All Chapters of Pure Blood (DARAH MURNI): Chapter 11 - Chapter 20
176 Chapters
BAB 4 – Riki dan Rika (Bagian 2)
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian yang menghebohkan itu dan seperti katanya, Rai sama sekali tidak peduli dengan wanita itu. Tapi kabar mulai menyebar di kastelnya, para pelayan dan juga prajurit mulai membicarakan keberadaan wanita itu.Tentu saja hal ini membuat Rai gerah, mau tidak mau dia harus memikirkan cara untuk menghentikan omong kosong ini sebelum menyebar lebih luas, atau parahnya menyebar ke Klan Raltz dan Waltz."Albert!" seru Rai."Ya, Rai," balasnya."Bagaimana dengan wanita itu? Dia belum mati juga?" dan Al pun menggelengkan kepalanya."Sial! Bagaimana bisa dia tetap hidup! Sekuat apapun tubuhnya, dia tidak akan bisa menghadapi racun dari taringku, dia akan tetap mati dalam waktu tiga hari! Tapi ini sudah lebih dari tiga hari dan dia masih hidup!?""Bahkan sistem tubuhnya kembali normal, benar-benar tidak bisa dipercaya," ucap Al menambahi kenyataan bahwa wanita itu memang aneh."Cepat bawa dia ke
Read more
BAB 4 – Riki dan Rika (Bagian 3)
PRANG!Sebuah suara mengejutkan mereka. Karena terus saja saling dorong-dorongan, akhirnya tidak sengaja Ika menyenggol sebuah vas yang ada di meja. Namun, bukan itu saja yang mengejutkan.Ada hal yang lebih mengejutkan, dan itu adalah karena wanita yang tadi berdiri di sebelah Al sudah berpindah ke tempat Rika dan Riki berada untuk melindungi mereka dari vas yang terjatuh."Apa yang terjadi!?" ucap Rai menghampiri mereka dengan wajah menampilkan ekspresi marah.Ika tidak menjawab, dia hanya menangis di pelukan wanita aneh ini, sepertinya Ika benar-benar terkejut. Iki pun hanya diam tidak jauh dari tempat Ika menangis. Dia sama sekali tidak bergerak."Iki! Ada apa ini!? Jelaskan padaku!" bentak Rai.Bentakan tersebut membuat Iki langsung menangis. Anak ini juga dalam posisi terkejut, namun Rai malah membentaknya. Suasana akhirnya menjadi kacau dengan suara tangisan yang terdengar saling menyahut.Takut dengan
Read more
BAB 5 – Diana Charlotte (Bagian 1)
Karena kaki wanita ini terluka, dan juga karena perintah Rai untuk mengobatinya. Akhirnya mau tidak mau, Al harus menggendong dan membawa wanita ini ke kamar, sedangkan Iki dan Ika membuntutinya dari belakang dengan wajah khawatir. Sesampainya di kamar, Al langsung menurunkan wanita ini ke atas tempat tidur. Lalu ia pergi mengambil hal-hal yang diperlukan untuk mengobati luka di kakinya. Sedangkan Iki dan Ika tinggal di kamar. "Kak... Iki minta maaf," ucap Iki setelah Al pergi. "Ika juga minta maaf, gara-gara Ika kakak jadi terluka seperti ini," sambung Ika. "Kami janji tidak nakal lagi, tapi jangan bawa kami ke Klan Raltz lagi," tambah Iki. Wanita ini terlihat bingung. Baginya yang seorang manusia, dia sama sekali tidak begitu mengerti mengenai vampir, apalagi Klan Raltz yang mereka sebutkan. Tapi dia tahu, tinggal di tempat asing bukan hal yang menyenangkan. "Bilang Kak Rai jangan marah sama kami. Kakak istrinya Kak
Read more
BAB 5 – Diana Charlotte (Bagian 2)
Krreettt. Al membuka pintu dan membawa obat-obatan di tangannya. "Aku hanya menemukan ini. Sisanya kau akali saja," ucapnya lalu meletakkan apa yang dia bawa ke hadapan wanita ini. "Hanya ini??? Kau mencarinya dari tadi dan hanya membawa ini saja, Al?" kata Iki mengomentari Al yang hanya membawa obat merah, kapas, dan juga kain kasa. "Oi! Panggil aku Kak Albert! Kau vampir kecil tidak tahu sopan santun!" omelnya. "Sopan santun itu hanya untuk manusia," balas Iki. "Kau dan dia sama saja, sama-sama arogan!" "Kak Diana apa ini cukup?" tanya Ika mengabaikan keduanya. "Huh? Diana? Siapa Diana?" heran Al. Ika mengarahkan telunjuknya ke Diana, "Namanya Diana Charlotte. Kau tidak tahu itu?" Al terkejut. Bagaimana vampir kembar ini nama wanita ini, sedangkan selama ini dia hanya menutup mulutnya rapat-rapat. Sejak kedatangannya, dia hanya membuka mulut untuk mengatakan hal tidak berguna.
