All Chapters of Satu Syarat Sandra: Chapter 31 - Chapter 40
86 Chapters
Bab 31. Menguak Rahasia Besar
Sandra menarik napasnya dalam-dalam dan mengetuk pintu kantor pribadi Moses sebanyak dua kali.“Moses? Kamu di dalam?”“Masuk.”Dia menjawab dengan nada yang tidak ramah, tapi karena sudah terlanjur dan tidak mungkin mundur, Sandra memberanikan diri membuka pintu ruang kerjanya.Moses duduk menyandarkan punggungnya di kursi putar, kedua tangannya terlipat di atas perutnya. Dia hanya memakai atasan polo dengan celana panjang katun berwarna khaki, namun Sandra kembali menarik napasnya karena ketampanan suaminya itu.“Ada apa?” tanya Moses membuyarkan lamunannya.“Maaf, aku akan pergi kalau kamu banyak kerjaan.”“Tidak. Apa kamu melihatku sedang bekerja sekarang?”“Tapi kamu kelihatannya tidak senang.” Sandra melangkah masuk, tapi tidak menutup pintunya.Moses duduk dengan tegak sekarang, kedua tangannya di atas meja. “Benarkah? Mungkin karena aku
Read more
Bab 32. Tiga Kata Terlarang
“I love you. I love you, Moses.” Apa yang baru saja dia katakan? Sandra membeku di tempat. Tidak berani bergerak. Lagipula dia juga tidak bisa bergerak kemana-mana. Kemudian Moses memisahkan tubuh mereka dan melepas tangannya dari pinggang Sandra. Dia cepat-cepat menurunkan rok hitam selututnya dan merasakan sedikit cairan lengket perlahan mengalir di paha kirinya. Kakinya lemas seperti jelly tapi dia berusaha berdiri tegak. Tidak ada yang bisa dia lakukan pada bajunya. Hanya dua kancing pada bagian bawah yang utuh. Jadi Sandra mengaitkan bra-nya kembali dan memegang ujung kemejanya dengan erat. Lalu dia sadar kalau Moses tidak membalas pernyataan cintanya. Sandra menahan air mata yang hendak jatuh ketika Moses memegang bahunya. “Sandra…” “A-aku sebaiknya segera mandi.” Sandra memutar kunci pintu dan membukanya. “Tunggu. Apa yang kamu katakan tadi—“ Sandra menatap wajah Moses dan memaksakan sebuah senyuman. “Lupakan saj
Read more
Bab 33. Makan Malam Romantis
Sandra menyodorkan sepiring spaghetti ke hadapan Andrew. Dengan ragu, pria berwajah manis itu mencoba saus tomatnya dulu. Dia menyendok sedikit dan mengecapnya.“Pffftt… Jujur ya San, kamu itu memang punya jiwa artistik. Hebat main piano dan jago melukis. Eh, punya jiwa bisnis juga. But sorry to say, kamu nggak berbakat di dapur!”Sandra tampak kecewa. “Emang segitu parahnya sampai nggak bisa dimakan?”Andrew mengaduk-aduk isi piringnya. “Nih, wortelnya aja masih keras, spaghetti-nya udah ok lah, tapi rasanya itu yang hambar.”Sandra terduduk lemas di kursi makan. Sudah tiga hari dia belajar masak spaghetti tapi masih gagal juga. Selain untuk memberi kejutan untuk suaminya, dia juga ingin menyajikan makan malam yang dia masak sendiri. Jadi dia sengaja meminta Fiona untuk mengajarinya di Alinskie Mansion biar Moses tidak tahu.“Kalau saja Nona Sandra punya waktu lebih banyak, Nona pasti berhasil.&rdqu
Read more
Bab 34. A Box with Blue Ribbon
