All Chapters of Takdir Cinta Sang Anak Koruptor: Chapter 11 - Chapter 20
99 Chapters
bab sepuluh - duka (part 2)
Winena tahu ini bukan saatnya bernostalgia. Namun, berada di kamar yang sudah jarang dihuni sejak ia menikah dengan Faris itu mendadak membawa Winena kepada kenangan-kenangan yang lagi-lagi menbuat Winena semakin punya alasan untuk tidak terlalu larut dalam duka lara karena ditinggal pergi ayahnya dengan cara yang mengenaskan. Yang Winena ingat, hampir seluruh kenangan yang terjadi di kamarnya adalah hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Tentu saja kenangan-kenangan itu tercipta sebelum Winena tahu bahwa ayahnya tidak sesempurna yang wanita itu kira. Setelah mengetahui ayahnya mendua, kamar ini yang selalu menjadi saksi bisu saat Winena menangis diam-diam. Di kamar ini pula Winena berkali-kali mengutuk ayahnya yang menduakan Ibu. Jika dulu kamar dengan dinding bercat putih bersih itu menjadi tempat paling favorit bagi Winena, makin lama kamarnya terasa seperti tempat pengasingan. Di sini, Winena membentengi diri dari rasa sakit menyaksikan keretakan keluarga kecilnya. Winena t
Read more
bab sebelas - sudah jatuh tertimpa tangga
Melayat ke rumah duka Armandio Jati bersama rekan-rekan kantornya, Sena memilih untuk duduk di deretan kursi terluar yang akan memudahkan laki-laki itu beranjak pergi setelah upacara pemakaman berakhir. Sena juga menjaga jarak dari Pak Rudy, atasan sekaligus mentor yang membuat Sens kecewa sekali hari ini. Meski sudah berusaha menerima keputusan yang telah dijatuhkan, kemarahan di dalam dadanya masih belum mereda. Diperlakukan seperti sampah benar-benar membuat ego Sena terluka. Sena membuang muka saat rombongan keluarga Armandio Jati satu per satu masuk ke dalam mobil, sebagian ikut ambulans untuk berangkat ke tempat pemakaman. Dari yang Sena ketahui, Armandio Jati mempunyai satu istri dan anak semata wayang yang menolak diekspos ke media. Sena tidak tahu orangnya yang mana, tetapi Sena tetap berusaha sekeras mungkin untuk mengalihkan tatapan. Tak sanggup Sena menatap satu per satu wajah keluarga Armandio Jati yang sedang berduka. "Kasihan anak dan istrinya harus nanggung aib." "Ma
Read more
bab duabelas - mencoba mengerti
Meski berkali-kali sudah diminta unuk mengikhlaskan, tidak semerta-merta Ibu mau mendengarkan. Ibu berselimut duka dalam waktu yang lama. Tangis tak jua kunjung berhenti. Setelah tersadar dari pingsannya, Ibu kembali menangis. Meratapi kepergian suaminya yang pergi begitu saja tanpa pamit. Keadaan Ibu memburuk dan akhirnya drop hingga harus dilarikan ke rumah sakit malam itu juga. Lagi-lagi, ditemani Tante Elis, Winena menunggui ibunya yang harus menginap di rumah sakit. Sementara itu, di rumah tetap digelar acara tahlilan. "Tante... kalau Ibu pergi—" "Astaghfirullahal’azim, jangan bilang begitu, Win!" tegur Tante Elis menghentikan ucapan ngawur Winena. Wanita yang usianya sudah setengah abad, hanya terpaut beberapa tahun lebih muda dari Ibu, tetapi masih tampak seperti berusia pertengahan tiga puluh tahun itu menatap Winena dengan sedih. "Ibumu cuma lagi berduka, Win." "Tapi, Tante—" Tante Elis menggeleng. Meminta Winena berhenti mengatakan apa pun yang ia asumsikan di kepalan
Read more
bab tigabelas - penjelasan