Read more
BAB 5 – Diana Charlotte (Bagian 3)
Malam semakin larut, namun rembulan masih setia memberikan sinarnya. Udara yang berembus pun kian dingin, membuat hangatnya perapian yang ada di rumah-rumah dunia manusia menjadi tidak terasa. Namun, berbeda dengan Kastel Haltz yaitu dunia vampir. Tidak ada satu pun perapian yang dinyalakan di sini. Bagi mereka—vampir, hal ini sangat tidak berguna karena dengan ada atau tidak adanya api, mereka tetap tidak akan merasakan dingin karena tubuh mereka adalah dingin itu sendiri. "Jadi dia berbicara dengan si kembar?” tanya Rai. "Aku juga cukup terkejut. Tapi dia benar-benar berbicara,” balas Al. Saat ini Rai dan Al hanya sedang berdua di ruang singgasana, tanpa adanya pelayan ataupun prajurit yang berjaga. Mereka berbicara empat mata. Dalam keadaan seperti ini, Al akan melepaskan segala panggilan hormatnya untuk Rai. Ia akan berbicara seleluasa mungkin dan Rai tidak ada masalah untuk itu. Ia bahkan merasa ini menarik, karena ada vampir yan
Read more
BAB 6 – Dunia Manusia (Bagian 1)
Al terus menelusuri gelapnya Hutan Silver dengan kecepatan vampirnya. Ia bergerak seperti bayangan. Al bahkan tidak menoleh sedikit pun atau berhenti, matanya hanya menatap lurus ke depan. Setelah sampai di perbatasan antara Hutan Silver dengan dunia manusia, Al berhenti sejenak untuk menghela napas dan mengamati keadaan. Ia melihat intens ke sungai yang berada di hadapannya yang juga merupakan batas alami pemisah kedua wilayah tersebut. "Sudah lama aku tidak kembali ke sana," ucapnya. Al lalu melanjutkan kembali perjalanannya hingga akhirnya tiba di sebuah bar yang terletak cukup jauh dari perbatasan ini. Bar yang cukup klasik yang berada di wilayah utara dunia manusia.   ***   Kring. Lonceng pintu terdengar ketika Al mendorong pintu bar. Seorang wanita tua yang sedang melayani para tamu langsung melihat ke arahnya. Dengan santai, Al berjalan masuk dan duduk di kursi kosong, tepat di
Read more
BAB 6 - Dunia Manusia (Bagian 2)
Fajar sudah menyingsing, dan satu per satu manusia mulai keluar dari rumahnya untuk beraktivitas. Ada yang bersiap untuk bekerja, ada yang ingin ke pasar dengan keranjang di tangannya, ada pula yang sedang membangunkan anaknya untuk segera bangun, dan hal-hal lainnya yang biasa dilakukan para manusia di pagi hari. Sedangkan Al duduk di tepi kolam air pancur berbentuk lingkaran yang terletak di tengah kota. Dengan pakaian berwarna hitam yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, Al hanya diam memperhatikan, mendengar dan membaui sekitarnya. Beberapa manusia yang lewat memperhatikannya, ini karena Al yang terlihat mencurigakan. Namun, mungkin juga karena ketampanannya yang seperti pria-pria bangsawan pada masa lampau, meski ia lebih sering menunduk. "Sepertinya mereka sudah selesai memanggangnya," ujar Al beranjak menuju ke toko roti. Tidak lama, dengan sekantong kertas cokelat berisikan beberapa potong roti yang baru matang, Al keluar dari
Read more
