Semua Bab The Ex Brother 2: Bab 31 - Bab 40
71 Bab
31. Perubahan Yang Harus Diterima
Olivia FinleyTidak ada yang terjadi semalam. Aku terlalu lelah. Terbangun pagi ini pun, tanpa Rhys di sisiku.Ke mana dia? Apa wanita yang semalam duduk di meja makan keluarga Oxley itu mencari kekasihku dan membangunkannya dari tidur di pagi buta?Persetan, ZeeZee!Jika Rhys menemukan kesenangan lain dengan cara seperti itu, mungkin aku harus coba bercermin pada diriku sendiri.Aku memiliki hubungan yang ‘sesuatu sekali’ dengan Brady White. Andai Rhys tahu, mungkin perang akan terjadi.Aku tidak suka itu. Sungguh. Sebisa mungkin aku akan mencegah hal itu terjadi, meski rasa bersalah akan mengikuti sepanjang hidup.Tapi, apa mungkin selamanya Rhys tidak akan tahu tentang apa yang terjadi padaku dan Brady? Rasanya, teramat sangat mustahil.Namun setidaknya, aku akan coba menaikkan kewaspadaanku.“Selamat pagi, Nona Olivia Finley.”Aku menoleh. Melihat sosok Lucas di sana. Masih sama. Walau tidak sebaik dari terakhir kali aku merasakan keramahtamahannya. Mungkin, dua tahun membuatnya j
Baca selengkapnya
32. Di Bawah Tekanan
Olivia Finley“Bisa beritahu aku kenapa kau sampai ada di rumah utama padahal biasanya, kalian tidak akan berkumpul tanpa perintah dari kakak tertua?” Tiba-tiba penasaran. Aku menanyakan ini karena mengingat ucapan Lucas.“Kata siapa? Aku sesekali pulang untuk berganti pakaian di kamarku. Pakaian di rumahku sendiri hanya ada beberapa yang sempat kubawa dari sini.”“Kau peduli soal itu?” Aku keheranan. Atau mungkin, aku saja yang tidak pernah tahu akan hal itu.“Ya. Aku peduli.” Meletakkan sandwich-nya kembali di piring, dia menatapku. “Waktu yang tepat sekali ketika pagi ini aku pulang, dengan niat untuk mengambil beberapa setelan jas dan malah bertemu denganmu.”Jadi, siapa yang bicara benar? Lucas atau Ludwig?Memangnya kau peduli? Ah, ya. Tidak. Aku tidak peduli. Itu urusan mereka. Aku pun berhak tidak mempercayai siapa pun di sini.“Kenapa kau kembali?”Sekarang, giliranku yang meletakkan sandwich dengan beberapa gigitan dariku itu, ke piring. “Karena aku merindukan Rhys.”“Jika i
Baca selengkapnya
33. Sosok Dibalik Nama Itu
Rhys Dimitri OxleyAku merasa aneh pada ZeeZee-ku yang tidak mempermasalahkan apa pun. Ya, oke. Kami memang sudah sepakat tentang hal itu malam lalu, tapi bukan berarti dia tidak sepeduli ini.Kurasa, dia agak dingin. Bukan, bukan. Nyaris rasa kepedulian itu sudah tidak lagi ada untukku.Begitukah?“ZeeZee Olivia Finley, apa yang ingin kau beritahu? Cepat katakan.” Menggesekkan daguku ke pundak telanjangnya, kuhirup aromanya yang menenangkan.Dia terkikik geli. Membalas sentuhanku dengan meraba secara intens. “Rhys, aku mencintaimu.”Sungguh hanya itu? Kenapa aku meragukan ucapannya? Serasa ada yang tertinggal. Kesannya, aku begitu memaksa. Padahal, mungkin benar hanya itu.“Aku juga mencintaimu, Sayang. Sangat.” Kusatukan diri kami pada akhirnya. Tidak bisa kubendung lebih lama lagi. Dia terlalu menggairahkan. Selalu seperti itu.“Rhys,” panggilnya serak. Padahal kami sedang bergerak. Dari dulu begitu. Senangnya bicara ditengah percintaan.“Hmm?” Kutatap matanya dalam-dalam. Meneliti
Baca selengkapnya
34. Harus Pergi
