Semua Bab Bukber di Rumah Mertua: Bab 11 - Bab 20
31 Bab
Bab 11
“Ya Allah, semoga Mas Andra bisa menerima penjelasanku tentang Hans, di masa laluku! Namun kalau dia marah, lalu tidak terima dengan semua ini?”   Setelah hatinya merasa yakin. Tari mulai berbicara.     “Mas … Mas … aku mulai ceritanya, ya!”   Namun masih sepi, tidak ada sahutan.    “Mas ….” Tari menepuk lembut pipi Andra. Rupanya lelaki itu tertidur di pangkuannya.     Tari menatap wajah sang suami, tampak bulu-bulu janggut halus yang tumbuh di sekiatr dagu itu mulai memanjang. Wajahnya tampak tenang dan sudah semakin dewasa sekarang.    Ada perasaan hangat dalam hati Tari ketika membayangkan semua kenan
Baca selengkapnya
Bab 12
Rencana Tari untuk bercerita akhirnya tertunda. Dia pun tertidur bersandar pada pinggir sofa. Mereka berdua membiarkan televisi menontonnya.  Tepukan lembut pada pipi Tari membuatnya terbangun, tampak wajah Andra sang suami dalam jarak beberapa senti tengah menatapnya.  “Sayang, ayo kita shalat isya sama tarawih dulu!” ucap Andra. Tari mengerjap beberapa kali mengumpulkan kesadarannya. Lehernya terasa pegal karena bersandar pada sofa dan tertidur dengan posisi tidak benar.  “Kenapa, Sayang?” Andra menoleh pada sang istri yang tampak meringis. “Pegel, Mas!”  “Mau dipijitin?”  “Gak usah, shalat dulu aja!”  “Nanti sekalian, ya!” Andra mengerling menggoda sang istri. 
Baca selengkapnya
Bab 13
"Dari nomor kamu, Mas!” ucap Tari sambil menunjukkan layar ponselnya.  Tari segera mengangkatnya. “Hallo, assalamu’alaikum!” Terdengar suara seorang perempuan dari seberang sana.  “Wa’alaikumsalam! Maaf ini siapa, ya?”  Sekilas Tari melirik ke arah suaminya yang sedang menatap lekat.  “Saya Aisha, maaf saya menemukan ponsel ini tergeletak di tepi jalan! Berkali-kali hubungi ke nomor ini tapi gak aktif! Alhamdulilah sekarang terhubung! Bisa kasihkan alamat untuk mengantarnya?” jelas Aisha panjang lebar.  Tari menoleh pada Andra.  “Mas, ponsel kamu ada yang nemuin … ini minta alamat!” ucap Tari sambil menoleh pada Andra.  “Sini, biar mas yang ngomong!” ujar Andra sambil meminta ponsel itu p
Baca selengkapnya
Bab 14
 [Mas, aku izin keluar sebentar mau ketemu temen!] tulisnya dengan dada gemuruh menahan gejolak yang tidak karuan.    [Ok, Sayang! Hati-hati, ya!] jawab sang suami tanpa rasa curiga.    Tari berjalan menyusuri jalanan depan perumahan mereka. Gamis dan kerudungnya bergerak-gerak tersibak angin. Langkah kakinya tampak berayun cepat seolah ingin segera tiba di tempat tujuan.     Menuju hotel Miranda membutuhkan dua kali naik angkutan umum. Dia naik angkot pertama sampai ke terminal lalu nanti pindah jurusan.     Sepanjang perjalanan, Tari menguatkan hati. Meyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja. Dia sendiri tidak tahu apa yang akan wanita itu sampaikan.    Ke
Baca selengkapnya
Bab 15
    “Febri, kenapa tender ini bisa jatuh ke tangan Fahrezi grup?” Hans menatap nyalang penuh kemarahan pada Febri---mantan staff Andra yang kini mengerjakan semua pekerjaan di departemennya sendirian.        Gadis itu menunduk dengan hati berdebar. Jujur, dia selalu takut akan kemarahan Hans.          “M-maaf, Pak … saingan saya Pak Andra, Pak … kemampuan negosiasi dia jauh di atas saya! Dan tim mereka diperkuat oleh Bu Aisha---putri pemilik perusahaan yang langsung yang turun tangan!” ucap Febri sambil menunduk.         “Ck! Dasar kamu, ya … maunya makan gaji buta … ngurus project kayak gitu saja gak becus!” Hans membanting map ke atas meja meluapkan emosinya.          “M-Maaf, Pak!” Hanya itu kata pamungkas dari Febri
Baca selengkapnya
Bab 16
BUKBER DI RUMAH MERTUA (16)   Sepasang sepatu tampak tergeletak di depan rumahnya ketika Tari baru saja tiba dari masjid. Hatinya menghangat merasa bahagia karena suami yang ditunggunya kini sudah pulang. Tari bergegas masuk dan mengucap salam.   “Assalamu’alaikum!”     Terdengar samar dari dapur jawaban salam dari seseorang.     “Wa’alaikumsalam!”     Muncul sosok sang suami dengan rambut basah. Andra sudah mengenakan pakaian rumahan kembali.     “Mas, udah pulang?” Tari menghampirinya dan mencium punggung tangan sang suami.     
