All Chapters of Pembantu Kaya Tuan Tampan: Chapter 81 - Chapter 90
134 Chapters
PART 81 HANCUR
“Apa yang kamu lakukan pada adikku! Brengsek!! Laki-laki tidak bermoral!” Adrian melayangkan tinju di perut Glenn hingga tubuh kembali terpental dan membentur tembok."Akh!" Glenn berteriak kesakitan.Lala melepaskan diri dari pelukan Edo, menarik tubuh Adrian dan memeluknya dari belakang kuat-kuat.“Kak, tolong berhenti. Aku mohon!” Pintanya dengan bibir bergetar dan derai air mata. Lala sangat takut mengingat kakaknya itu cukup emosional.“Arghhh!!” geramnya, tangan terkepal Adrian di buang ke udara mendengar permohonan sang adik, laki-laki itu membuang sisa kemarahannya dan membalikkan badan untuk memeluk Lala seerat-eratnya, tangannya terulur dan mengusap punggung gadis itu yang masih saja menangis, kemudian mencium kepalanya berkali-kali.“Mengapa kamu jadi seperti ini dek?” tanya Adrian kecewa, ada rasa sedikit menyesal membiarkannya sendiri di kota ini. Apalagi mengetahui jika dia dimanfaatkan
Read more
PART 82 KECEPLOSAN
 “Terimakasih, Alan! Jika bukan karena kamu tentu kami tidak bisa menemukan Lala,” ucap Edo sambil menjabat erat tangan Alan.“Jadi kamu mantan pacar, Lala? Astaga adikku pamitnya kuliah kenyataannya melanglang buana mencari cinta!” Ucap Adrian sambil memijit pelipisnya. Kemudian menjabat tangan Alan sebagai ucapan terima kasihnya.Lala tersenyum sebal demi mendengar ucapan sembarangan Adrian.“Kamu hati-hati di jalan, dan kami mengucapkan terima kasih banyak ya.” Ucap Iriani menepuk bahu Alan. Alan mencium punggung tangan Iriani dengan takzim. Dalam hati berdoa ‘Semoga diangkat menjadi menantunya'“Iya, kak, Tante, Lala, aku duluan ya!” Pamit Alan, menuju parkiran motornya. Bahkan dia tidak menyangka jika Lala adalah anak dari pemilik Harani hospital.Mereka berempat kemudian menuju mobil hendak ke hotel tempat mereka menginap.Iriani duduk di depan sementara Lala dan Adrian
Read more
PART 83 TUMBANG
Glenn terbangun ketika menghirup aroma yang sangat dia benci sejak kecil, aroma itu begitu membuatnya mual, bukan itu saja di juga teringat detik-detik kepergian Sabila. ‘Astaga betulkah aku berada di rumah sakit?’ batinnya, kemudian perlahan membuka matanya. Badannya terasa lemah seluruh tubuhnya terasa hancur. Ruangan serba putih itu tampak menyebalkan bagi Glenn, bahkan sejak kecil dirinya membenci rumah sakit.“Bapak sudah bangun!” ucap seorang gadis cantik berpakaian rapi dan formal tampak berdiri di pinggir ranjangnya. Rupanya dia adalah Winda.“Mengapa aku di sini?” tanya Glenn lemah. Kepalanya terasa berputar-putar.“Maaf Pak, saya tadi di telepon pak Rega. Beliau meminta saya supaya menolong Bapak. Katanya kondisi darurat. Saya secepatnya diminta datang ke apartemen. Ternyata benar, saya menemukan Bapak di Apartemen seorang diri dalam keadaan pingsan. Akhirnya saya dan Pak Wira membawa Bapak ke sini
Read more
PART 84 LELAKI TERAKHIR
