All Chapters of 100 Langkah Melupakan Kisah Kita: Chapter 61 - Chapter 70
96 Chapters
60. Indahnya Berbagi
Sudah sejak pagi rumah Riga ramai orang. Siapa lagi biangnya kalau bukan delapan laki-laki yang kini sedang duduk manis di ruang tengah sambil menikmati nasi uduk. Semalam tiga orang di antara menginap di rumah Riga, sedangkan empat orang lainnya baru datang Subuh tadi. Itu pun dalam keadaan belum mandi, kecuali Dana. Untungnya, ayahnya sedang tidak di rumah karena ada urusan pekerjaan di luar kota. Jadi, ia tiga perlu merasa sungkan dengan ayahnya akibat tingkah teman-temannya. Tahu sendiri kan bagaimana mereka kalau kumpul, kadang bisa lebih heboh dari anak perempuan. Sesuai rencana yang sudah disusun sebelumnya, hari ini mereka akan mengadakan kegiatan amal. Mereka akan membagikan nasi kotak untuk orang-orang di jalan. Dana dari kegiatan awalnya hanya dari uang mereka saja, tapi beberapa orang tua mereka yang mengetahui kegiatan ini pun menyumbang. Jadi, dana yang terkumpul lebih dari perkiraan mereka. Dana itu kemudian dibelanjakan bahan-bahan yang dibutuhkan dan minumnya. Kemar
Read more
61. Pantai
Hari ini adalah hari terakhir liburan sekolah. Karena itu, Riga dan teman-temannya memutuskan menutup libur semeter ini dengan pergi ke pantai. Mereka ingin bersenang-senang dulu sebelum kembali menjalani rutinitas sebagai murid SMA Angkasa mulai besok Senin.“Kalian sadar nggak, sih kalau kegiatan berbagi kemarin itu jadi bikin kita semua dekat kayak sekarang? Padahal sebelumnya kita cuma kenal nama atau tau kelasnya doang. Sadar, nggak?” Suara Roni yang sedang membalik daging panggangnya membuat semua orang menatapnya. Mereka sedang berada di rumah Riga. Si pemilik rumah mengundang mereka untuk acara makan-makan kecil-kecilan di rumahnya. Kini, halaman belakang rumah Riga sudah disulap serupa tempat piknik. Lengkap dengan tikar, meja panjang dengan kaki pendek, serta alat pemanggang dan dagingnya.“Gue juga mikir begitu kemarin. Kita yang beda kelas dan kenal kalian, ya sekadar nama doang. Eh, tiba-tiba sekarang jadi akrab begini karena Riga ngajakin kita ikut kegiatan itu. Coba aja
Read more
62. Rencana Belajar Bersama
Liburan ke pantai di akhir waktu liburan bukanlah hal buruk bagi Riga. Buktinya, ia bisa menikmati kebersamaannya dengan teman-temannya, termasuk membiarkan dirinya menjadi orang selanjutnya yang dikubur di pasir oleh teman-temannya. Kini, tubuh Riga sudah tertutup pasir dan hanya tampak kepala dan tangannya saja. Gelak tawa sontak terdengar, tapi tidak cukup bisa mengalahkan riuhnya suasana pantai hari itu.Beberapa saat kemudian, Riga meminta bantuan Dana untuk membantunya keluar dari pasir. Masih tetap di posisinya di atas pasir pantai, Riga duduk selonjoran sambil membersihkan pasir-pasir yang menempel di kulit dan bajunya. Lalu bangkit sambil menepuk-nepuk pasir di celananya. Namun, sebagian pasir itu masih tetap menempel di pakaiannya yang basah.Riga menyapukan pandang ke sekitar. Semakin siang, pengunjung pantai semakin bertambah. Mungkin jika dikumpulkan, akan bisa menjadi satu dusun saking banyaknya. Pandangannya tak sengaja tertuju pada tiga orang gadis yang duduk beberapa
Read more
63. Pembagian Kelas
