All Chapters of Pembantu Kaya Tuan Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

134 Chapters

PART 71 BERTUKAR NAFAS

Sepertinya mata Lala baru saja terpejam ketika keributan itu kembali terjadi, dengan malas Lala memutuskan bangun demi melihat apa yang terjadi. Jam dinding menunjukan pukul 03.00 mereka baru pulang terlihat Rega memapah Glenn yang terlihat sempoyongan dan bicara tidak jelas, sementara bau alkohol begitu kentara, laki-laki itu membawa pria itu ke dalam kamarnya. “Kamu bisa nggak berhenti merepotkan orang lain?!” Bentak Rega begitu keras. Seraya menjatuhkan tubuh besar itu ke kasur. Glenn bangkit, kemudian memukul Rega, “Jangan terlalu peduli dengan hidupku!” ucap Glenn. Rega tidak membalas percuma membalas orang di bawah pengaruh alkohol. Lala menarik Rega, “Sudah pulanglah, biar aku yang urus Glenn!” ucap Lala kemudian. Akhirnya rega menurut untuk meninggalkan mereka berdua. Rega sangat yakin jika Lala bisa diandalkan. Setelah Rega pergi, Lala mendekati Glenn, yang terus memegangi kepalanya. “Duduklah ucap Lala, apa kamu pusing?” tany
Read more

PART 72 JANGAN TANGGUNG-TANGGUNG

Pelan-pelan Lala memindahkan lengan besar itu dari tubuhnya, tapi sia-sia karena dia malah lebih posesif dan mengetatkan tubuhnya. Laki-laki itu tertidur tapi jika Lala bergerak secara reflek lengan itu menariknya lebih dalam. Lala mendorong tubuh itu dan segera bangkit. Bukan karena apa-apa, tetapi dia merasa pegal tidur dengan ditimpa lengan itu meskipun dirinya suka. Tindakan Lala membuat laki-laki itu terbangun. “Tolong ambilkan air dingin,” ucapnya serak sepertinya tenggorokannya begitu kering. Lala bangkit mengambil air mineral dingin kemudian memutar tutupnya dan mengulurkan pada Glenn. “Minumlah,” ucapnya pelan. Glenn meminumnya dalam sekali tenggak hingga suara air yang masuk dalam tenggorokannya terdengar begitu kentara. Kemudian memberikan botol kosong itu pada Lala. Laki-laki itu memegang kepalanya dan matanya terpejam erat seolah menahan rasa pusing yang begitu hebat. Kemudian menghempaskan tubuhnya kembali di kasur. “ Apa yang kau rasaka
Read more

PART 73 PUTAR BALIK

“Jadi kau memang ingin melihatku hancur?” tanya Glenn bingung.“Bukankah itu yang kamu lakukan sekarang? Untuk apa pura-pura bingung? Teruskan saja selagi kamu suka!” sinis Lala sambil menyuapkan sendok terakhirnya. “Mau nambah lagi nggak makannya?” tanyanya kemudian. Gadis itu menarik selembar tisu dan membersihkan bibir Glenn.Kemudian meraih teh hangat dan menyodorkannya ke arah Glenn. “Segera diminum,” pintanya.Tubuh kecil Lala beranjak untuk mencuci mangkuk kotor di tangannya, kemudian menyimpannya dengan baik setelah selesai.Glenn memperhatikan setiap kegiatan Lala. Sampai gadis itu sudah berada di depannya kembali. “Jika tidak ada yang harus aku lakukan lagi aku mau ke kamar. Kamu pikir aku tidak punya pekerjaan yang lain?” ucap Lala.Glenn tidak menjawab dan masih menatap gadis itu. “Kalau kamu mau pergi hura-hura lagi malam ini, aku ingatkan! Mala
Read more

