Semua Bab Santet Pengantin: Bab 41 - Bab 50
93 Bab
Part 41
Namun, petugas keamanan itu segera meneruskan kembali langkahnya setelah melihat Rasti tengah menatapnya dengan pandangan tidak suka dan menusuk seolah ingin mencongkel bola matanya, selain ancaman dan makian yang dilontarkan kepadanya. "Apa lu lihat-lihat, hah! Pergi nggak lu, atau lu mau gue bunuh terus gue congkel biji mata elu karena udah berani kepo sama urusan gue! Pergi nggak lu! Pergi!" teriak Rasti nyaring sehingga mengagetkan petugas keamanan perumahan itu dan membuatnya segera meninggalkan rumah Rasti dan Arga dengan setengah berlari sambil menempelkan jari telunjuknya di dahi. Rasti yang dari sebelumnya sudah merasa sangat marah kepada Arga pun semakin marah dan melemparkan pot bunga yang berada di dekatnya, kemudian masuk ke dalam rumah dan membanting pintu kencang-kencang. Dengan penuh amarah, Rasti berlari menuju kamarnya untuk menyiapkan peralatan ritual yang akan dikerjakannya nanti tengah malam di hari
Baca selengkapnya
Part 42
Kediaman Mbah Kromo.Seusai menerima panggilan suara dari Rasti, Mbah Kromo bergegas menyiapkan berbagai perlengkapan yang akan dipakai untuk melaksanakan ritual guna mengulur waktu kepulangan Arga ke rumah nanti sore.Dupa yang telah habis diganti dengan yang baru, dan mulai dinyalakan membuat wangi asapnya menguar ke seluruh ruangan. Selarik demi selarik mantra dirapal di bibir hitamnya yang tebal. Membuat suasana yang tadinya biasa berubah menjadi tegang dan mencekam meski pun saat itu masih siang hari.Angin deras dan dingin mulai menerpa ke dalam ruangan kecil yang dipakai lelaki tua itu untuk ritual berdukun, membuat benda-benda yang ada di dalam sana bergoyang. Hawa panas dan dingin bercampur menjadi satu, aroma telur busuk memaksa masuk ke dalam indera penciuman. Dan dalam sekejap mata sosok yang dipanggil pun muncul, mendatangi tuannya."Ada apa Mbah memanggil saya? Tugas apa yang harus saya lakukan kali ini?" tanya sosok berwarna putih tinggi, b
Baca selengkapnya
Part 43
"Baik. Aku akan memenuhi persyaratanmu, malam ini juga akan kubu*nuh kedua orang tuaku. Kamu akan melihat bukti cintaku kepadamu." Kromo memantabkan tekatnya demi menikahi wanita idaman hatinya dan terjadilah apa yang diinginkan oleh wanita itu. Kromo berhasil membun*uh kedua orang tuanya tetapi nasib apes menimpa dirinya saat hendak membuang jasad kedua orang tuanya itu Kromo tertangkap basah oleh seseorang yang ternyata adalah suruhan Marni dan harus mendekam di penjara selama beberapa tahun. Sekali lagi demi mendapatkan wanitanya, Kromo rela menjalani hukuman itu dengan harapan bisa menikahi Marni setelah dia keluar dari penjara nanti. Namun, apa yang terjadi? Setelah Kromo muda menjalani hukumannya, ternyata wanita itu, Marni meninggalkan dirinya dan menikah dengan pria lain. Tidak hanya itu saja, Marni bahkan menghinanya habis-habisan dan menyebutnya sebagai pembun*uh berdarah dingin sehingga membuat dirinya menjadi
Baca selengkapnya
Part 44
