All Chapters of Takdir Cinta Sang Anak Koruptor: Chapter 31 - Chapter 40
99 Chapters
bab tigapuluh - teman?
Sena ingin menempeleng kepalanya sendiri saat euforia kesenangan di dada meluap hanya karena Winena menerima ajakannya untuk nongkrong, meski masih belum tahu pasti kapan mereka akan punya kesempatan untuk itu. Kendatipun begitu, Sena tetap menantikan hari itu tiba. Sebab, itu artinya Winena tidak berniat menutup pintu pertemanan—jika apa yang ada di antara mereka sekarang bisa disebut sebagai pertemanan. Sena memilih tak bertanya lebih detail tentang di mana Winena tinggal dan kerja sekarang setelah tahu bahwa wanita itu ternyata juga tinggal di Yogyakarta. Setidaknya untuk saat ini. Sebab, Sena sendiri sedang tidak ingin membahas tentang pekerjaan karena ia akan kembali diingatkan pada kegagalannya mempertahankan pekerjaannya di Jakarta. Dan jika dulu Sena begitu percaya diri saat menceritakan tentang pekerjaannya, sekarang tidak lagi. "Kalian naik motor berdua ke sini?" tanya Sena kepada Winena dan Asih setelah mereka menyantap makan siang—atau lebih pantas disebut makan sore—di s
Read more
bab tigapuluh satu - teman? (2)
Selama perjalanan pulang dati Pantai Indrayanti, Asih tak henti-hentinya menggoda Winena tentang sosok Sena yang tampak begitu tertarik kepada Winena. Tentu saja Winena menyangkalnya habis-habisan. Sebab, mereka bahkan baru mendeklarasikan hubungan pertemanan hari ini, setelah pertemuan tak sengaja mereka yang ketiga kali. "Kamu jangan ngarang, Asih. Kamu terlalu banyak nonton drama Korea, deh." "Aduh, aku gemes deh sama Mbak Wina. Dari tatapan matanya Mas Sena itu kelihatan banget kalau dia tertarik sama Mbak," Asih mengatakannya dengan sedikit berteriak. Winena yang menyetir motor itu hanya geleng-geleng kepala. Bagi Winena, first impression terhadap seseorang adalah hal krusial yang menentukan apakah kita bisa tertarik kepada sosok yang kita temui itu atau justru membuat kita berharap tidak berurusan dengan sosok itu sama sekali. Dan pada kasus yang terjadi antara Winena dan Sena, wanita itu cukup yakin jika kata 'tertarik' jelas mustahil. Mana ada laki-laki tertarik kepada sese
Read more
bab tigapuluh dua - pertemanan jarak jauh
Winena sudah lama tidak punya teman—yang benar-benar bisa disebut sebagai teman—sehingga gagasan untuk 'berteman' dengan Sena membuat Winena merasakan adrenalin kuat dalam dirinya. Winena bersemangat menanti esok hari meski ia dan Sena belum menentukan kapan akan bertemu lagi. Pun Winena agak khawatir jika suatu hari nanti ia mengacaukan pertemanan itu karena bisa saja ia sudah lupa bagaimana caranya menjadi teman yang baik. Walau sesungguhnya tidak ada aturan pasti dalam pertemanan. Yang Winena tahu, ia tidak boleh menjadi pihak yang pasif. Sebab, setiap hubungan akan berjalan dengan baik jika ada kedua belah pihak saling mengusahakan.Maka, setelah membersihkan diri, benar-benar menyapu bersih pasir pantai dan keringat yang melekat lengket pada tubuhnya dengan berliter-liter air dingin, Winena berbaring telentang di atas ranjang kamar kosnya seraya memainkan ponsel. Mengetikkan pesan untuk Sena, untuk kali pertama, mengabarkan bahwa dirinya sudah sampai di kos dengan selamat. Winena
Read more
bab tigapuluh tiga - sedikit perubahan