Winena tidak bisa menceritakan kepada Tante Elis tentang alasan ia dan Faris bercerai. Setidaknya, tidak untuk sekarang. Winena merasa bahwa memang sudah sebaiknya ia simpan masalah internal dalam rumah tangganya dengan Faris meski hal itu bukanlah benar untuk dilakukan. Namun, memangnya mau bagaimana lagi? Ia sudah berusaha melaporkan Faris ke polisi, tetapi pihak kepolisian tidak cepat tanggap. Padahal, Winena sudah berharap laporan yang terakhir akan diproses karena saat itu polisi yang ia temui berkata bahwa akan membantu Winena. Sayangnya sudah lebih dari dua minggu sejak Winena terakhir datang ke kantor polisi dengan menyerahkan bukti kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi kepadanya, tetapi belum ada kabar lanjutan dari polisi. Winena pun berpikir bahwa bercerita kepada orang-orang terdekatnya juga akan sia-sia. "Apa memang sudah nggak bisa didiskusikan lagi, Win?" Winena terdiam. Sesungguhnya, Winena memang sempat berharap bahwa Faris tidak benar-benar serius tentang g
Read more
bab empatbelas - digerogoti rasa takut
Winena sudah sering mendengar perkataan orang-orang tentang takdir manusia di mana mereka tidak bisa memilih dari keluarga mana mereka akan dilahirkan. Jika saja bisa, tentu saja setiap orang ingin lahir di keluarga yang tidak bermasalah, keluarga yang sempurna. Namun, jelas pemikiran yang sedemikian rupa itu terlalu dangkal. Setiap keluarga, pasti akan menghadapi masa di mana ada masalah-masalah yang tak bisa dihindari. Dan Winena yakin, jika seandainya Winena lahir di keluarga berbeda, yang lebih baik sekalipun, tetap akan ada pemikiran yang sama lagi jika suatu ketika ada masalah mendera. Winena hanya sesekali berandai, bahwa tidak apa-apa jika ia mengalami masalah bertubi-tubi yang lain, asal ayahnya bukan seorang peselingkuh, asal ayahnya bukan seorang koruptor. Sebab, meski tetap harus arus menanggung luka dan beban hidup yang berat, Winena tidak akan kebingungan harus bersembunyi di mana saat ia tak kuat lagi mendengar bisik-bisik jahat bahkan ujaran kebencian yang terang-ter
Read more
bab limabelas - permainan takdir
Butuh tempat yang cukup tenang bagi Winena untuk menenangkan diri. Karena tidak membawa apa-apa—ponsel dan dompet tertinggal di kamar inap Ibu—Winena tidak bisa pergi meninggalkan rumah sakit begitu saja. Winena berniat untuk duduk-duduk di taman rumah sakit saja. Semalam, saat ia dan Tante Elis selesai makan malam di luar, mereka melewati taman rumah sakit yang meski tidak cukup luas tetapi sepertinya rindang karena ada beberapa pohon besar yang ditanam di sana. Memang pemandangannya tidak terlalu jelas karena sudah malam hari yang hanya mengandalkan cahaya lampu yang tidka terlalu terang, tetapi Winena ingat jika di taman itu disediakan beberapa kursi untuk duduk. Dari gedung di mana kamar inap Ibu berada, Winena berbelok ke kanan, menyusuri lorong rumah sakit dengan pikiran kusut yang membuat kepalanya berdenyut sakit. Lalu tanpa sadar Winena menyentuh pipi yang masih terasa menyengat panas karena tamparan Tante Elis. Winena tidak terlalu ingat seberapa keras tamparan itu, tetap
Read more
bab enambelas - direnggut paksa
Namun, sayangnya, tiga puluh menit kemudian setelah keduanya duduk di sebuah kedai kopi di dekat rumah sakit, ada sesuatu yang menyentak Winena. Untuk ukuran orang yang masih asing, Winena seakan bisa merasakan keakraban di antara mereka. Namun, segera ia tepis pemikiran itu. Ini bukan saatnya menjalin pertemanan atau apa pun itu namanya dengan orang lain. Hidupnya sedang kacau, tetapi bisa-bisanya Winena malah duduk-duduk manis dengan seseorang yang baru dikenalnya dan mengobrolkan tentang hal-hal random. "Saya... harus segera kembali. Tadi saya pamit ke keluarga saya cuma mau keluar sebentar." "Saya mengerti, Winena. Nggak usah panik begitu," ucap Sena dengan sorot teduh di mata. Astaga... Mendadak saja Winena hanyut dalam tatapan itu. Sebab, sudah lama sekali Winena tidak ditatap dengan begitu hangat. Tatapan yang menenangkan gemuruh riuh di hati dan kepalanya. Sayang sekali, tatapan itu justru Winena dapatkan dari orang asing yang kemungkinan tidak pernah Winena temui lagi. A