Setelah diizinkan pulang dari rumah sakit, banyak sekali yang harus diselesaikan Glenn. Tentu saja berkaitan dengan pekerjaan dan masa depannya.Glenn mendatangi makam Sabila. Sejak Sabila tidur di sana baru kali ini laki-laki itu mengunjunginya.Glenn duduk bersimpuh di tanah kubur itu. Air mata mengalir tanpa aba-aba demi menatap nisan bertuliskan nama calon tunangannya.“Salah jika aku bertanya mengapa kamu harus pergi, karena memang kamu harus pergi. Tidak benar jika aku terus menangisimu, aku yakin kamu tidak ingin seperti itu. Aku mengerti jika kamu sudah kembali pada pemilik yang sebenarnya. Sabila maafkan aku, bahkan karena kesedihan itu aku terlupa mendoakanmu. Maaf aku telah egois,” lirih Glenn di samping pusara itu. Tangan kekar itu mengelus pusara itu.Wajahnya kemudian menunduk sendu khusyuk melantunkan doa untuk kekasih tercinta. Cukup lama, dengan mata terpejam mengantarkan harap.Air mata itu kembali menetes kala banyak
Read more
PART 85 MANTAN PEMBANTU
Bukan pertama kali Glenn mengalami kondisi semacam ini untuk perusahaannya. Glenn yakin jika dirinya fokus pasti semua akan kembali seperti semula. Hanya saja pikirannya tidak fokus, karena tidak tahu keberadaan Lala saat ini.Glenn menyesap kopinya sekali lagi. Di ruangan ini seharian mengurung diri demi memikirkan perusahaannya, tetapi tetap saja tidak bisa konsentrasi karena memikirkan mantan pembantunya itu.“Arghhh!!!” Glenn mengerang putus asa. Laki-laki itu memegang kepala dengan kedua tangannya.Kemudian Glenn mengambil ponselnya mencoba menghubungi Lala. Tetapi semua sia-sia, meskipun tersambung tapi Lala tidak mengangkatnya.“Astaga!!” Teriak Glenn. Tangan itu mengepal dan menggebrak mejanya kuat-kuat.Tiba-tiba pintu terbuka menampakan Rega yang datang dalam keadaan tergesa.“Glenn!! Kamu harus lihat ini!” ucap Rega sambil menunjukan layar ponselnya.“Apaan sih, Ga! Datang-datang se
Read more
PART 86. LUPAKAN SAJA
Mereka sudah duduk di bangku di bawah pohon yang cukup Rindang. Taman ini tidak jauh dari kampus Lala. Glenn duduk di samping Lala dan memiringkan wajahnya.“Apa kamu ingin menipuku?” tanya Glenn kemudian.Lala tersentak kemudian menoleh ke arah Glenn.“Apa maksudmu?” tanya Lala sedikit heran.“Kamu berpura-pura miskin?” tanya Glen.“Tidak kamu salah! Aku tidak pernah mengatakan diriku miskin. Bukankah kamu dan orang tuamu yang selalu berkata demikian?”“Tapi, mengapa kamu tidak membantah?”“Untuk apa aku membantah, jika kalian saja terlalu yakin!”“Lalu mengapa kamu harus mau jadi pembantuku jika kamu kaya?”“Bukankah kamu sudah tahu jika itu karena salah transfer, kemudian kamu meminta aku menjadi pembantu! Lalu apa lagi yang kau tanyakan?”“Bukankah kamu bisa menolak dan meminta ayahmu untuk menggantinya, atau
Read more
PART 87 LUPAKAN KAMU
  “La ... Kamu marah?” tanya Glenn mendapati raut wajah Lala yang sungguh keruh. Bahkan pertanyaan Glenn di jawab dengan menutup pintu mobil secara kasar. Lala berlalu dan menuju kelasnya. Tidak terima di perlakukan seperti itu Glenn bergegas turun dan segera menyusul Lala. “Tunggu!” teriaknya dengan langkah tergesa dan segera menyahut tangan Lala sehingga Lala pun berhenti. “Apa lagi?” “Kamu marah?” “Tidak?” “Tapi mengapa kamu mengabaikanku?” “Lalu aku harus bagaimana? Aku sudah cukup ngertiin kamu, Glenn! Aku sudah banyak berkorban untukmu! Lalu untungnya buat aku apa? Apa kamu pernah memikirkan sedikit saja bagaimana perasaanku?!” ucap Lala kemudian segera bergegas masuk kelas, karena melihat dosennya pun sudah datang. Glenn mengusap wajahnya kasar. Sudah tidak ada yang bisa dikerjakannya lagi di tempat itu. Glenn segera meninggalkan kampus Nuansa untuk menuju kantornya. Langkah itu tergesa tapi
