayden juga sedang tidak ada disana, sehingga mungkin Mawar sedikit terbebas dari siksaan batin yang pria itu berikan! Sedikit mengingat masa lalu mereka berdua, Mawar sedikit merasa kesal. Bagaimana tidak, dahulu sewaktu mereka kuliah, adik kelasnya itu sangat patuh padanya dan bahkan bisa dibilang sangat memanjakannya. Tetapi sekarang, mantan budaknya itu malah seakan-akan menukar posisi mereka berdua dimana Mawar sekarang yang menjadi sang budak! Arrrkkkk! Tidak menyukai status barunya itu, Mawar kemudian beranjak dari ranjang milik Jayden dan menyusuri kamar yang sangat maskulin itu. Huh! Setelah melihat bahwa ia semakin terjebak disana, di dalam hatinya ia merasa sangat jengkel. Apalagi kemarin, seharian, bibi Hans selalu memerintahnya bagai burung beo yang tid
Baca selengkapnya
20. Serangan Suku Perompak (1)
. . . Hari berlalu begitu lama di pulau Heina, Mawar yang seharian merasa lelah akhirnya berbaring di atas kasur milik pria itu. “Hah, leganya…” Batinnya di dalam hati karena paling tidak ia bisa sedikit beristirahat dari rasa lelah yang memenuhi semua tulang-tulangnya. Bibi itu… Arrrkkk! Brengsek! Mawar mengumpat dengan keras karena tidak menyangka jika Jayden akan mendatangkan seorang wanita tua untuk menyiksanya dengan pekerjaan rumah yang begitu banyak. Dan juga, dia lebih kesal lagi karena bibi itu saat ini malah tinggal disana selama pria busuk itu sedang tidak ada. Mawar menyugar rambut halusnya dengan sangat frustrasi! Jika begini terus maka dia pasti akan kurus kering. Eh, tunggu dulu. Pria itu tidak ada?! Seketika sebuah senyuman mengembang di pipi milik Mawar yang merona secara alami itu. Tentu saja, ia berpikir untuk kabur dari pulau Henai. Tetapi sayangnya, keinginannya itu segera tenggelam setelah ia melihat cahaya api seperti ob
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status