“Oh… Aku akan menelpon kembali setelah dia selesai mandi.” “Tunggu, Sandra. Aku mau minta maaf…” Suara Jessica sangat pelan, hampir berbisik. “Aku tau kamu yang melarang Moses untuk bertemu denganku.” Sandra mengernyitkan dahinya. “Tidak, aku tidak pernah—“ Jessica langsung menyela, “Aku mengerti perasaanmu karena kita sama-sama wanita. Kamu pasti tidak rela saat Moses lebih memilihku tapi aku juga tidak mau dianggap sebagai pelakor. Jadi aku mau minta maaf karena sebenarnya kemarin juga aku sudah bertemu dengan Moses.” “Kapan kamu bertemu dengannya?” tanya Sandra tanpa emosi sedikit pun. “Aku dan Moses bertemu saat pesta pernikahan Rafael. Maaf, Sandra. Tapi kami merindukan satu sama lain. Aku berjanji ini adalah pertemuan terakhirku dengan Moses. Aku akan membujuknya untuk tidak menemuiku lagi sampai kalian benar-benar sudah berpisah.” Sandra hanya mendengar sambil menatap kotak putih panjang yang dihiasi oleh pita biru dengan tatapa
Read more
Bab 35. Only You and Mommy
Keesokan paginya, seluruh penghuni Bramasta Mansion gempar oleh kabar kehamilan Nona Sandra. Tina membusungkan dadanya dengan bangga karena dia menjadi pelayan di mansion itu yang pertama kali mengetahui dan juga yang menyebarkan informasi tersebut. Tidak membutuhkan waktu lama, kabar ini juga sampai ke telinga Agatha. “Apakah kamu yakin Sandra sudah hamil?” Tina yang disuruh datang untuk menghadap Oma Agatha di ruang tamu, menundukkan kepalanya. “Seratus persen yakin, Oma. Tadi pagi saat saya mengantarkan sarapan, Nona Sandra langsung berlari ke kamar mandi dan mual-mual. Saya kira Nona masuk angin jadi saya menawarkan obat. Tapi Nona Sandra sendiri yang bilang kalau mungkin itu gejala morning sickness.” Guratan-guratan menghiasi wajahnya saat Agatha tersenyum. “Akhirnya aku akan punya cicit! Dia masih di kamarnya?” Tina menggelengkan kepalanya. “Setelah mandi Nona Sandra langsung pergi ke kantor. Dia juga tidak makan sarapannya.”
Read more
Bab 36. Pengakuan Dosa
Joce membelalakkan matanya. “Tes DNA?” Dia masih dalam posisi membungkuk dengan kedua tangan di belakang untuk melihat tiga buah kanvas berukuran 40x60cm yang Sandra letakkan di lantai. Lalu cepat-cepat berdiri tegak seperti tidak yakin dengan apa yang dia dengar sampai dia melihat ekspresi Sandra sendiri. Sandra bahkan tidak mengedipkan matanya saat dia menyapu cat abu-abu pada lukisan domba yang sedang berlari di antara taburan bintang. “Hmm.” Joce berdiri di samping easel, melipat kedua tangannya di depan dada, dalam posisi menginterogasi. “Stop dulu. Oma Agatha berani bilang begitu? Jadi apa tanggapanmu?” Sandra meletakkan palet cat ke pahanya, lalu memijat pelan punggung bawahnya. Dia sudah menyelesaikan tiga lukisan dalam waktu dua hari dan sedang mengerjakan yang keempat. Memang agak capek tapi dia merasa senang saat sudah menyelesaikan satu lukisan dan tanpa terasa waktu berjalan lebih cepat. “Kalau Moses setuju, aku ak
Read more
Bab 37. Tidak Mau Bercerai
Moses menarik napas dalam-dalam, ini akan menjadi penjelasan yang panjang dan harus ekstra konsentrasi. Salah sedikit kata saja bisa membuat semuanya runyam. Dia mulai dari saat dia duduk di sofa rumah Jessica dan Kylie datang dengan semangkuk sereal, minta dipangku. Karena tidak hati-hati, isi mangkuk tersebut tumpah ke baju Moses. Mumpung dia ada membawa jas cadangan di mobil, jadi dia mandi saja langsung di rumah Jessica agar lebih nyaman berkendara dan bisa langsung pulang untuk makan malam. Setelah mendengar itu, Sandra memberinya tatapan tidak percaya. “Sumpah. Apa perlu aku membawa Kylie kesini sekarang juga sebagai saksinya?” “Terus kamu mandi berapa lama sampai jam 10 baru pulang?” “Itu karena Kylie minta dibacakan Little Mermaid, kamu tau? Putri duyung yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pangeran...” Moses tampak memutar otaknya sejenak. Dia menyerah, “Argh, aku lupa! Setelah satu buku itu habis, dia tidak
