Semua Bab The Ex Brother 2: Bab 21 - Bab 30
71 Bab
21. Terjebak Untuk Kesekian Kalinya
Olivia FinleyTubuhku menegang ketika sosoknya muncul, tepat dibelakang Sky.Merapat ke pintu, aku melotot padanya.“Mau apa kau, Brady?”“Membawamu kembali pulang, Olive.”“Ini rumahku.”“Bukan lagi rumahmu, Sayang.”Aku tidak akan mempercayai perkataan apa pun yang keluar dari mulut si berengsek itu.Saat kucari di bagian kumpulan pot-pot bunga berukuran kecil, di mana terakhir kali kusimpan kunci rumahku, tidak kutemukan apa pun.Tidak akan putus asa—meski rasanya aku pasti kalah—cepat tubuhku tegak kembali. Mengetuk pintu dengan kalut. Berharap tidak ada yang sudi tinggal di rumahku ini, selama diriku pergi.“Sebentar!” Suara seorang wanita tua terdengar dari dalam.Pintu terbuka. Tubuh kurus, sedikit membungkuk dengan kacamata bulat berkabut milik nyonya Hudson, yang selalu kukenali.Dia salah satu pelangganku, tapi selalu mendapatkan keringanan setengah harga, terkadang gratis dariku. Itu karena dia harus bekerja keras di usia tuanya, tanpa keluarga.Nyonya Hudson tinggal seorang
Baca selengkapnya
22. Aku Tanpamu
Rhys Dimitri OxleyKuabaikan segala hal bahkan yang terpenting, hanya untuk terburu-buru kembali ke Yellowrin pekan lalu.“Tuan, keadaan masih sama seperti kemarin. Aman terkendali. Tidak ada tanda-tanda penyusup yang mendekati makam.” Lucas bicara dengan sangat hati-hati padaku.“Karena aku sudah di sini, sudah pasti mereka tidak bernyali menunjukkan pertanda apalagi wajah mereka di depanku.”Lucas berdiam diri di sisiku. Bukan karena mendengarkan ucapanku, tapi sibuk melakukan sesuatu di ponselnya.“Berita tentang makam mendiang tuan David dan nyonya Tessa yang dibongkar orang tidak dikenal, sudah berhasil ditarik sejak hari pertama diterbitkan. Tapi di beberapa media yang terlanjur disebar ke pihak yang tidak bertanggung jawab, terpaksa menempuh jalur hukum kita, Tuan.”Kutatap Lucas dengan tajam. “Siapa yang mengurus itu semua?”“Tuan Leon, Tuan.”Bagus sekali akhirnya bocah itu bersedia melakukan sesuatu tanpa harus menunggu perintah dariku.Hukum kita. Itu artinya, mati.“Pastik
Baca selengkapnya
23. Bukan Teman Berbagi Ranjang
Olivia FinleySelalu ada pilihan.Aku memilih melawan Brady dengan caraku.Mengikuti keinginannya. Membiarkan dia menempel terus di mana pun aku berada.Sampai akhirnya kuputuskan untuk tidak mendatangi Rhys, karena pria itu pasti marah besar jika tahu aku pulang ke Yellowrin bersama Brady.Jangan lagi ada kesalahpahaman.Aku tidak ingin ceroboh. Tidak bisa berpikir dangkal.“Tidak bisakah kita berteman saja?” Ini pertanyaan yang kuajukan setelah dua hari diikuti tanpa henti oleh Brady.Bahkan aku tinggal di salah satu rumah mewah miliknya. Catat. Hanya tinggal sendirian. Kami sepakat untuk hal yang satu itu. Maksudku, dia kupaksa sepakat atau aku akan membuatnya lelah dengan penolakanku.“Teman?” Dia berhenti mengiris roti di atas piring. Sarapan yang penuh lagak. Dia memang senang bertingkah. Itu wajar. Seorang Brady White memang pria kaya raya.“Ya, teman.”“Teman seperti apa yang kau maksud?”“Hanya teman. Teman layaknya teman. Memangnya kau tidak punya teman?”Brady si berengsek
Baca selengkapnya
24. Habiskan Tanpa Ragu