Sejak penerimaan rapor dan dinyatakan naik kelas, Alena sudah bukan lagi siswi kelas sebelas, melainkan kelas dua belas. Tingkatan paling akhir di Sekolah Menengah Atas. Itu artinya, Alena butuh setidaknya kurang dari satu tahun lagi untuk lulus dari Angkasa.Hari ini, Senin di pertengahan bulan Juli, sekolah kembali masuk. Namun, karena hari ini merupakan hari pertama tahun ajaran baru jadi tidak ada jadwal belajar mengajar. Beberapa guru sibuk membantu OSIS dalam kegiatan penerimaan siswa baru, serta mengurus keperluan lain. Hal itu membuat murid kelas sebelas baru dan kelas dua belas baru dibebaskan—dipulangkan cepat setelah pengumuman pembagian kelas—dengan catatan tidak mengganggu kegiatan Masa Orientasi Siswa.“Semoga kita satu kelas lagi nanti,” ucap Nada yang duduk bersandar di meja guru. Pengumuman pembagian kelas masih belum keluar, jadi semua murid masih menempati kelas lama mereka.Ucapan Nada diaminkan oleh sahabat-sahabatnya, termasuk Alena. Gadis yang duduk bersila di s
Read more
64. Orang Tua Tiri
Suara hujan di luar nyatanya lebih mendominasi kelas XII IPA 4 daripada suara tegas Bu Ambar yang sedang menjelaskan materi Biologi. Hal ini membuat hampir semua murid di kelas seperti sedang didongengi karena suara beliau tidak cukup bisa menjangkau bangku deretan belakang. Hawa dingin serta rasa kantuk yang menyerang berhasil membuyarkan fokus belajar. Namun, demi nilai, tidak ada yang bisa apa-apa selain memilih di antara dua pilihan. Tetap di kelas sambil menahan kantuk atau cuci muka di toilet lalu kembali masuk kelas dan mengikuti pelajaran. Di bangkunya, Alena berusaha menyimak materi yang dijelaskan sambil menahan kantuk. Syukurlah, bel istirahat menyelamatkan mereka. Bu Ambar keluar setelah memberikan tugas untuk dikumpulkan minggu depan. Biasanya setelah pelajaran Biologi, murid di kelasnya akan langsung berhamburan keluar kelas. Tujuannya mana lagi kalau bukan kantin. Namun, berbeda dengan kali ini. Alih-alih keluar, mereka malah sibuk dengan ponsel masing-masing. Mungkin
Read more
65. Hadiah dari Bara 2
Tidak cukup hanya dengan kebersamaan di sekolah saja, Alena dan ketiga sahabatnya—Bara dan si kembar—rutin mengadakan acara kumpul lain di luar jam sekolah. Bukan bermain atau jalan-jalan ketika hari libur saja, melainkan suatu acara yang bisa mengasah otak.Tiap dua hari sekali, keempat remaja itu akan berkumpul di satu tempat dan belajar bersama. Tempatnya tidak tentu, tergantung kesepakatan. Namun, paling sering adalah di rumah Alena. Alasannya karena sekaligus menemani Alena di rumah. Papa Alena yang sering pulang setelah sore menjadi alasan kenapa gadis manis itu selalu sendirian di rumah, walaupun kadang Bara menemaninya sampai papanya pulang.Begitu juga yang terjadi sekarang. Rumah Alena menjadi target pertama teman-temannya untuk belajar bersama. Untungnya mereka berboncengan, jadi motor-motor itu muat masuk ke pekarangan rumahnya. Kini, ruang tamu dan teras rumahnya sudah diambil alih oleh delapan manusia yang sejak tiga puluh menit lalu sibuk dengan bukunya masing-masing. K
Read more
66. Perkara Panggilan
Bara adalah teman yang baik.Itulah penilaian Alena ketika pertama kali bertemu dengan seorang Aldebaran Prayoga. Atlet lari kebanggaan SMA Nusa Buana sekaligus tetangganya.Di awal kepindahannya, Bara menjelma menjadi tour guide untuknya setelah tanpa sengaja menemukan Alena tersesat hingga ke ruang olahraga padahal tujuannya ke ruang guru. Membantunya mendapatkan teman baru lebih cepat dari yang ia duga, serta menemaninya berkeliling kota dengan sepeda motornya dengan alasan supaya ia bisa cepat hafal lingkungan tempat tinggal barunya. Karena itu, Alena sangat berterima kasih kepada Bara.Sayangnya kebaikan Bara tersebut tidak cukup bisa membuat Alena peka terhadap perasaan laki-laki itu. Alena hanya menganggap hubungan mereka sebatas teman, tidak lebih, atau sebenarnya Alena hanya berpura-pura tidak peka saja demi persahabatan mereka. Hanya Alena dan Tuhan yang tahu. Namun, ketika sebuah pengakuan akhirnya terucap dari mulut atlet berwajah manis itu, Alena tidak bisa tidak merasa
