All Chapters of CRAZY FOR LOVE: Chapter 11 - Chapter 20
24 Chapters
AKIBAT NONTON SINETRON
Mulut Kirana mengakak lebar menertawakan humor yang dilempar Welas sejak keluar dari lift tadi, gara-gara curhat kemarin sekarang mereka jadi mendadak bestfriend. Makan bareng, ngopi bareng, ke toilet bareng, pulang juga bareng seperti saat ini. Baru saja kaki Welas keluar dari pintu, tangannya lekas menyikut Kirana, lalu menunjuk sesuatu dengan bibirnya. Kirana mengikuti arah pandang Welas.Rupanya Akbar. Pria itu melipat tangan di depan dada, menunggu Kirana tidak jauh dari pintu keluar gedung tempat Kirana kerja. “Lu pulang duluan, ya. Biar gue selesaikan masalah gue,” kata Kirana sudah siap amunisi.“Good luck ya, Na. See ya!” Welas beranjak, menyetop taksi.Kirana mendekati Akbar yang sedang memandangi jalan dengan muka gelisah. “E-hem! Lagi nunggu gue?” tanya Kirana dingin. Akbar menoleh cepat, wajah kagetnya berubah semringah setelah melihat sosok Kirana.“Iya! Kamu belum juga ba
Read more
RENCANA BUSUK KIRANA
Kekhawatiran Panji bukan tanpa alasan. Baru sehari pindah, Kirana sudah berulah. Seisi rumah Panji dia isi macam-macam perabot warna-warni. Kirana bohong waktu bilang dia hanya membawa sedikit barang. Nyatanya, dia bahkan rela menghabiskan separuh uang tabungan untuk membeli perabot-perabot modern dari IKEA. Diam-diam dia sudah merancang rumah impian di otak dan rumah Panji jadi korban pertama. Alasannya cukup masuk akal sih, biar suasana rumah terasa lebih berpenghuni, tapi mata Panji sakit, rata-rata Kirana memilih warna yang terlalu cerah, seperti merah muda dan ungu. Sofa tua dia singkirkan, kasur Panji yang sepreinya sudah buluk pun dia ganti dengan seprei baru bermotif bunga mawar. Peralatan masak, makan, semua satu set berwarna pastel. Dinding tak luput diberi sentuhan, jam dinding konyol berbentuk kandang burung, serta hiasan-hiasan dinding norak bertuliskan kutipan motivas(h)i(t) menjadi pilihan Kirana.  “Tadah ...!&rdquo
Read more
LANGKAH AWAL
Rencana busuk Kirana mesti dia tunda dulu. Pertengkaran soal interior rumah dengan Panji membuat mereka berada dalam situasi saling diam. Panji tidur di sofa beberapa malam, Kirana membiarkan pintu kamar terbuka supaya dirinya tidak dibayangi-bayangi hantu penghuni rumah, mau mengajak Panji tidur bareng juga dia gengsi. Terpaksalah hampir seminggu mereka mogok bicara. Tapi Kirana tetap melaksanakan tugas sesuai janjinya. Dia bersih-bersih, mulai dari menyedot debu, mengepel lantai, menyapu halaman. Setiap pagi dia juga menyiapkan sarapan, roti tawar selai cokelat kacang kesukaan Panji, dia letakkan begitu saja di atas meja bersama segelas susu hangat sebagai pendorong. Bahkan pakaian di keranjang kotor pun selalu dia cuci setiap dua kali sehari. Badannya lumayan gempor, sebab saat tinggal sendiri dia lebih cuek dan pemalas. Tampaknya semua pekerjaan itu dia lakukan hanya demi merebut perhatian Panji, cuma ingin membuatnya terkesan. Usaha Kirana tidak sia-sia. Ke
Read more
OBAT DARI FITRI
