All Chapters of Antara Dua Hati: Chapter 11 - Chapter 20
36 Chapters
Bab 11 : Sebuah Keputusan
Apa yang dirasakan seorang istri tatkala mengetahui perasaan suaminya yang masih mengharapkan perempuan lain? Tentu perih. Itulah yang tengah dirasakan Hana sekarang. Dia berusaha menerjemahkan hatinya yang kian poranda. Dicobanya menepis segala lara, akan tetapi tak bisa. Kenyataan itu bagaikan sebuah pisau yang mengiris hati.Hana berpura-pura tidur tatkala terdengar Razi membuka pintu kamar. Tak lama, terdengar dengkuran halus dari suaminya. Perempuan pemilik mata teduh itu menatap lekat lelaki yang dicintainya. Mengetahui kenyataan tentang adanya wanita lain dihatinya, membuat Hana putus asa mempertahankan rasa. 'Haruskah aku menyerah?' batinnya.Pagi menjelang. Seperti biasa mereka sarapan bersama. Hana lebih sering memainkan sendoknya, tampaknya dia sedang tak berselera. Pikirannya masih tertuju pada apa yang diucapkan Razi semalam kepada Bian. Andai dia mendengarkan ucapan suaminya hingga selesai, mungkin dia tak akan sesedih ini.&ldquo
Read more
Bab 12 : Pilihan Sulit Maida
Api mulai menjalar membakar dinding kamar. Beruntung, orang itu keburu ketahuan saat menyiramkan bensin, sehingga dia tidak sempat menyiramkan ke bagian rumah yang lain.“Hana.” Razi teringat istrinya masih di kamar, dia berlari mencari Hana tapi tak menemukannya.“Hana!” teriak Razi panik.“Hana di kamar ibu, A.” Rupanya Hana sudah bangun dan berusaha menyelamatkan mertuanya.Api sudah menjalar ke jendela. Kacanya pecah, dan api mulai membakar tirai, lalu merambat ke atap.Razi membawa istri dan ibunya keluar. Api begitu cepat menyebar hingga sudah membakar separuh kamar. Razi menyemprotkan air dengan selang dari keran yang berada di luar. Para tetangga pun berdatangan untuk membantu menghentikan amukan si jago merah. Api pun padam tanpa harus memanggil pemadam kebakaran.Tampak sebagian dinding kamar yang menghitam, dengan jendela yang tak bersisa.“
Read more
Bab 13 : Cinta Itu Untuk Siapa?
Cinta, sebuah kata singkat yang abstrak dalam kehidupan manusia. Katanya, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Ya, begitulah yang dikatakan para pencinta. Lalu, cinta seperti apakah yang mampu membutakan mata dan mengobrak abrik hati? ●●● “Razi,” ucap Maida kala pintu terbuka. Matanya sembab, penampilannya berantakan. “Siapa, Han?” Razi menghampiri Hana yang berdiri di depan pintu. Maida menoleh kepada Razi lalu melangkah ke arahnya. “Razi, kenapa kamu melakukan ini padaku?” Maida tak lagi bisa menahan perasaannya. Tubuhnya hampir ambruk jika Razi tak menahannya. Maida menangis, meraung tak bisa menerima pilihan Razi. Hana hanya terdiam menyaksikan ulah seorang wanita di hadapannya. “Ayo masuk dulu, malu dilihat tetangga,” ujar Hana lalu masuk terlebih dahulu ke rumah. Razi mendudukkan Maida di sofa, sedang Hana pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. “Mai, ada apa sama kamu?”
Read more
Bab 14 : Paket Misterius
Hana memerhatikan sepatu itu, dia membawanya ke rak sepatu untuk mencocokkannya dengan yang lain, tetapi tak ada yang sama.“Ini sepatu siapa?” gumam Hana, lalu meletakan sepatu itu di rak paling bawah.●●●Maida pulang dengan perasaan puas. Dia yakin pasti saat ini Hana tengah menangis karena kata-katanya. Wanita itu bersenandung di dalam mobil, sembari memutar lagu kesukaannya.Mobil Mini Cooper berwarna kuning miliknya memasuki halaman rumah yang begitu luas. Bahkan jika dibandingkan dengan rumah Razi, halaman rumahnya tetap lebih besar. Dia keluar dari mobil, dilihatnya sang mama sedang menunggu di depan pintu.“Sayang, kamu dari mana? Katanya kamu gak ada di kantor, mama hubungi juga gak bisa,” ujar Bu Regina khawatir.“Maida gak apa-apa. Papa mana?”“Papa belum pulang.”“Mas Andrean?”“Ada di kama
Read more
Bab 15 : Kerikil-Kerikil Tajam
Hana menjerit kala melihat isi paket itu dan refleks melemparnya. Bu Ratna yang mendengar jeritan menantunya bergegas menghampiri.“Ada apa, Hana?” Bu Ratna khawatir melihat menantunya ketakutan.“Itu.” Hana menunjuk paket kardus yang baru saja di lemparnya.“Apa itu?” tanya Bu Ratna.“Tadi ada orang kirim paket.”Bu Ratna mendekati kardus itu dan mengambilnya. Bu Ratna terkejut melihat isi paket itu dan juga melemparnya.“Astagfirullah, siapa yang mengirimkan itu dan apa maksudnya?”“Hana gak tahu, Bu.”“Panggil tukang, suruh dia bantu untuk buang  itu.”Hana memanggil tukang untuk meminta tolong membuangkan paket itu.“Ini teror, Bu,” ucap pak Tukang ketika melihat isi di dalam kardus.“Teror?” ucap Hana dan Bu Ratna serempak.
