Pagi yang di tunggu sudah tiba, ini lebih menegangkan dari ujian semester, lebih menakutkan dari kemarahan Harjito padanya, lebih seram dari makhluk hitam mengerikan yang pernah ditemui di kamarnya.Semalam Lala hanya pura-pura tidur saja, bahkan Lala tahu saat Glenn memberinya selimut kemudian mengecup dahinya. Setelah Glenn keluar nyaris Lala tidak bisa tidur sama sekali.Tetapi untuk apa takut? Bukankah Lala putri Harjito Pribadi? Tidak sepantasnya menjadi seorang penakut. Bahkan, Lala masih mengingat pesannya dengan baik. Ayahnya itu tidak pernah mendidiknya menjadi seorang pengecut, mudah menyerah dan lari dari masalah.Lala memutuskan bangun. Bertepatan dengan pintu yang terbuka. “Maaf Non, aku mau ambil piring kotor,” ucap Wina tersenyum sopan. Kemudian masuk di kamar itu dan mengambil piring bekas makannya semalam.Lala membalas senyum itu, “Jangan panggil aku Non, Bi! Panggil Lala saja. Aku sama kaya Bibi kok, pembantu bag
Baca selengkapnya