Read more
PART 88. BI NARTI
Rumah bercat putih dengan pilar tinggi itu tampak megah, letaknya memang tidak di tengah kota. Karena sesuai keinginan Lala yang ingin tinggal di hunian yang tidak begitu berisik.Iriani membelikan rumah di pinggiran kota, untuk di tempati Lala. Untuk sementara Lala tinggal dengan Adrian sambil menunggu kedatangan Bi Narti. Ya. Bi Narti di utus Harjito untuk mengurus semua kebutuhan Lala di kota Violens. Hanya saja dia belum datang.“Dek, kakak setelah ini mau keluar ya?” ucap Adrian sesampainya mereka di rumah.“Memang mau ke mana kak?” tanya Lala bingung. Pasalnya mereka baru saja sampai, eh sudah mau pergi saja.“Ada urusan!” jawab Adrian singkat.“Cewek lagi pasti! Nggak boleh pergi, kak Adrian di sini untuk temani Lala. Bukan untuk perbanyak koleksi pacar! Ke sana ke mari cari gandengan. Aku aduin Bunda lho!” ancam Lala.“Kamu harusnya senenglah punya kakak populer gini. Lagi pula ka
Read more
PART 89. ALAN DATANG
Alan menunggu di ruangan itu. Dalam hati masih tidak percaya jika mantan pacarnya adalah putri pemilik Harani Hospital. Mengingat penampilan Lala yang biasa saja dan karakter dia yang mau bergaul dengan semua lapisan.Saat ini Alan malah menjadi sedikit insecure. Tetapi bukankah cinta harus diperjuangkan? Setidaknya dirinya sudah selangkah lebih menang dari pada Glenn. Dirinya yakin akan memenangkan hati Lala dengan rajin mengupayakannya.Alan menatap gadis cantik yang kini berjalan kearahnya itu.“La, apakah kita bisa kembali seperti yang dulu?” ucapnya kemudian setelah gadisnya duduk.“Seperti yang dulu, yang mana?” tanya Lala, dengan dahi berkerut dan menatap Alan tidak mengerti. Bahkan dia tidak ada niat sedikit pun untuk balikan dengan Alan.“Jadi pacarku lagi, kita perbaiki semuanya,” pinta Alan serius sembari menatap manik Lala.“Rasanya aku ingin berpikir dulu, Al.” Lala mencoba menolak
Read more
PART 90. ALAN PULANG
Setelah mendapat lampu hijau dari Harjito, Alan segera menemui orang tuanya.Alan memarkir motornya dan cepat-cepat melesat ke dalam rumah mencari sang ibu.“Assalamualaikum, Bu,” ucap Alan setelah menemukan ibunya.Ririn menoleh demi mendengar suara putranya, “Lho, kamu pulang. Kenapa tidak mengabari ibu terlebih dahulu?”“Maaf, Bu! Alan pulang lebih cepat karena ada sesuatu. Alan mau minta tolong ibu melamarkan gadis untukku,” ucap Alan penuh semangat.Ririn tampak begitu kaget dengan permintaan putranya itu. Bahkan Alan mengenalkan pacarnya saja belum tapi tiba-tiba memintanya melamar seorang gadis.“Yang benar saja Al, kuliah pun kamu belum selesai, mau nikah saja. Mau kamu kasih makan apa Istrimu nanti?” Ririn menatap Alan cukup dalam. Putranya itu baru datang, bahkan tas ransel masih di punggungnya. Alan tergesa menemuinya di dapur hanya demi menyampaikan kabar ini.Ririn mematikan
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status