Baca selengkapnya
Bab 17
(17) Hans berdecak kesal ketika hari ini kembali mendengar sebuah berita kegagalan yang dibawa Febriana. Bahkan baru beberapa hari Andra bergabung dengan Fahrezi grup perusahaan mereka sudah kehilangan dua project penting.    “Apa, perusahaan yang di Bandung itu juga membatalkan project kerja sama dengan kita?!” Mata Hans membulat sambil menatap Febri.    Gadis itu mengangguk takut-takut.    “Andra lagi?” selidik Hans.   Anggukan Febri kali ini menyulut emosinya. Sontak tangannya membabat semua yang ada di atas mejanya sehingga bunyi berdentingan dan gelas yang terjatuh menambah kacau suasana.    Febri memutar tubuh hendak meninggalkan sang atasan yang sedang mengumbar kemarahanny
Baca selengkapnya
Bab 18
(18)   “Ayo, Sayang mulai baca!” Andra berbisik ketika menatap Tari masih termenung menatap deretan tulisan dalam Al-qur’an tersebut. Tari memejamkan mata sejenak kemudian menarik napas sebelum mamulai bacaan. Dia mengumpulkan ingatan bagaimana Tari kecil dulu bisa memenangkan lomba MTQ di sekolah. Meski sudah lama tidak lagi mengasah suara tapi dia meyakinkan diri kalau dia masih bisa.     Setelah hatinya cukup yakin, terdengar suara lantunan ayat suci itu mulai dibacakan. Suara yang jernih mengalir. Bacaan yang tartil, tajwid yang tertata apik dan makhraj yang hampir sempurna. Andra bahkan tercengan ketika mendapati istrinya bisa membaca Al-qur’an sebaik itu. Biasanya dia memang mendengar sang istri bertadarrus tapi hanya dengan bacaan yang biasa.     Beberapa orang menatap kagum. An
Baca selengkapnya
Bab 19
(19)   “Tunggu saat kehancuranmu, Bajingan!” geramnya sambil menyeka air mata.    Wanita itu berjalan gontai dan mencari angkutan umum. Dia tak henti menyeka air mata. Keputusannya mempercayakan hidup pada Hans ternyata kesalahan besar. Lelaki itu bahkan kini tak lagi pernah mengunjunginya semenjak keributan hari itu.    Ditatapnya lekat foto-foto yang berhasil diambilnya tadi. Dia masih mencari waktu yang tepat kapan untuk mempublikasikan foto itu ke sosial media. Karena dia sangat tahu, sebelum membuat keributan maka dia harus mengamankan diri terlebih dulu. Hans itu lebih licik dari pada ular. Atau mencari celah lain agar foto itu bisa terkuak tanpa harus dirinya sendiri yang mempublikasikannya.     Sesil masih membutuhkan waktu untuk berda
Baca selengkapnya
Bab 20
(20)    Andra mengendarai sepeda motornya menjemput Aisha. Dari jauh tampak wanita bergamis panjang dengan kerudung lebar menjuntai itu sudah berdiri di depan toko Sentra. Ada dua paper bag ditentengnya.     “Assalamu’alaikum!” Andra mengucap salam.    “Wa’alaikumsalam!”     Gadis itu bergegas naik ke jok motor Andra.     “Maaf, Mas merepotkan!” ujar Aisha sambil naik ke sepeda motor milik Andra.    “Iya, gak apa-apa! Untung kamu ingetin, Sha! Aku lupa belum siapin slide presentasi” ujar Andra sambil menyalakan sepeda motornya.  &
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status