Setelah beberapa kali panggilan videonya diabaikan, tiba-tiba panggilan video yang entah ke berapa kalinya dijawab oleh Arga, di sana tampak beberapa tumpukan berkas yang sedang dikerjakan Arga menunjukkan bahwa Arga baik-baik saja, bahkan tampak Arga sedang melahap makan siang yang baru sempat dipesannya karena banyaknya pekerjaan yang menunggu persetujuan dari dirinya. [Mas, lagi apa?] tanya Rasti mengawali percakapan dengan Arga. [Ya, seperti yang kamu lihat. Aku sedang makan siang sekarang, pekerjaanku lagi banyak banget jadi baru sempet makan.] Arga menunjukkan tempat makan siangnya dari sebuah restoran makanan Jepang. [Syukurlah Mas, kalau kamu baik-baik saja. Maaf ya, Mas tadi pagi aku marah-marah.] Rasti menghembuskan nafas lega melihat suaminya baik-baik saja.[Ya, aku juga minta maaf ya, Sayang. Ohya, kamu sudah makan belum? Kalau belum, makan dulu sana, aku mau nyelesaiin pekerjaanku lagi nih biar nanti
Baca selengkapnya
Part 45
Dengan sekejap mata, Pocong Marni pun segera kembali ke rumah Mbah Kromo untuk melaporkan hasil kerjanya. Mbah Kromo mengangguk-angguk mendengar laporan Pocong Marni, dia meras cukup puas dengan hasil kerja anak buahnya walau pun belum sepenuhnya sempurna. Bertepatan dengan usainya laporan dari Pocong Marni, di pintu depan rumah Mbah Kromo terdengar seperti ada orang yang mengetok. Dan benar saja, persis seperti dugaannya, Rasti sudah berada di depan pintu rumahnya. Terburu-buru Mbah Kromo menyuruh Pocong Marni untuk pergi dari situ. "Masuk!" Mbah Kromo berteriak menyuruh Rasti masuk ke dalam rumahnya. Mendengar suara Mbah Kromo, Rasti pun bergegas masuk karena dia masih selalu merasa merinding setiap kali datang ke rumah itu, padahal dia sudah termasuk sering mendatangi rumah Mbah Kromo. "Ada apa?" Tanpa basa-basi, Mbah Kromo langsung menanyakan maksud kedatangan Rasti ke rumahnya, "tunggu dulu aku
Baca selengkapnya
Part 46
"Ada, tapi Mbah nggak tahu apa kamu mau melakukannya setelah tahu syaratnya?" sindir Mbah Kromo kepada Rasti yang begitu serius mendengarkan setiap perkataannya dan menatapnya dengan intens. Tanpa pikir panjang, Rasti langsung saja mengiyakan perkataan Mbah Kromo, "mau, Mbah. Saya mau melakukannya, apa pun itu." Mbah Kromo menampakkan smirk dengan wajah menghina kepada Rasti. Baginya perempuan di depannya ini selain sudah menjadi budak setan juga sudah tidak lagi memiliki harga diri. "Yakin? Kamu mau?" Mbah Kromo kembali bertanya kepada Rasti untuk meyakinkan perempuan itu pada keputusannya. "Yakin, Mbah. Seratus persen yakin!" Rasti menjawab dengan tegas.  Rasti sudah tidak peduli harus melakukan cara sesesat apa hanya demi mengikat Arga supaya tidak kembali kepada Kania. "Baiklah kalau kamu benar-benar yakin. Syaratnya mudah dan enak sekali, kamu cukup
Baca selengkapnya
Part 47
Sementara itu di Arga yang baru saja siuman, merasakan sakit kepala yang luar biasa. Sesaat dia merasa heran kenapa dia tidur di lantai, 'aduh! Kepalaku sakit sekali rasanya, dan ini ... kenapa aku bisa tidur di lantai ya? Apa yang sudah terjadi padaku?" Sambil memijat-mijat kepalanya yang terasa sakit, Arga berusaha mengingat-ingat kembali apa yang terjadi padanya dan setelah berhasil mengingat, dia langsung menepuk dahinya yang langsung dielusnya karena merasa sakit. 'Ah, iya. Aku ingat sekarang, kakiku tadi terkait satu sama lain saat akan berjalan lalu kepalaku menghantam lemari buku dan menghantam tembok sebelum aku tidak sadarkan diri." Arga menggumam sambil terus mengelus-elus dahinya. Setelah beberapa saat terduduk di lantai untuk menghilangkan sakit kepala akibat menghantam lemari buku dan tembok, Arga melihat jam tangan yang selalu setia melingkar di pergelangan tangan kirinya, dan seketika kedua mata Arga memb