Part 74 PENERIMAAN

“Sudah jangan lama-lama,” ucap Lala, melepaskan pelukan itu. Kemudian duduk di tepi ranjang. “Jika kamu sudah mengerti sebaiknya dipercepat prosesnya, karena aku juga punya urusan sendiri!” “Proses apa?” tanya Glenn tidak mengerti. “Proses menjadi waras,” sinis Lala. “Kamu nggak ikhlas membantuku di sini?” tuduh Glenn. Lala mengernyit, kemudian membenarkan helai rambutnya ke belakang telinga. Kemudian menatap Glenn. “Apa? Ikhlas kamu bilang? Untuk apa aku ikhlas? Pada akhirnya aku juga nanti yang di maki-maki! Dikiranya aku mengincar hartamu, dikira aku suka sama kamu! Yang benar saja, seperti tidak ada laki-laki yang lebih baik,” kesal Lala. Glenn menatap tajam Lala dengan memegang kedua pundaknya, “Jadi maksudmu aku tidak baik?” geram Glenn. ”Iya,” jawab Lala pendek. “Apa maksudmu?” Glenn mencengkeram pundak Lala hingga merintih kesakitan. “Akh ... Lepaskan!” pekik Lala. Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuhnya demi bi
Read more

PART 75 SINDIRAN

“Rega?” Lala cukup kaget ketika membuka pintu dan melihat Rega membawa plastik besar. Bahkan ini masih pagi, yang benar saja dirinya sudah datang. Rega tersenyum manis, “Kamu apa kabar, La?” Jawab Rega. “Seger banget kelihatannya, nggak bangun siang lagi?!” sindir Rega menahan senyumnya. Lala sadar jika itu sindiran, meskipun kejadiannya tidak seperti itu. “Setiap hari aku bangun pagi, Ga! Hanya saja terkadang tidur lagi jika perkerjaan sudah selesai,” kilah Lala mencari pembenaran. “Oh berarti pagi itu aku salah lihat, soalnya aku melihat Glenn tidur memeluk gadis yang begitu mirip denganmu, entahlah mungkin mataku yang salah,” ucap Rega dengan senyum sedikit sambil mengulurkan plastik itu. Jangan tanyakan bagaimana kondisi pipi Lala karena menahan malu, tentu saja semburat merah itu tidak bisa di sembunyikan. Lala menunduk ke arah plastik besar itu. “Apa ini, Ga?” tanya Lala mengalihkan perhatian Rega. “Bahan makanan untuk kalian, mungkin ti
Read more

PART 76 BAYANG-BAYANG

“Kita makan apa?” tanya Glenn pada Lala yang tampak sedikit melamun, dari tadi tatapannya terus menuju jalan.“Apa aja, lagi pula aku tidak terlalu lapar,” jawab Lala.“Hah tidak lapar?! Kamu belum makan apa-apa lho. Apa dengan menatap wajah gantengmu saja kamu tiba-tiba langsung kenyang?” sahut Glenn dengan tatapan terus menghadap jalan, sambil sesekali memperhatikan sisi sebelah kiri jalan barangkali saja ada warung makan yang menarik untuk didatangi.“Kamu terlalu percaya diri, aku tidak terbiasa sarapan berat. Biasanya hanya segelas susu dan sepotong roti, sudah ...”“Iya, kali ini aku yang lapar. Biasanya aku sarapan soto kwali jika bersama, Sabila. Kamu mau soto juga kan?” ucap Glenn.Sebenarnya hanya kata sederhana, tapi bagi Lala itu bagaikan pisau yang mengiris hatinya. Perih rasanya, tetapi terlalu bodoh jika cemburu dengan orang yang sudah meninggal. Lala tidak menyahut. Berusah
Read more

PART 77 TEMANI AKU

“Kita mau ke mana? Bahkan ini bukan jalan menuju apartemenmu!” tanya Lala sedikit bingung. Pasalnya Glenn memacu terus mobilnya bahkan sepertinya menuju luar kota.“Aku suntuk La, temani aku sebentar ya,” pinta Glenn.“Janji sebentar.”“Iya,” jawab Glenn pendek sambil terus fokus menyetir mobilnya.“Glenn apa aku boleh bertanya?” tanya Lala sedikit ragu.Glenn meliriknya sekilas. Kemudian kembali fokus ke jalan. “Apa aku pernah melarangmu bicara, tanya saja sesukamu aku pasti jawab. Jangan khawatir!”Lala memiringkan kepalanya demi melihat ekspresi Glenn, “Apa kamu masih mencintai kak Sabila?” tanya Lala.“Mengapa bertanya begitu? Dia dulu pernah jadi calon istriku. Tentu saja kamu sudah tahu jawabanku,” jawab Glenn sendu.“Sejauh apa kalian pacaran, maaf ....”“Kamu bukan orang tuaku, bukan pula orang tua Sa
Read more