Read more
Bab 16 : Istri Kedua Atau Orang Ketiga?
Keinginan Maida, tak lagi sekedar ambisi memiliki Razi. Namun, baginya ini tentang harga diri. Seorang Maida, anak dari pemilik salah satu perusahaan terbesar di Jakarta harus kalah dengan seorang gadis sederhana dari kampung.●●●Razi termenung di balik jendela kamar yang baru selesai diperbaiki. Pandangannya tertuju ke sekumpulan anak-anak yang berlarian di jalanan. Sesekali lelaki itu menarik napas dan mengembuskannya pelan, berharap segala penatnya ikut terbuang.“Apa ada sesuatu?” tanya Hana saat melihat suaminya tengah melamun. Wanita pemilik senyum manis itu menghampiri dan berdiri di sampingnya.Razi menggeleng, tak ingin wanita di sampingnya ikut merasakan beban beratnya.“Kalo mau, Aa bisa cerita. Mungkin ... Hana memang gak bisa banyak membantu, tapi paling tidak beban Aa sedikit berkurang.”“Hana.” Razi menjeda kata-katanya. “Aku ... tidak ingin kehilan
Read more
Bab 17 : Perkelahian Bian dan Andrean
Maida turun dari mobil dan bergegas menuju ruangannya. Di sana, sudah menunggu Bu Regina dan Andrean.“Sayang, kamu dari mana? Kok baru nyampe kantor?” tanya Bu Regina saat melihat putrinya.“Habis ketemu sama seseorang,” jawab Maida lalu duduk di kursi.“Siapa?”“Hana.”“Hana, istrinya Razi?”Maida mengangguk malas.“Ada apa?” tanya Bu Regina penasaran.“Dia menawarkan solusi ... kalau aku tidak berhenti mengejar Razi, dia memintaku jadi istri kedua aja,” sahut Maida diiringi tawa.“Apa? Istri kedua?” Bu Regina terkejut.“Iya, lucu kan?” sahut Maida sambil menggelengkan kepala.“Sepertinya di keluarga kita tidak ada perempuan yang jadi istri kedua,” timpal Andrean.Bu Regina mengangguk. “Mai, apa sebaikny
Read more
Bab 18 : Terpaksa Berpisah
Pak Robi memandang Razi dengan tak biasa.“Jika suatu saat kamu menjadi seorang ayah, kamu akan mengerti dengan apa yang saya lakukan sekarang. Kebahagiaan terbesar bagi seorang ayah adalah melihat putrinya bahagia,” ujar Pak Robi.“Meski harus mengorbankan orang lain?” sahut Razi.“Saya yakin, pengorbananmu tidak akan sia-sia. Jika saat ini cintamu terhadap Maida semakin terkikis, suatu saat cinta itu akan tumbuh kembali seiring kalian bersama. Bukankah seperti itu munculnya perasaanmu terhadap Hana?”Razi tak ingin menjawab pertanyaan pak Robi. Hatinya teriris, harga dirinya terkoyak. Dia tak bisa membela keinginannya, bahkan meski hanya untuk menegakkan kepalanya.Razi keluar ruangan Pak Robi dengan gontai. Dia tak lagi bisa berpikir jernih.[Hana, jangan menungguku, aku ada lembur sampai malam]Razi mengirimkan pesan kepada Hana lalu mematikan ponselnya.
Read more
Bab 19 : Di Mana Hana?
Dua minggu berlalu, Bu Ratna kembali ke Jakarta. Wanita paruh baya itu membawa oleh-oleh yang banyak untuk anak dan menantunya.“Cape sekali,” ujar Bu Ratna seraya menghempaskan bobotnya di sofa.Razi menatap ibunya, dia sudah menyiapkan mental jika saat ini ibunya akan memarahi karena menceraikan Hana.“Hana! Hana!” Bu Ratna memanggil-manggil Hana. Dia heran kenapa menantunya itu tak menyambut kedatangannya.“Razi, istrimu mana?” tanya Bu Ratna sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan koran yang dia ambil dari meja.Razi mengernyitkan dahi. Dia berpikir bahwa ibunya sudah tahu kalau dirinya dan Hana sudah bercerai.“Ibu sedang bercanda, ya? Kalo ibu mau marah, Razi sudah siap, Bu,” ujar Razi seraya menunduk.“Marah kenapa kamu ini!” Bu Ratna tak mengerti.“Apa Hana tidak memberi tahu ibu?”“M
Read more
Bab 20 : Datang Ke Pernikahan Mantan
Dada Maida menyesak, tak menyangka bahwa lelaki yang duduk di sampingnya masih mengingat mantan istrinya.“Nak Razi,” ucap Pak Penghulu sembari menepuk pelan punggung tangan Razi. Tampaknya dia tak mendengar apa yang diucapkan Razi.Razi terperanjat.“Bisa dimulai sekarang?” tanya Pak Penghulu.Razi mengangguk pelan. Kedua telapak tangan Razi dan Pak Robi saling bertaut untuk mengucapkan akad suci sebuah pernikahan. Razi tak bisa fokus hingga ijab kabulnya harus diulang.“Saya ... terima nikah dan kawinnya ... Maida ... Friscilia Putri binti Robi Prima Diningrat dengan maskawin seperangkat alat salat dan emas sepuluh gram, tunai.”“Sah?”“Sah!”Beberapa keluarga dan tamu ikut mengucap kata “sah”. Namun, ada juga yang saling berbisik mengenai jumlah maskawin yang diberikan oleh Razi. Tentu sa
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status