Read more
Bab 38. My Cold Wife
Kehangatan telapak tangan Moses menjalar sampai ke relung hatinya yang terdalam. Sandra ingin waktu berhenti sejenak, merasakan kedekatan ini lebih lama lagi. Andaikan saja hanya ada mereka bertiga di dunia, tanpa bayang-bayang Jessica. Moses berbisik. “Hello Guppy, Ini Papa.” “Such a silly name,” protesnya karena nama itu sangat tidak gagah, namun bibirnya terangkat ke atas karena kekonyolan Moses. Dia sudah memberi nama panggilan untuk anak mereka yang masih berbentuk embrio. Moses mengelus perutnya dan berkata dengan nada lembut, “Karena Mama sangat menginginkan anak laki-laki, jadi kita akan memanggilmu Guppy. Tapi pertanyaannya adalah kamu laki-laki atau perempuan?” Dia mengangkat kepalanya dan menatap Sandra, seakan pertanyaan itu ditujukan padanya. Menahan tangannya untuk tidak mengelus rambut hitam itu, mata hazel Sandra menemuinya. “Dia pasti laki-laki.” Mungkin dia tidak bisa menjadi seperti Mama atau Jessica yang pandai masa
Read more
Bab 39. Unexpected Call
Sandra baru saja bangun dan masih terduduk di kasurnya, mengumpulkan jiwa-jiwa yang masih melayang. Tiba-tiba dia langsung menutup mulutnya dan secepat kilat berlari ke kamar mandi, kacamatanya sampai terlupakan. Biasanya dia mual muntah setelah mencium aroma sarapan yang dibawa masuk Tina ke kamar. Jadi sejak itu Sandra selalu mandi dulu baru turun untuk sarapan. Tapi kali ini dia mual tanpa alasan. Selesai mandi, dia mendapati Tina sedang membereskan tempat tidurnya. “Tina, Moses belum bangun ya?” Dia berjalan ke dalam walk in closet, langsung menuju bagian pakaian kerja yang berderet rapi disusun berdasarkan warna. Gaya berpakaiannya selama lima tahun tidak pernah berubah. Terkesan monoton dan membosankan. Atau mungkin dia memang harus mendengar saran Joce bertahun-tahun yang lalu untuk mengubah gaya berpakaiannya? “Belum, Nona. Sepertinya Tuan Moses masih capek karena baru pulang dari luar kota,” sahut Tina dari luar. Sandra membuk
Read more
Bab 40. Endless Torture
Matanya membulat dengan tatapan syok seakan Moses menyuruhnya minum racun. Dia bahkan tidak sadar betapa dia rindu menggoda istrinya. Bagi Moses, semua ekspresi yang menghiasi wajah Sandra adalah kejutan. “Yaaah, sayang banget. Pegawai toko yang merekomendasikan ini saat aku mencari barang untuk merangsang perkembangan bayi di dalam perut.” Moses kecewa karena dia sudah bersemangat untuk mencoba memasukkan benda berbentuk bola warna pink tersebut. “Bukannya janin baru dapat bereaksi terhadap musik setelah berusia 5 bulan lebih? Lagipula menempelkan headset ke perut juga udah bisa. Tidak perlu pakai alat ekstrem begitu.” Sandra bergidik. “Aku juga tidak mungkin memasukkan benda asing ini ke dalam vag… Aarggh! Kamu memang gila, Moses!” Sandra merebut tas tersebut dari tangan Moses dan menarik resleting untuk menutupnya. Dia berjalan ke arah tong sampah. Tangannya hampir membuang tas tersebut, tapi dia mengurungkan niatnya. “Tidak
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status