Read more
bab tujuhbelas - perasaan yang tak wajar
Berpisah dari Winena, ekspresi di wajah Sena kembali merengut. Sebab, dengan mudahnya ia kembali teringat Nindi yang mencampakkan dirinya sehari semalam. Sena marah. Sebab ia yakin Nindi hanya memanfaatkan masalah yang terjadi kepada Sena sebagai alasan agar tidak dituding sebagai si antagonis dalam hubungan mereka. Masuk ke dalam mobil, Sena menyalakan radio yang memang setaip saat menemani perjalanannya. Ketimbang mendengarkan musik, Sena lebih suka mendengarkan berita. Sayangnya, saat radio menyala, bukan berita terkini yang langsung mengudara, melainkan gosip tentang Nindi Fahrani. "Sial," umpat Sena kesal. Segera saja Sena mengganti saluran radio, mendengarkan apa saja selain gosip tidak penting tentang Nindi yang hanya akan memperburuk hari Sena. Sena tidak sedang meratapi kandasnya kisah cintanya bersama Nindi yang sudah terjalin dua tahun. Ia memang sedih dan patah hati, tetapi tidak seputus asa itu. Sena hanya menyayangkan cara Nindi memutuskan dirinya hanya untuk membe
Read more
bab delapanbelas - luluh lantak
Rasanya terlalu sakit hingga Winena yakin bahwa dirinya tidak akan pernah lagi merasakan kesakitan yang jauh lebih parah dari yang ia rasakan sekarang. Hanya dalam kurun waktu satu hari sejak ayahnya dimakamkan, Winena dan keluarganya sudah harus kembali menggelar upacara pemakaman di rumah. Para pelayat yang ikut berbela sungkawa atas kepergian Armandio Jati bahkan masih banyak yang berdatangan. Sebagian dari mereka mengaku sebagai teman lama Armandio Jati, dan sebagian lainnya hanya kenal sepintas saat berada di satu bidang pekerjaan yang sama. Sementara itu, pelayat yang datang untuk mengantarkan Ibu ke tempat peristirahatan terakhirnya tidak sebanyak dengan saat ayah Winena yang berpulang. Namun, tetap saja ada banyak wajah-wajah asing yang tidak Winena kenali. Dan Winena tidak punya tenaga untuk sekadar menutup telinga dari omongan-omongan jahat yang lagi-lagi terlontar dari mulut para pelayat. "Kasihan sekali istrinya. Pasti terpukul sekali karena suami yang bermasalah." "K
Read more
bab sembilanbelas - menebas harapan
Sena merasa dirinya adalah seorang pecundang yang dengan sangat sadar mengharapkan Winena menghubungi dirinya tak lama setelah mereka berpisah. Ini sangat salah, Sena tahu betul akan hal itu. Namun Sena tak bisa berhenti berharap.Padahal, ia hanya bertemu dua kali dengan Winena. Pertemuan pertama jelas tidak bisa disebut sebagai pertemuan yang bagus. Winena sedang dalam keadaan yang sangat tidak baik-baik saja kala itu. Dan siang tadi, Sena bisa sedikit melihat kekalutan di wajah Winena. Sena tahu, bahwa Winena masih tidak baik-baik saja. Mengajak Winena mengobrol, berbagi tawa, membuat Sena merasa sedikit bangga karena bisa sedikit memberikan warna di hidup Winena yang sedang kelabu, meski Sena tidak tahu seberat apa masalah yang sedang dan harus ditanggung Winena saat ini.Hingga tengah malam, Sena masih menunggu Winena menghubungi dirinya untuk sekadar basa-basi menanyakan nomor rekening atau lebih baik lagi jika Winena mengirimkan pesan yang tidak ada hubungannya dengan membayar
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status