Winena harus menahan retak di hatinya saat muncul di rumah sakit pagi ini dan melihat Om Tirta sangat kesulitan bicara. Suara kalem dan halus yang biasa Winena dengar kini terbata-bata dan agak cadel. Bahkan, bibirnya Om Tirta agak miring. Tubuh sebelah kiri Om Tirta lumpuh total tetapi tadi malam dokter telah meyakinkan bahwa kondisinya tidak begitu buruk dan masih bisa diobati. Beruntung Om Tirta dengan cepat dibawa ke rumah sakit dan segera mendapat penanganan setelah merasakan gejala-gejala awal.Tidak ingin membuat Om Tirta sedih karena melihat kondisi pria berusia enam puluh tahun itu, Winena segera menghampiri Om Tirta dengan senyum yang terbingkai di wajahnya.Tanpa ditanya terlebih dahulu—Winena tahu bahwa untuk mengucapkan satu kata saja Om Tirta sudah sangat kesulitan—Winena menceritakan tentang kesehariannya di Yogyakarta. Winena bercerita tentang liburan singkatnya ke Pantai Indrayanti dengan Asih hari Minggu kemarin dengan lebih detail. Namun, entah mengapa Winena sengaj
Read more
bab tigapuluh empat - normal
Perjalanan Om Tirta untuk bisa sembuh masih sangat panjang meski kondisinya tidak cukup mengkhawatirkan. Setiap Om Tirta tertidur di atas brankar rumah sakit yang terlihat sangat tidak nyaman, tak jarang Winena teringat masa-masa ketika Om Tirta masih sangat sehat dan Winena sangat berharap Om Tirta bisa kembali menjalani kehidupan normalnya seperti sedia kala. "Winena akan sering-sering pulang, Om," bisik Winena di atas dahi Om Tirta yang baru saja wanita itu kecup dengan lembut. "Se... sehat... sehat, Win," Om Tirta membalas dengan terbata. Mata Om Tirta yang berkaca-kaca membuat Winena kian berat untuk meninggalkan ayah keduanya itu untuk kembali ke Yogyakarta. Winena tersenyum lembut. "Pasti, Om. Om juga sebentar lagi pasti sehat kembali. Nggak boleh patah semangat, oke?" Bibir Om Tirta yang masih miring itu berusaha tersenyum. Winena terharu karenanya dan memeluk tubuh Om Tirta yang kini jauh lebih kurus. "Ayo, Win! Nanti ketinggalan pesawat," peringat Tante Elis yang sejak
Read more
bab tigapuluh lima - semakin dekat
Tiba di Yogyakarta menjelang malam hari, Winena langsung mandi karena badannya sudah sangat lengket oleh keringat yang bercampur debu. Setelah mengabari Tante Elis, Winena mengecek pesan-pesan lain yang belum sempat ia balas. Lagi-lagi, pesan dari Sena yang pertama Winena buka. Tadi siang, mengabaikan ajakan Sena untuk 'nongkrong', Winena langsung mengabari kalau ia sedang dalam perjalanan pulang menuju Yogyakarta. Sena sempat menawarkan diri untuk menjemput Winena tetapi ditolak wanita itu dengan sopan. Pertemanan mereka masih sangat baru dan Winena tidak ingin merepotkan Sena. Terlebih lagi, Sena juga bekerja. Winena jelas tak mungkin membiarkan Sena pulang dari kantornya langsung menjemputnya ke bandara. Toh, lebih praktis menggunakan taksi online yang tak sulit didapatkan. . . Banyusena Kalau kamu udah nggak capek, gimana kalau kapan-kapan lanjut bahas kasus tadi tapi ketemuan langsung? . . Winena sontak menertawakan kegigihan Sena mengajaknya keluar. . . Winena Kamu d
Read more
bab tigapuluh enam - berdebar
Sena benar-benar menyempatkan waktu untuk membuat list tempat-tempat makan yang akan ia rekomendasikan kepada Winena dan untuk persiapan kulineran sabtu nanti. Sena masih mengetahui banyak tempat makan enak meski sudah lama sekali tidak menginjakkan kaki di Yogyakarta. Setelah pulang kampung pun, Sena lebih suka makan di rumah karena ibunya cerewet sekali meminta Sena agar tidak terlalu sering makan di luar. Maka dari itu, supaya lebih afdol dan tidak zonk, Sena tetap membuka-buka media sosial untuk melihat review dari orang-orang. "Sena, jangan lupa nanti pisang gorengnya kamu habiskan, ya!" Teriakan Ibu dari luar kamar itu menjeda kesibukan Sena yang masih belum selesai berselancar di media sosial. "Aku kenyang, Bu!" Sena segera menimpali dengan tetap menjaga suaranya agar tidak terlalu keras. Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dari luar dan Ibu muncul membawa sepiring pisnag goreng yang sudah tidak terlalu menggiurkan seperti saat masih hangat tadi. "Harus dihabiskan, Sena. Biar