Read more
67. Tetangga Baru di Sebelah
Dibandingkan sekolah, suasana kantin SMP Nusa Buana lebih serupa pasar. Suara murid memesan makanan begitu tumpang tindih, tak sedikit pula yang protes saat pesanan tak kunjung datang, ributnya mereka mencari meja kosong untuk duduk, atau protes kesal seseorang karena antreannya diserobot orang lain ketika ditinggal ke toilet. Bahkan suara-suara itu terdengar seperti suara nyamuk terbang. Berisik!Namun, manusia-manusia kelaparan itu mana mau menurunkan nada suaranya demi ketenteraman orang lain. Ego mereka terlalu tinggi untuk melakukan hal sopan itu. Bagi mereka mungkin tak masalah kalau pita suara rusak, asalkan makanan pesanan mereka cepat datang. Perut kenyang, lebih penting.Alasan itulah yang membuat Bara tidak suka berada di sana—malas mendengar suara berisik. Bagi laki-laki penyuka ayam goreng itu, ruang olahraga lebih baik daripada tempat ini.Ah, andai perutnya tidak berteriak memalukan saat Pak Wisnu memberitahu jadwal latihan untuk lomba lari tingkat SMP di lapangan tadi
Read more
68. Alena dan Bara
Sejak Alena resmi menjadi tetangganya dan murid baru di SMP Nusa Buana, Bara dengan suka rela menjadi teman pertama untuknya. Bara juga mengenalkan Alena kepada Nathan dan Nitha, dan tak butuh waktu lama untuk mereka bisa akrab. Alena adalah teman yang menyenangkan, begitu kata tiga sahabat itu. Bahkan mereka sering pergi bersama, berempat.Sayangnya, keakraban mereka berempat membuat banyak murid iri karena ada murid baru yang bisa langsung akrab dengan Bara dan Si Kembar. Beberapa kali Alena—jika tidak sedang bersama tiga sahabat—mendapat teguran hingga ancaman dari para penggemar Bara. Alena sempat menjauhi tiga sahabat itu, tapi ternyata Bara mengetahui masalah tersebut dan jadi lebih protektif dengan Alena.Bara berusaha menjaga Alena sebaik mungkin sesuai permintaan ayah Alena. Tak hanya di rumah, tapi juga di sekolah. Bara menjadi teman yang baik dan selalu bisa Alena andalkan.“Kamu keren, Bar. Makasih sudah mau jadi temanku,” ucap Alena setelah Bara menolongnya dari Rika CS y
Read more
69. Welcome to Jakarta
“Bulan depan aku pindah ke Jakarta lagi,” ucap Alena di suatu malam. Hal itu membuatnya menjadi pusat perhatian tiga orang lainnya.Mereka sedang berada di halaman rumah Si Kembar. Rutinitas mereka di akhir pekan sejak lulus SMP. Nathan melanjutkan di SMK, sedangkan Bara, Alena, dan Nitha melanjutkan sekolah di SMA. Namun, hanya Bara dan Alena saja yang satu sekolah, sedangkan Nitha berbeda sekolah dengan mereka. Karena kesibukan mereka lebih banyak, jadi mereka sepakat untuk tidak sering kumpul. Karena itu, mereka memilih akhir pekan sebagai hari wajib mereka.“Kamu serius, Len? Bulan depan? Kok mendadak banget?” Pertanyaan Nitha didukung anggukan oleh kedua laki-laki itu.“Iya, Len. Kenapa mendadak? Nanggung banget loh kalau pindah bulan depan. Kenapa nggak nunggu sampai lulus aja?” Suara Bara terdengar.Alena tampaknya ragu menjawab. Terbukti dengan diamnya gadis itu selama beberapa saat. “Sebenarnya enggak mendadak, sih.” Alena menatap ketiga sahabatnya. “Ini bahkan lebih dari wak
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status