Bolak-balik Kirana mengecek jam dinding. Panji pergi sejam yang lalu untuk menjemput Ladia, belum pulang juga. Apa jangan-jangan mereka nongkrong dulu? Atau mereka nostalgia ke rumah lama Panji? Prasangka-prasangka aneh merasuki otak Kirana. Satu hal yang pasti paling mengusik ketenteraman Kirana adalah: Ladia bukan lagi bocah, dia sudah dewasa sekarang, sudah 18 tahun. Bagaimanapun juga, Panji dan Ladia tidak punya hubungan darah, sah-sah saja kalau mereka saling suka. Kirana insyekur, takut kecemasannya jadi kenyataan, takut posisinya digeser daun muda, bunga yang baru merekah. Ketika Kirana sedang gundah gulana sembari menggigiti bibir, sepeda motor tua Panji masuk ke dalam halaman. Bergegas Kirana lari ke luar untuk menyambut pangerannya. Bibir Kirana langsung monyong beberapa senti, Ladia sungguh mekar sempurna. Cewek puber itu sekarang tinggi proporsional, lebih tinggi dari Kirana. Kulitnya kuning langsat, dua bola mata sayu menghias wajah tirusnya, dileng
Read more
PEREMPUAN LAIN
Viagra bermanfaat untuk mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi pada pria dewasa. Oleh karena itu, Viagra atau juga dikenal dengan pil biru sering dianggap sebagai “obat kuat”.  Kirana buru-buru menutup laman web yang baru dia baca, selekas orang yang ketahuan kencing di pinggir jalan, malu dan panik. Dia menjerit dalam hati, rupanya Fitri memberi dia obat kuat! Walau tempo hari saat Fitri memberikan obat itu dia sudah memberi kisi-kisi, tetap saja Kirana belum paham sepenuhnya, sekarang dia baru ngeh, tidak dia sangka Fitri memiliki benda seperti itu. Kirana menoleh pada tas sandangnya di atas meja lampu tidur, di situlah tersimpan kunci kesuksesan, sebuah harta karun yang bisa bikin Panji klepek-klepek. Samar-samar suara tawa Panji dan Ladia masuk ke dalam kamar, Kirana bangkit dari ranjang lalu menengok ke luar, tampak Panji dan Ladia sedang membuat vas bunga bersama di halaman belakang. Kirana mengumpat beribu-ribu kal
Read more
CEMBURU
Kilat menyambar-nyambar di atas kepala Kirana tatkala dia saksikan dengan kedua bola mata hitamnya, Panji sedang duduk berdua bersama seorang perempuan muda yang tak dia kenal. Bajingan betul si Panji, baru pergi sebentar menemani Ladia ke Mol, eh dia di rumah sendiri malah asyik-asyik dengan perempuan lain! Kirana meracau dalam hati. Tangan sudah dilipat Kirana di dada, menyiapkan diri untuk aksi cekcok telenovela jilid ke sekian. Tapi perempuan itu malah berdiri dan tersenyum sok ramah pada Kirana.  “Ran, ini Raras, temenku dari Malang.” Panji memperkenalkan cewek berambut keriting kriwil itu. Raras?! Itu kan nama mantan yang disebut Ladia tadi! Pekik Kirana dalam hati. Level toleransinya makin berkurang. “Temen?! Atau mantan?!” sambar Kirana. Mata Panji terbelalak. “Kok kamu ...” Kalimatnya menggantung, dia sudah langsung tahu, pasti Ladia yang telah memberi tahu. “L
Read more
GAGAL (GAGAL MANING)
Gantian sekarang malah Panji yang ngambek. Kirana mencoba mengajaknya bicara baik-baik tapi Panji tak menggubris. "Kamu udah makan?" Kirana terus berusaha membuka topik tapi Panji masih diam. Duh! Nih orang udah kayak cewek ABG lagi mens aja! Kirana menggerutu dalam hati. "Nji~ Dia itu tadi cuma teman kerjaku aja. Bener, kok!" Kirana menjelaskan meski Panji tak bertanya. "Kamu bilang tadi ngantuk, ya udah sana tidur, aku masih mau bikin vas bunga pesanan Raras!" Kijang menyahut meski masih dongkol. Nampaknya juga dia sengaja menyebut nama Raras supaya Kirana balik cemburu. Kirana berbalik hendak masuk ke kamar, saat itulah terbit sebuah ide brilian. Obat dari Fitri belum juga dia pakai! Kirana memicingkan matanya penuh arti. Mereka tinggal berdua tanpa gangguan, sedang ngambek-ngambekan, oh! Inilah waktu yang paling tepat untuk melancarkan jurus pil biru! Kirana menelan sukar salivanya. Deg-degan, apa iya dia harus memakai cara nekat begitu?
