Matanya membulat dengan tatapan syok seakan Moses menyuruhnya minum racun. Dia bahkan tidak sadar betapa dia rindu menggoda istrinya.
Bagi Moses, semua ekspresi yang menghiasi wajah Sandra adalah kejutan.
“Yaaah, sayang banget. Pegawai toko yang merekomendasikan ini saat aku mencari barang untuk merangsang perkembangan bayi di dalam perut.”
Moses kecewa karena dia sudah bersemangat untuk mencoba memasukkan benda berbentuk bola warna pink tersebut.
“Bukannya janin baru dapat bereaksi terhadap musik setelah berusia 5 bulan lebih? Lagipula menempelkan headset ke perut juga udah bisa. Tidak perlu pakai alat ekstrem begitu.”
Sandra bergidik. “Aku juga tidak mungkin memasukkan benda asing ini ke dalam vag… Aarggh! Kamu memang gila, Moses!”
Sandra merebut tas tersebut dari tangan Moses dan menarik resleting untuk menutupnya. Dia berjalan ke arah tong sampah.
Tangannya hampir membuang tas tersebut, tapi dia mengurungkan niatnya. “Tidak
Bab ini didedikasikan utk Kak Albina, Indah, Chandika, Ketut Thank you atas vote dan dukungannya ღ
Sip & Savor - Illinois, Chicago Sandra mengamati wanita yang duduk di hadapannya. Jari-jari lentik Jessica memeluk cangkir kopi hangat dalam kedua tangannya. Dia berpakaian kasual yang harga bajunya tidak mahal ataupun branded tapi apapun yang dikenakan Jessica pasti terlihat mewah. Jessica memberinya satu senyuman dari bibir merah yang menawan—bibir yang pernah dicium oleh Moses. “Kenapa terburu-buru? Kalau supirmu tidak bisa menunggu, aku bisa mengantarmu pulang. Kylie juga sudah aku titipkan ke rumah neneknya jadi kita bisa lebih santai mengobrol.” “Oh, tidak perlu repot-repot. Rumah kita berbeda arah. Aku pikir kamu datang kesini naik angkutan umum.” Sandra berusaha menatap matanya lurus. Tawa Jessica terdengar seperti bel perak, ringan dan elegan. “Tidak semua orang terlahir dengan keberuntungan sepertimu, San. You were born with a silver spoon in your mouth*. Aku hanya bisa membayangkan pergi kemana-mana diantar oleh su
“Moses pernah bilang begitu?” tanya Sandra tercengang. Hal terakhir yang tidak dia sangka dari pertemuannya dengan Jessica adalah mendapatkan pencerahan. Mengetahui pendapat Moses tentang dirinya bagaikan gerbang menuju surga yang terbuka lebar. Ternyata selama ini bukan Moses yang tidak mau dekat dengannya, melainkan karena Sandra susah didekati! “Ya, dia juga bilang kalau dia hanya menganggapmu sebagai teman. Kedatangan Moses kemarin untuk mengatakan bahwa aku dan dia tidak mungkin bisa bersama lagi.” Jessica menatap ke perut Sandra. “Karena dia tidak tega melihat anaknya lahir dalam keluarga yang berantakan.” Sandra refleks meletakkan tangan di atas perutnya dan dengan cepat berkata, “Aku berencana untuk pisah secara baik-baik. Anak ini akan tetap mendapatkan kasih sayang Moses.” Manik mata biru Jessica menatapnya tajam. “Di sana kamu sungguh egois, San. Kalau saja kamu tidak mengajukan syarat itu…” Dia menghela napas panjang.
Biasanya Sandra jarang sekali pergi ke supermarket karena bukan dia yang membeli kebutuhan rumah. Kalaupun ada perlu, biasanya Sandra menyuruh asistennya. Keluar dari supermarket, troli belanjaan Sandra penuh dengan makanan yang disukai Moses, terutama Snickers bar. Jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya, benar bukan? Mengungkapkan kata cinta saja tidak cukup, Sandra harus mulai menunjukkan perhatiannya pada Moses. Setelah James membantunya memasukkan barang belanjaan ke bagasi mobil, mereka melanjutkan perjalanan pulang. 1 km sebelum mencapai mansion, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melewati mereka. “Itu bukannya mobil Tuan Moses, ya, Nona?” tanya James. Sandra tidak sempat melihat plat mobil tersebut karena Porsche hitam itu menyambar dengan cepat. “Iya sepertinya mobil Moses. Kenapa dia ngebut sekencang itu?” “Tidak tau, Nona.” Sandra tidak mungkin langsung menelepon