Olivia FinleyBukan bosan menunggu, aku hanya bergerak ke ruangan lain setelah melihat menu makanan di meja belum bisa disantap karena menanti Rhys menyusul ke sini.Aku memastikan bahwa semua yang ada di dalam setiap ruangan masih sama seperti yang terakhir kali kuingat, suasana yang persis serupa. Meski banyak pelayan baru dengan wajah yang asing bagiku berlalu lalang di dapur dan ruangan pelayan, tempat biasa mereka beristirahat.Dering telepon di ruang kecil yang biasanya dipakai untuk menyimpan berkas milik David Oxley, membuatku terkejut. Seingatku, telepon rumah tidak pernah diletakkan di ruangan itu. Padahal, itu ruang berkas tempat ayahnya Rhys biasa berlama-lama tanpa ingin diganggu.Masih berdering dan kuangkat gagangnya, menempelkan ke telingaku.“Halo.”“Saatnya pulang, Olive. Perlu kujemput?”Percaya lah. Aku mematung dengan rasa terkejut yang menyeretku jatuh bersama gemuruh ketakutan dalam diriku.Sungguh. Aku tidak menyangka dia menghubungiku ke telepon rumah Oxley. M
Baca selengkapnya
35. Dia Muncul di Dalam Mimpi
Olivia Finley“Kau tidak akan melakukan itu.” Tersenyum, kuusap pipi kanannya tanpa melepas tatapanku darinya.Rhys balas menatapku. Bagaimana jika dia mulai mencurigaiku dan benar-benar bersikeras melarangku kembali ke Halbur?Menghela napas, dia menyingkirkan gelas dari genggamanku. Caranya sedikit kasar. Mungkin dia marah. Aku membiarkannya. Tidak mengatakan apa pun ketika gelas itu terjatuh ke atas ranjang dan membasahi seprei serta kasurnya dengan air yang tadi masih penuh di dalam gelas. Menyerap cepat, tapi masih basah.Rhys mencumbuku. Meski marah sekali pun, dia tidak pernah benar-benar kasar padaku, terutama ketika dia menginginkanku.Kulingkarkan kedua lenganku ke lehernya. Menikmati segalanya yang terjadi, sebagai hal yang kurasa jadi paling baik dan menenangkan hatiku saat ini.Terlepas dari sesaknya rasa bersalah yang menghimpitku. Membuatku kacau dan terluka sendiri. Bahkan jika dia mengetahuinya, mungkin perasaan terlukaku bukan lah apa-apa.Di kepalaku hanya tertanam
Baca selengkapnya
36. Taktik Melawan Brady
Olivia FinleyTersentak, aku baru sadar ketika nyaris kupikir Brady White ada didekatku. Mengatakan sesuatu, lalu sedikit memberi sentuhan disepanjang kulit wajahku.Nyatanya tidak ada!Mungkin hanya firasat.Meski yakin, aku tidak menangkap basah dia sedang melakukan itu padaku. Lebih baik diam jika tidak punya bukti.Berapa lama aku tidur? Sepertinya tidak lebih dari tiga puluh menit, saat jarum jam terpantau tidak bergerak terlalu jauh.Ketika keluar kamar, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku kembali ke Halbur karena Brady bisa bertindak di luar kendali, begitu pun dengan Rhys jika sampai pria itu mengetahui segalanya.Kecemasanku berkali lipat naik melalui asam lambung, hingga rasanya membuatku ingin mual.Ah, aku bosan. Muak. Kapan ini berakhir?“Bagaimana jalan-jalan ke Yellowrin? Kau sudah puas?”Kutemukan keterkejutanku di sudut lain ruangan. Mataku menangkap Brady ada di batas antara ruang tengah dan tamu. Dia berdiri di sana dalam balutan setelan santai. Kemeja puti
Baca selengkapnya
37. Penawaran Di Antara Kita
Olivia FinleyBerapa lama aku merasa sekarat dengan isi perut yang nyaris terkuras habis dan tenggorokan yang terasa seperti terbakar?Entah!Aku tidak ingat itu. Aku hanya marah ketika terbangun dalam posisi meringkuk di balik selimut milik Brady.Ini bukan kamar yang biasa kutempati.“Hei, kau baik-baik saja?” Brady muncul entah dari mana dengan gerak tergesa-gesa. Dia nyaris melompat ke atas ranjang dan memegangi wajahku menggunakan kedua tangannya yang terasa dingin.“Singkirkan—aww!” Nyeri di ulu hati dan perut, membuatku kembali meringkuk.“Olive, katakan padaku—”“Berhenti berpura-pura, Berengsek!” Aku terengah. Menahan amarah dan rasa geram yang tidak mampu mencapai tahap maksimal. “Kau sengaja meracuniku.”Brady menatapku. Dalam dan terkesan bingung. Dia seperti kehilangan sesuatu untuk dikatakan padaku. Hinaan dan ancamannya bagai lenyap ditelan bumi.Sandiwaranya bagus. Bernilai sembilan puluh sembilan dari seratus.“Ada yang berniat meracunimu, bukan aku.”Kutekan sedikit