Olivia Finley“Tidak ada batasannya, Olive. Habiskan sebanyak yang kau mau.” Kutirukan gaya berbicara Brady sambil mencibir.Sekarang aku di sini. Di sebuah toko perhiasan. Memilih berlian untuk investasi jangka panjang.“Silakan bunuh aku jika kau tahu aku menghabiskan uangmu tanpa batas, Brady sialan!”“Ya, Nona?”“Oh, tidak. Aku sedang mengagumi semua perhiasan yang ada di sini.” Aku tertawa bodoh, saat karyawan toko menatapku dengan bingung.Tunggu, tunggu. Aku tidak sedang ingin membeli perhiasan untuk dikenakan.“Fresia, akan ada lelang berlian merah muda di rumah lelang Sandstone. Aku ingin ke sana untuk melihat-lihat. Tolong jaga toko dengan benar.” Seorang wanita tua, tidak terlalu tua. Hanya gaya berpakaiannya yang mencolok. Warna-warna menarik perhatian. Hijau neon dan merah menyala. Dia tampak berlenggang pergi dari tokonya.Lelang berlian?Aku perlu ke sana.“Halo, Nyonya.” Kutepuk pundaknya perlahan. Tanpa sadar sudah mengikutinya sampai ke tempat dia memarkirkan mobilny
Baca selengkapnya
25. Hanya Malam Ini
Olivia Finley Aku tahu bahwa Brady bajingan tidak akan masalah dengan apa yang telah kulakukan. “Kau membuat pegawai toko itu kaya dalam sehari.” Brady menghadangku di ruang tamu. Santai, tenang. Dia membahas tentang kelakuanku di toko tas sore tadi. “Ini sudah tengah malam. Kenapa masih di sini? Kau mau melanggar kesepakatan kita?” Brady yang menatapku dalam keremangan cahaya, diam dan terus memberiku pandangan banyak makna. Lampu ruang tamu memang kubiarkan menyala remang, jika ruangan ini sedang tidak digunakan. “Aku sengaja datang karena menurut pelayan rumah, kau belum pulang sejak pergi dari rumah pagi tadi.”“Edgar Vallue tidak melaporkannya padamu?” “Dia kupecat sore tadi.” “Apa? Dasar bajingan berengsek!” Aku mengumpat kesal. Pantas saja Edgar tiba-tiba pergi saat sedang mengawasiku di rumah nyonya Marlot. “Dia menyukaimu. Aku tidak suka itu.” Aku tertawa. Tawa gila yang membahana. “Jangan bicara omong kosong, White. Kau sengaja mengarang cerita bodoh di depanku?” B
Baca selengkapnya
26. Diana Heller
Rhys Dimitri OxleyNamanya Diana Heller. Dia ibu tunggal yang memilih menetap di Yellowrin. Hanya tinggal berdua saja dengan William Heller. Tidak berani memperlihatkan wajahnya di depan ayah dan ibu mertuanya, meski mereka berada di kota yang sama.Aku mengingat mereka berdua karena melihat salah satu pelayanku pagi ini, yang bernasib nyaris sama seperti Diana dan putranya. Ditinggal mati oleh suaminya.“Rhys!”Pengacau lain datang.Aku pura-pura tuli.“Kau tidak bisa terus mengabaikanku, oke?” Bicaranya cepat. Secepat langkahnya yang mengejarku.Aku tidak peduli. Terus bergerak menuju lapangan golf. Kolega bisnis ilegalku menunggu.Sapaan mereka menggantung karena Audrey Mika Dawson yang mengekoriku layaknya anak anjing. Tatapan keheranan mereka mulai bekerja untuk wanita sialan ini.Meski begitu, tidak ada satu pun dari mereka yang berani bertanya padaku perihal kenapa adik dari mantan kekasihku di masa lalu bisa ada di sini, bersamaku.Di mana Lucas? Kenapa jalang yang satu ini bi
Baca selengkapnya
27. Jinak Merpati
Olivia Finley“Habiskan sarapanmu, Olivia. Setelah ini, aku akan mengajakmu memancing ikan besar di sungai.”“Hem, oke.” Aku mengangguk. Tidak antusias sama sekali. Masih mengantuk. Semalam itu terlalu larut untuk datang ke Prerana. Dua jam dari Halbur dan tujuh puluh menit untuk memasuki kawasan pedalamannya.Walau begitu, Brady White sialan akan tetap tahu tentang keberadaanku di sini.“Kau tidak sayang nyawamu?” Berdiri di sisi kanan setelah menghabiskan sarapan, kulipat tangan sambil bersandar di dinding.“Brady sudah memecatku. Dia tidak akan suka jika harus berurusan dengan bawahannya lagi.” Edgar Vallue sedang mempersiapkan alat memancingnya. Memang raut wajahnya itu tidak menyiratkan rasa takut akan sesuatu, terutama pada Brady White.“Kalau begitu, kenapa tidak menjelaskan padanya tentang hal yang membuat si gila itu salah paham?”Edgar tertawa. Berhenti hanya untuk melihatku. “Kau pun perlu bicara baik-baik dengannya, Olivia.”“Oh, itu tidak perlu. Brady tidak butuh mendenga