Moses menunggu di depan UGD, berjalan mondar-mandir, lalu duduk kembali di kursi tunggu rumah sakit yang terbuat dari besi. Sesekali dia menarik-narik rambutnya sendiri. Pikirannya kacau balau dan hanya ingin segera melihat Jessica keluar dari ruangan itu. Dia bisa ditelepon pihak rumah sakit karena nomor teleponnya terdaftar dalam kontak darurat yang paling pertama. Tidak lama kemudian, orang tua Jessica juga tiba. Dengan langkah tergesa-gesa mereka menghampiri Moses. “Bagaimana? Bagaimana dengan keadaan Jessica?” tanya Nyonya Whitman dengan napas tersengal. Tuan Whitman memperhatikan Moses dari atas ke bawah. “Kamu tidak bersama dengannya?” “Tidak. Saya juga baru kesini setelah mendapat telepon dari rumah sakit.” Nyonya Whitman memukul dada Moses berulang kali dengan tas hitamnya. “Ini gara-gara kamu!! Kamu sudah berjanji mau menikah dengan putriku! Kamu telah memberinya harapan palsu!” “Mama, hentikan! Ini tidak ada
“Aku rasa perkataanku sudah cukup jelas. Kamu tajir dan mandiri secara finansial. Tanpa bekerja pun kamu dapat passive income dari saham Aliasta.” Moses menyandarkan punggungnya ke sofa. “Bahkan statusku sebagai suami hanya untuk memberimu seorang anak.” “Itu tidak benar, Moses. Aku sangat me—“ Suara erangan yang lirih terdengar dari belakang Sandra. “Jessica!” Moses langsung beranjak bangkit dan berlari ke sisi kasur. Jari-jari Jessica duluan yang bergerak, lalu dia membuka matanya perlahan. Wajahnya sangat pucat dan bibirnya kering. Dia butuh beberapa detik sebelum matanya bisa fokus melihat Moses. “Jess, aku di sini. Kamu baik-baik saja,” ucap Moses dengan lembut. “Aku akan memanggil dokter.” Dia menekan tombol yang ada di atas kasur. Tidak menunggu lama, seorang dokter dan perawat masuk ke dalam kamar sedangkan Sandra dan Moses diminta untuk menunggu di luar. Sandra memijat pinggangnya yang pegal. Lalu dia duduk di ku
Sandra sedang menaiki tangga ketika Andrew menelepon. Dia melirik ke bawah dan melihat Moses sudah berbelok menuju ruang kantor pribadinya. “San, sepertinya aku ke Kanada melalui jalur darat saja. Aku takut kalau dia juga memiliki orang dalam di imigrasi bandara,” ucap Andrew dari ujung telepon. Sandra menutup pintu kamarnya. “Aku hanya butuh mobil untuk pergi. Kamu bisa membantuku mencarikan mobil bekas? Asalkan hidup dan bisa berjalan saja. Tidak perlu yang mahal.” Andrew sudah gelisah selama beberapa hari ini. Dia terus mengatakan keinginannya untuk segera menyeberangi perbatasan Amerika/Kanada. Dengan mengendarai mobil, dia bisa sampai ke Toronto dalam waktu kurang dari 9 jam. “Setelah sampai di Kanada, apa rencanamu selanjutnya?” tanya Sandra sambil memijat pelan pelipisnya. “Belum kupikirkan. Aku hanya ingin cepat-cepat pergi dari AS. Berada dalam satu negara yang sama dengannya membuatku tidak tenang.” “Kalau kam
“Kamu dengar? Aku sudah tidak berguna, aku tidak bisa berjalan lagi…” Jessica menangis dengan kencang. Lalu terdengar kegaduhan. “Jessica! Apa yang kamu lakukan sampai jatuh ke lantai??” jerit Nyonya Whitman. “Aku baru pergi sebentar, kamu sudah menelepon dia?” TUT! TUT! TUT! “Siapa?” gumam Moses yang sudah terbangun. Sandra menurunkan ponsel dari telinganya. “Jessica. Dia menyuruhmu pergi ke rumah sakit.” Moses langsung bangkit duduk dan mengucek kedua matanya dengan cepat. “Ini jam berapa? Sial! Aku meninggalkan ponselku di ruang kerja.” “Kamu baru tidur satu setengah jam.” Sandra melihatnya turun dari kasur. “Aku mau ikut.” Moses membuka mulutnya seperti tidak setuju, namun dia mengangguk. “Jangan lupa pakai jaketmu. Aku tunggu di bawah lima menit lagi.” Setelah merenggangkan kedua kakinya yang kebas, Sandra langsung menyambar coat hitam dan menyusul Moses. Mereka tiba di rumah sakit setengah jam kemudian dan
“Keajaiban tidak pernah berhenti terjadi.” Suara Jessica menggema ke seluruh ruangan.Dia dapat melihat wajah pucat Sandra. Wanita muda ini benar-benar mencintai Moses.Jessica jadi gemas sendiri dengan mereka berdua. Dia teringat bagaimana kegelisahan Moses saat datang ke rumahnya membawa Audi R8, mobil yang pernah sekali dia katakan sangat dia inginkan.Ternyata itu adalah hadiah perpisahan sekaligus sebagai bentuk maaf karena Moses tidak bisa menepati janji untuk menikahinya.Moses bahkan berani berkata bahwa sekarang yang dia pikirkan hanya Sandra, walaupun dia belum tau apa yang dia rasakan adalah cinta.Saat itu Jessica benar-benar kesal sehingga dia rela berbohong untuk meretakkan hubungan Sandra dan Moses. Tapi Tuhan juga memberinya hukuman yang setimpal.Kecelakaan ini membuatnya lumpuh.Dia sangat takut saat kakinya tidak bisa digerakkan. Dia takut tidak bisa menggendong Kylie dan mengajaknya jalan-jalan. Putriny