Baca selengkapnya
38. Dia dan Putranya
Rhys Dimitri Oxley William muncul setelah dua minggu tidak terlihat di depan mataku. Kali ini dia datang sendirian. “Kau melarikan diri dari rumah?” Biasanya, aku tidak pernah mau tahu, apalagi bertanya. “Aku bolos les matematika.” Dia tertawa. Mirip anak kuda. “Sepertinya, mama masih di kebun.” “Kebun?” Hei, sejak kapan aku jadi ingin tahu? “Yap. Mama terkadang bekerja di kebun mawar milik keluarga Paden.” Ah, James Paden. Pemilik kebun mawar terbesar di Yellowrin. Mawar dengan beragam warna. Mereka punya sebanyak itu. Sebenarnya, dia tidak harus repot-repot untuk mengembalikan biaya pengobatan rumah sakit William beberapa waktu lalu. Tapi, ya ... wanita selalu punya seribu satu macam alasan untuk mempertahankan harga dirinya. Oke. Kubiarkan dia melunasinya, jika memang maunya begitu. Kata Lucas, pekerjaan tetap Diana Heller itu adalah sebagai pembuat roti di Vernos Bakery milik keluarga Vernos. Ada di sudut kota, dekat gedung bioskop yang tidak kalah tuanya dengan toko roti
Baca selengkapnya
39. Cium Aku
Olivia FinleyMemberikannya sesuatu. Antara ingin kuberikan atau tidak. Gawatnya, aku sedikit terprovokasi. Apa boleh?“Kemari lah. Aku cuma mau dipeluk dengan nyaman olehmu.”Itu maunya?Sulit dipercaya. Padahal, tadi dia juga sudah memelukku. Kenapa hal itu lagi yang dia minta? Aneh mendengarnya.“Olive, ayo lah. Cuma itu saja yang kuminta darimu.” Brady merengek. Mirip bocah.Aku bergerak. Sedikit. Berbeda dengan Brady yang langsung menangkapku seolah aku akan lari darinya.Dia memelukku. Erat. Memang yang kali ini sedikit berbeda dari yang tadi.Bagaimana ya, menjelaskannya? Pokoknya begitu. Berbeda dari yang sebelumnya.Oke. Kubiarkan kau kali ini, Brady White.Aroma tubuhnya menenangkan. Akui saja soal itu. Benar-benar membuatku ingin memejamkan mata dalam dekapannya ini.“Aku sungguh ingin melakukan ini sesering mungkin.” Dia bergumam. Mengusap punggungku dengan lembut, tanpa unsur apa pun yang bisa kucurigai.Diam saja, bisa kurasakan bahwa benar adanya belaiannya membuatku te
Baca selengkapnya
40. Jakun Naik Turun
Olivia FinleyApa?Sudah gila, ya?Jika sedang tidak meringkuk dalam rasa sakit seperti sekarang ini, sudah kupastikan dia akan terkena tendangan kaki atau tamparan tanganku.“Tidur saja, Brady. Jangan minta yang aneh-aneh.” Kuusap rambutnya, alih-alih menuruti kemauannya.Dia meracau. Entah apa yang dikatakannya. Tidak jelas.“Apa, Brady?”“Dekatkan,” lirihnya.Aku tahu maksudnya. Mengerti sebenarnya. Dia ingin aku mendekatkan telingaku ke bibirnya. Apa harus?“Hmm?” Akhirnya, aku menundukkan kepalaku ke dekat bibirnya. Tepatnya, telinga. Mengalah saja lah.Suara panasnya karena demam serasa menyusup ke telingaku.“Tidur lah denganku. Kali ini saja.”Sakit atau tidak, dia memang semenyebalkan ini. Kapan isi kepalanya bersih dari hal-hal kotor?Kujambak pelan rambut belakang kepalanya sebagai peringatan. Hei, tenang. Kulakukan tidak dengan cara kasar.“Berhenti lah mengacau, Brady. Kau sedang sakit. Aku di sini juga karena paksaanmu. Jangan buat aku meninggalkanmu sekarang sendirian.”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status