Read more
bab tigapuluh tujuh - sikap
Saat sedang menggosok gigi, Sena tiba-tiba tertawa sendiri mengingat tingkah konyolnya semalam yang mengulur-ulur waktu hingga pagi hanya untuk membalas pesan suara dari Winena yang membuat jantungnya berdebar. Nyaris saja Sena memukul kepalanya sendiri karena begitu mudahnya berdebar atas sesuatu yang Rasa-rasanya saat masih berpacaran dengan Nindi, jantungnya hanya berdebar saat berdekatan dengan wanita itu. Tapi mengapa dengan Winena, yang hanya berstatus sebagai teman—teman yang masih sangat baru pula— bisa semudah itu Sena berdebar? Bukankah itu artinya Sena sudah melanggar batas pertemanan? Jika sudah begitu, tentu saja Winena tidak boleh tahu, sebab itu akan menghancurkan pertemanan yang masih seumur jagung itu. Selesai bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, Sena baru mengecek ponsel yang semalam ia isi dayanya sebelum benar-benar terlelap. Ada beberapa pesan baru yang tidak cukup penting yang Sena abaikan dan lagi-lagi ada pesan dengan nomor baru yang tak lain adalah Nindi
Read more
bab tigapuluh delapan - belum percaya
Banyusena Maaf, Win, saya semalam sudah tidur waktu kamu kirim vn yang kedua Kebetulan tempat makan yang di list nomor dua itu deket sama yang pertama, kalau masih kuat makan bisa deh sekalian ke sana. Gimana? . . Winena ingin tertawa melihat balasan Sena. Semalam, setelah grup kantor sudah sepi, tanpa sadar Winena menunggu balasan dari Sena yang telah ia kirimi pesan suara karena malas mengetik panjang-panjang. Winena sempat merutuki dirinya sendiri yang gemas saat melihat status 'online' di laman chat-nya dengan Sena tetapi laki-laki itu tak kunjung mengetikkan balasan. Dalam kurun waktu satu jam, berkali-kali Winena mengecek ponselnya dan Sena masih tampak online tetapi balasan untuknya tak juga didapat. Winena sempat berpikir jika Sena sedang membalas pesan dari orang lain lalu kelupaan membalas pesan darinya. Namun, balasan Sena pagi ini memperjelas rasa penasarannya. Sena pasti ketiduran dan lupa menutup aplikasi chat-nya sehingga masih terus terlihat online. Benar-benar
Read more
bab tigapuluh sembilan - antisipasi
"Kepikiran apa, Mbak?" Asih membuka suara saat mereka berdua meninggalkan kantor untuk makan di warung soto yang berada di belakang kantor. "Bukan apa-apa kok, Sih." "Pasti kepikiran keluarga di Jakarta ya, Mbak. Padahal Mbak Wina boleh-boleh aja lho cuti agak lama buat jagain keluarga dulu." Winena tersenyum tipis. Jujur saja, Winena malah sejenak lupa soal Om Tirta karena kepalanya penuh dengan Sena yang membuat Winena mendadak meragukan laki-laki itu. Tidak banyak yang Winena ketahui tentang Sena kecuali keakraban mereka yang ternyata cukup melenakan. Winena sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang Sena. Entah siapa nama panjangnya. Berapa umurnya. Di mana ia bekerja. Winena tidak mengetahui itu semua. Winena juga yakin bahwa dirinya belum pernah benar-benar membuka diri kepada laki-laki itu. Ia dan Sena hanya mengobrol tentang hal-hal umum yang sama sekali jauh dari hal-hal pribadi. Lalu tiba-tiba Sena menanyakan alamat kos Winena, yang bahkan Asih—yang sudah cukup dekat
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status