Baca selengkapnya
Part 48
Sementara itu Rasti yang sudah sampai di rumah lebih dulu daripada Arga langsung membersihkan badan dan mempersiapkan makan malam untuk suaminya. Sambil mempersiapkan makan malam, Rasti mengingat kembali kejadian yang baru saja dilaluinya di rumah Mbah Kromo. *** Setelah semua persiapan untuk nikah jin sudah siap, Rasti dipersilahkan masuk ke dalam kamar khusus itu. Begitu berada di dalam kamar, Rasti tercengang melihat kondisi dalam kamar itu ternyata berbeda seratus delapan puluh derajat dengan yang dia bayangkan sebelumnya. Rasti membayangkan kamar itu penuh dengan sesajen, aroma-aroma anyir darah dan barang-barang ritual yang mengerikan lainnya, tetapi ternyata semua itu tidak ada di sini, yang ada hanyalah sebuah spring bed besar yang dilapisi kain sutra putih dan ditaburi dengan bunga mawar, kamboja, kantil dan kenanga. Rasti merasa tegang membayangkan kalau dirinya akan be
Baca selengkapnya
Part 49
Perlahan lelaki itu mengusap wajah Rasti, sementara bibirnya perlahan menyentuh bibir Rasti, semakin lama semakin intens dan jauh sehingga membuat Rasti dan lelaki jelmaan iblis itu melakukan hubungan terlarang yang tidak masuk akal itu. Usai melakukan hubungan terlarang itu, Rasti berniat menanyakan siapa lelaki itu, tetapi belum sempat pertanyaan tersebut terucap, lelaki sudah menghilang dari pandangan matanya, hanya tertinggal suaranya saja yang masih bisa terdengar, "aku Ganendra, jelmaan iblis yang akan selalu membantumu. Mulai saat ini aku adalah suami gaibmu, Rasti, aku bersedia berbagi dengan suami manusiamu tapi kau tidak akan memiliki hasrat selain kepada diriku. Apa kau terima itu?" tanya suara sosok jelmaan iblis yang ternyata bernama Ganendra itu. "Ya, Ganendra. Aku menerimanya, aku menerima dirimu sebagai suami gaibku. Tapi bagaimana dengan Mbah Kromo yang juga menginginkan diriku setelah ini?" Rasti menanyakan persyaratan sela
Baca selengkapnya
Part 50
Di saat yang bersamaan, di sudut lain kota Jakarta. Senja itu Kania tampak gembira menikmati pemandangan matahari terbenam di pantai bersama Andra. Mereka berdua saling melemparkan lelucon dan terbahak-bahak berdua saat merasa lelucon yang mereka lemparkan itu terdengar aneh atau tidak lucu sama sekali. Andra sedang menatap Kania dengan rasa kagum, ketika tiba-tiba manik wanita cantik berambut hitam panjang itu menatap dua matanya dengan lekat dan tajam, seakan ingin menyelidiki apa yang ada dalam pikirannya saat ini sehingga membuatnya gagap ketika perempuan bertubuh mungil itu menanyainya, "Mas Andra, nggak bosen lihatin aku terus dari tadi. Ada apa, Mas? Awas, jangan lama-lama! Nanti kalau Mas Andra kepincut sama aku bisa panjang urusannya!" Kania pura-pura mengingatkan Andra tetapi matanya mengirimkan sinyal menggoda lelaki itu. "E ... eh ... i ... iya, nggak ada apa-apa kok. Aku cuma merasa senang melihat dirimu ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status