Baca selengkapnya
28. Hadiah Kebebasan
Olivia FinleyMemancing bersama Edgar batal dan aku pulang.Seberapa banyak aku berpikir selama perjalanan pulang untuk menghubungi Rhys dan mencoba mengingat-ingat nomornya, tetap berakhir buntu.Aku tahu, aku hanya perlu ke Yellowrin. Bertemu dan menjelaskan semua ini padanya. Itu yang paling kubutuhkan saat ini.Tanpa gangguan dari Brady sialan. Walau aku sangat lah tahu, itu nyaris mustahil terjadi.Di mana kakiku berpijak, di situ Brady White akan mengikuti.“Kau kembali?” ejek si sialan di depan pintu. Seolah sedang menyambutku.Kuabaikan dia dengan akhir yang selalu bisa kutebak. Dia akan menyentuhku dan menyudutkanku di dinding.Tepat!“Jangan pernah berani mengabaikanku, Olive.” Cengkeramanya berbeda. Penuh hasrat dengan tangannya yang berada di pinggangku.“Kau senang hanya dengan menjadi semena-mena padaku?” Kubiarkan dia saat bagian tubuh depannya menekan bagian yang sama denganku. Kata Edgar, aku mungkin harus terlihat jinak di depannya.Omong kosong! Aku tidak bisa!Kure
Baca selengkapnya
29. Benar-Benar Bebas
Olivia Finley “Kebebasanmu. Kau tuli, Olive?” Bukan kasar. Dia hanya tidak sabaran. Aku yakin, saat ini mataku pasti mengeluarkan banyak bintang-bintang yang bersinar. Berkilau. “Itu artinya, aku boleh pergi darimu? Dari rumahmu? Tanpa kau ikuti?” Brady sialan hanya fokus menatapku. Seolah sengaja mengabaikan si kurus cantik berambut pirang di depan kami. “Kita bicara nanti. Lakukan sekarang atau kau—” “Oke,” selaku cepat. Memang harus cepat, sebelum dia berubah pikiran. Kulingkarkan lengan kananku di pinggangnya. Balasan perbuatannya tadi. Namun kurasa, Brady sialan tidak akan puas dengan hanya apa yang kulakukan. Karena wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Sialan. Apa lagi yang salah? Si pirang mengulum senyum. Dia sadar aku bersandiwara yang terkesan dipaksakan. Mereka hebat. Pasti orang-orang yang biasa mengenakan topeng untuk mengelabui siapa pun yang ingin mereka tipu. Penipu yang tidak mungkin bisa ditipu. “Kami akan segera pergi. Tolong minta salah satu karyaw
Baca selengkapnya
30. Dia Datang Padaku
Rhys Dimitri Oxley “ZeeZee?” Bukan kilat, apalagi petir yang menyambar di siang terik, lebih dari itu, aku terkejut melihatnya ada di sini. Di depanku. Tersenyum canggung. “Apa aku mengganggumu?” Dia terlihat sangat kaku, daripada marah. Aku segera pergi dari tempat dudukku. Ini memang pasti tidak akan menimbulkan kesalahapahaman, tapi apa yang sedang kulakukan, seolah memperlihatkan aku tengah menikmati makan malam bersama Diana Heller. Ini bukan seperti itu. Terlihat begitu, tapi tidak begini awalnya. “Sama sekali tidak, Sayang.” Kupeluk dia erat-erat. Kecemasanku mereda, ketika dia balas mendekapku. Kututup rasa ingin tahuku yang berharap bisa bertanya tentang banyak hal. Kenapa dia bisa sampai ke Yellowrin? Padahal setahuku, dia tidak ingin kembali ke sini dengan berbagai alasan. Paling membuatku bingung, kenapa dia tidak menghubungiku? Akh, untuk apa hal ini dipertanyakan lagi? Aku pun pergi tanpa pamit, sehari setelah hari pernikahan kami. Dan ... dan, demi apa pun! Ini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status