Read more
IKATAN RASA
Sejak kejadian malam pertama itu, Panji dan Kirana semakin menempel seperti kertas diberi lem nasi. Api cinta mereka membara kuat-kuatnya seperti tak ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Kirana rutin diantar jemput oleh Panji setiap hari, pun Kirana aktif mendukung dalam berbagai kegiatan pameran patung yang diikuti Panji. Pelan tapi pasti hubungan mereka kian membaik, dan terlihat arahnya akan ke mana. Kirana tak menyesal sama sekali telah membuat keputusan gila waktu itu, dia percaya hal itulah yang membuat Panji takluk. Setelah bertahun-tahun berkarier sebagai seniman topeng tanah liat, akhirnya impian Panji terwujud, dirinya terpilih menjadi salah satu pengisi pameran topeng di salah satu galeri kenamaan. Acara nya berlangsung sukses, Panji sendiri mendapat begitu banyak pujian. Topeng-topengnya laku keras, terjual dengan harga mahal. Tak hentinya Kirana memandangi Panji dengan muka super kagum. Usai pameran bergengsi itu terlaksan
Read more
PANJI ITU PAKBOI!
“Lusa aku mau pergi touring, Ran,” ujar Panji pada saat mereka sedang menyantap makanan pada suatu malam. “Ke mana? Sama siapa?! Berapa lama?!” Kirana langsung mencecar dengan muka panik akan ditinggal kekasih hati.  “Cuma ke Bandung, kok. Paling juga dua hari satu malam, di Bandung nginep dulu semalam trus balik lagi.” “Kalo gitu aku ikut! Kan lusa hari sabtu itu, sore minggu udah balik, aku bisa ikut!” Kirana menggenggam erat punggung tangan Panji, memohon supaya diajak serta. “Jangan ngaco ah, kamu. Itu kan khusus anggota komunitas motoran aja.” Panji menolak. “Jangan kamu kira aku gak tau ya kalo temen-temen komunitas kamu juga suka bawa cewek mereka! Masa aku gak boleh ikut?! Nji~ Please~” Kirana bergelayut manja.  “Soalnya kalo kamu ikut, nanti berantakan acaranya, R
Read more
BUNTING
Aroma obat yang dibenci Panji menyerang dari tiap sudut lorong ruang tunggu rumah sakit. Kalau bukan karena Kirana pingsan, Panji sudah sejak tadi kabur dari sana. Rumah sakit adalah salah satu tempat yang paling dia benci. Dia cemas, berharap Kirana baik-baik saja. Dia sedikit banyak sudah bisa menebak kalau akhir dari touring ini akan buruk. Fisik Kirana memang tidak terlalu fit, di atas motor berjam-jam tentu lumayan berat baginya. “Keluarga ibu Kirana?” Suster melongok dari pintu ruangan Dokter, Panji langsung berdiri dan ikut masuk. Sekilas dia menengok Kirana yang sedang berbaring di atas kasur pasien, dia sudah siuman tapi matanya masih tampak sayu. Panji duduk di hadapan Dokter, keduanya siap mendengar hasil pemeriksaan. “Ibu Kirana hanya kelelahan, efek dari sengatan matahari,” ucap Dokter sesuai dugaan Panji. Baik Panji maupun Kirana sama-sama lega, untuk sesaat mereka bisa menarik napas
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status