BAB 6 – Dunia Manusia (Bagian 3)
Diana terbangun di kamarnya dalam keadaan kedinginan dan kelaparan. Ini dunia vampir, tentu saja dia tidak akan bisa menemukan makanan manusia di sini, kemarin saja yang dia makan hanya sebuah apel.Tentu saja sebutir apel tidak akan cukup untuk memenuhi rasa laparnya, dan kastel yang terletak di dalam Hutan Silver dengan rimbunnya pepohonan ini membuat udara menjadi semakin dingin, membuat rasa laparnya semakin menjadi-jadi."Apa aku juga harus meminum darah manusia sekarang? Ini tandanya aku berubah jadi vampir bukan?" batin Diana, namun dengan cepat dia mengenyahkan pikirannya."Baiklah, aku akan berkeliling. Lagi pula... apa ini?" gumam Diana merasakan sentuhan kain bertekstur di kakinya. Ia mengambil kain-kain tersebut dan memperhatikannya dengan saksama. "Pakaian...?""Ini terlihat indah dan glamor. Apa vampir selalu mengenakan pakaian seperti ini?" tanyanya mengingat Rai juga mengenakan pakaian yang terlihat mewah dan glam
Read more
BAB 6 – Dunia Manusia (Bagian 4)
Gail lalu memperhatikan lembaran foto-foto yang ada di tangannya. Seorang wanita yang cukup berumur, seorang wanita dan laki-laki, rumah yang cukup besar, dan rumah lain yang dipenuhi oleh para wanita. Gail lalu mulai menjelaskan foto-foto tersebut, satu demi satu. "Wanita ini adalah Lisa Periska, ibu dari Diana," ucap Gail menjelaskan foto pertama. "Suaminya sudah lama meninggal. Dia mempunyai dua anak lain, Vina adalah anak pertama dan Edison adalah anak kedua," lanjutnya menjelaskan foto yang kedua. "Mereka tinggal di sebelah utara kota, dan inilah rumah mereka, cukup besar untuk keluarga dengan peringkat ke enam," jelasnya untuk foto yang ketiga. "Peringkat...?" tanya Al. "Kau mungkin sudah lupa, jadi akan aku ingatkan kembali. Peringkat yang aku maksud adalah sebuah peringkat berdasarkan kekayaan dan juga kekuasaan. Dengan kata lain, keluarga Diana merupakan keluarga yang cukup terhormat di kota ini. Dia dan keluarganya b
Read more
BAB 6 – Dunia Manusia (Bagian 5)
Gail menganalisis perkataan Al, "Wanita ini menjadi makanan kalian. Seharusnya dia mati setelah kalian menghisap darahnya. Tapi sebaliknya, dia tetap hidup? Begitu maksudmu?" ujarnya memperjelas keadaan. Josh, “Sepertinya memang benar.” Annie, “Jadi kalian melanggar aturan?” Al diam tidak merespons. Penjelasan Gail adalah benar adanya, namun ia memilih untuk tidak mengungkapkan faktanya. Tanpa sepatah kata pun, Al langsung beranjak dari kursinya dan mengambil barang-barangnya, berniat untuk pergi. Gail melemparkan sesuatu padanya, "Kau memakannya juga?" tanyanya. Josh, “Tentu saja tida, dia hanya pemburu yang memberikan buruannya pada Tuannya. Dia tidak akan memakan apapun karena Tuannya menghabiskan segalanya.” Al pun menunduk, mengambil selembar foto yang jatuh tepat di hadapan kedua kakinya, "Tidak,” jawabnya singkat. "Selain Diana, wanita itu juga menghilang," ucapnya menjelaskan foto kelima yang dia lempar
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status