PART 78 TIDAK BISA

Angin menerpa keduanya “La, mengapa kamu diam?” tanya Glenn. “Aku harus menjawab apa,” Lala mendongakkan kepala pada laki-laki di belakangnya. Kemudian beringsut menyamping memosisikan pipinya tepat di dada Glenn demi mendengar degub jantung yang berkejaran seiring ombak di depannya. Kedua tangan Glenn merengkuh tubuh itu. “Kamu tidak perlu menjawab, jika belum ada jawaban,” ucap Glenn menatap lurus jauh ke depan. Lala kembali mendongak meneliti ekspresi laki-laki yang memeluknya kini. Tersadar di perhatikan Glenn menunduk hingga mata mereka bertemu kembali. Glenn menatap sayu manik gadis dalam rengkuhannya. “Mengapa melihatku seperti itu?” tanya Glenn. “Aku bingung Glenn ....” lirih Lala. “Jangan bingung, ikuti saja hatimu ... Biar semua mengalir seperti apa adanya tanpa paksaan,” ucap Glenn. Punggung tangannya mengusap pipi gadis itu. Kemudian wajahnya semakin tertunduk hidung tinggi itu hampir menyentuh pipi Lala.
Read more

PART 79 MENATA HATI

Keduanya sudah dalam perjalanan pulang ke apartemen Glenn. “Kenapa diam saja apa kamu capek?” tanya Glenn melirik gadis di sampingnya sesaat kemudian kembali fokus pada kemudi mobilnya. Lala mengantuk dan meringkuk di tempatnya. “Apa AC-nya terlalu dingin,” Glenn mulai mengatur suhu mobilnya, “Atau kamu sudah lapar?” tanya Glenn heran karena Lala hanya diam saja. Glenn menghentikan mobilnya ketika lampu merah, tangan itu mengusap pucuk kepala Lala. “ Mengapa diam saja, tidak satu pun pertanyaanku kamu jawab,” tanya Glenn. Lala menatap Glenn sesaat, “Sudah hijau lampunya,” ucap Lala. Mobil itu kembali melaju. “Glenn,” “Hmmm...” “Mengapa kamu menyuruhku menggantikan posisi, kak Bila?” Glenn terbahak demi mendengar pertanyaan Lala. “Jadi kamu masih memikirkan itu?” tanya Glenn. Kemudian menatap gadis di sampingnya sekilas, mobil berbelok sudah hampir dekat memasuki kota Violens. Perjalanan memang cukup lama hampir
Read more

PART 80 DIHAJAR KEADAAN

Hari masih terlalu pagi. Glenn begitu semangat bangun, sesaat melepaskan tangan kecil di atas perutnya. Dirinya tersenyum melihat Lala tidur begitu polosnya. Glenn mengecup dahi itu kemudian meninggalkannya.Setelah ritual kamar mandi Glenn melangkah menuju kamarnya sendiri. Duduk di meja kerjanya dan membuka laptop. Entahlah sudah berapa lama Glenn melupakan pekerjaannya.Benar kata Lala hidup harus terus berjalan dan kenangan tidak akan bisa digandeng menuju masa depan. Laki-laki itu membuka laptopnya. Sejenak dahinya berkerut demi melihat, begitu banyak email yang masuk sejak dirinya melupakan pekerjaannya.Glenn mengurut keningnya. ‘Apakah Wira bisa menghandle semuanya’ batinnya ragu. Bahkan banyak sekali cancell order di sana karena keterlambatan respon. ‘Astaga!’ Glenn terus menelusuri e-mail itu. Kemudian dirinya menelpon seseorang.“Hallo Winda.”Winda adalah sekretarisnya.“Benarkah bapak Gl
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status