Semua Bab Pure Blood (DARAH MURNI): Bab 41 - Bab 50
176 Bab
BAB 16 - Memberi Makan (Bagian 3)
Ika dan Iki sekarang sedang berada di kamar mereka. Setelah mendengar apa yang terjadi pada Diana dari Al, mereka ingin langsung bergegas untuk mengunjunginya, tapi mengurungkan niat karena mendengar Rai berada di sana."Al, apa yang terjadi?" tanya Ika."Kenapa Kak Diana bisa terbaring lemah seperti itu?" tanya Iki."Dia sakit karena mengurung dirinya selama tiga hari tanpa makan dan tanpa minum," jawab Al."Kalau begitu berikan saja dia darah," Ika memberikan usulnya dengan polos."Dia manusia, Ika!" seru Iki."Ahh iya... Kak Diana berbeda dengan kita.” Iki menatap Al, "Apa Kak Diana akan baik-baik saja?""Mungkin," ucap Al ambigu.“Mungkin...?” kata si kembar membeo.Sementara itu, di kamarnya, Diana masih terbaring lemah namun dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Demamnya sudah turun dan napasnya sudah kembali teratur.Duduk di kursi yang diletakkan di
Baca selengkapnya
BAB 17 - Penjaga (Bagian 1)
Suasana canggung terjadi di antara Diana dan Rai. Rai mengelap cairan yang jatuh dari sudut bibir Diana, sedangkan wanita ini hanya terdiam bagaikan patung. Diana langsung membelalakkan mata saat Rai menjilat jarinya yang terkena cairan."Apa yang kau lakukan!?" tanya Diana"Memberimu makan, kau kira apa lagi?""Ta-tapi ini bukan cara normal!""Normal, huh?" balas Rai sarkastis. "Jadi aku harus menyendokkan mangga ini ke mulutmu dengan penuh kelembutan?""Aku bisa melakukannya sendiri!” tegas Diana mengambil alih sendok yang dipegang Rai.Namun, Rai dengan sigap menjauhkan sendok, "Tidak, sekarang aku mau bermain boneka, dan kau adalah bonekanya," ucapnya."Hah...?""Sekarang buka mulutmu," ucap Rai dan mulai melakukan hal yang sama, memberikan makanan lewat mulut secara langsung.Diana membeku, ia langsung memundurkan kepalanya. Ia memberontak, namun tenaganya tidak cukup menandingi kekua
Baca selengkapnya
BAB 17 - Penjaga (Bagian 2)
Cletak!Kerangka yang sedang dibuat Ika hancur begitu saja. "Kenapa kau mengatakan hal seperti itu, Al?" tanya Ika dengan meremas kerangka bunga yang ada di tangannya."Aku mengatakan kebenaran. Itu saja. Dia manusia, dan sejak awal keberadaannya di sini hanya sebagai makanan Rai, tapi kenapa dia sekarang berubah menjadi hewan peliharaan favorit semua orang?" ungkap Al.Iki bangkit dan mendekat ke Al, "Jangan katakan apapun lagi tentang Kak Diana, atau aku tidak akan memaafkanmu," ujarnya lalu membuang kerangka bunga ke Al."Kami tidak main-main, Al. Baik kau atau Kak Rai, kami tidak akan segan-segan melawan," tambah Ika lalu menyusul kepergian saudara kembarnya."Hah...? Apa mereka sedang merencanakan pemberontakan dengan menjadikan manusia ini sebagai modelnya?" batin Al heran. *** "Ini akan menjadi tabung ke sepuluh jika kau kembali menjatuhkannya," ujar seorang pria tu
Baca selengkapnya
BAB 18 - Keputusan (Bagian 1)
Brak!Pine membuka pintu ruang kerja Kevin secara kasar, "Kevin, aku memutuskan—" Pine menarik napas dalam-dalam, “—untuk berdiri di sampingmu. Bersamamu.""Apa yang kamu katakan?" tanya Kevin tidak mengerti."Aku bersedia menjadi Ratu Raltz," jawab Pine."Apa dia terjatuh lalu kepalanya terbentur di suatu tempat?" batin Kevin."Kenapa mendadak?" tanyanya."Aku berubah pikiran setelah mendengar Kisah Raja," ungkap Pine.Kevin bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke arah depan meja dan menyandarkan tubuhnya di sana, "Apa yang Julio katakan?" selidiknya."Tidak ada.""Jangan berbohong, dia pasti mengatakan hal yang seharusnya tidak dia katakan.""Apapun yang dia katakan, aku bersedia menjadi Ratu Raltz. Aku akan jatuh cinta denganmu dan mencintaimu selamanya," jelas Pine mendeklarasikan keputusannya.Kevin menghela napasnya, "Pada awalnya aku memang hanya
Baca selengkapnya
BAB 18 - Keputusan (Bagian 2)
Rai kembali ke kamar Diana dengan membawa buah kesukaannya yang sudah dia kupas dan dimasukkan ke dalam gelas. Namun, Rai tidak melakukan hal seperti sebelumnya, dia hanya memberikan sendok dan gelas berisi mangga ini ke Diana. Setelah itu Rai hanya memperhatikan wanita ini memakannya."Apa kau mau?" tanya Diana dan Rai hanya diam."Kau membuatku merasa tidak nyaman," lanjutnya karena terus diperhatikan.Dengan menopang dagunya, Rai berkata, "Kau banyak bicara juga rupanya.”"Aku akan berbicara kalau aku ingin. Apa itu masalah?"Namun, Rai tidak menjawab, ia malah bertanya sesuatu yang membuat nafsu makan wanita ini langsung hilang seketika, dan Rai memperhatikan responsnya. Respon yang mengatakan bahwa ia baru saja menanyakan hal yang seharusnya tidak dia tanyakan."Kau tidak ingin kembali ke dunia manusia?" tanya Rai tiba-tiba.Diana menaruh kembali sendoknya ke dalam gelas, "Apa kita harus membahasnya?"
Baca selengkapnya
BAB 19 - Abadi (Bagian 1)
Pate memandang selembar kertas dengan stempel lilin berwarna emas dengan motif elang yang terletak di mejanya. Warna dan lambang stempel lilin ini adalah milik Raltz, dan tentu saja surat ini berarti berasal dari Raltz.Masing-masing klan memang memiliki warna dan lambang tersendiri. Lambang tersebut dipresentasikan menggunakan hewan yaitu golongan burung dan warna yang juga mempresentasikan hewan tersebut.Klan Haltz memiliki burung Phoenix sebagai lambang mereka dan warna merah sebagai warna resmi klan mereka. Sedangkan Raltz memiliki burung elang dengan warna emas. Sementara Waltz, mereka miliki burung gagak dengan warna hitam."Apa informasi ini akurat?" tanya Pate."Ya. Aku tidak pernah salah dalam memberikan informasi," jawab Kori yakin dengan informasi yang diberikannya."Kau yakin?" Pate meragukannya, "Di sini tertulis Pine bukan Diana Charlotte. Hanya Pine,” ucapnya menegaskan nama yang ada di selembar kerta
Baca selengkapnya
BAB 19 - Abadi (Bagian 2)
Tak. Tak. Tak.Suara langkah kaki terdengar, kemudian muncul seorang pria berbadan tegap berjalan memasuki ruangan. Di dalam ruangan sudah ada Ben yang sengaja menunggunya dari tadi."Duduklah," kata Ben dan pria ini kemudian menduduki salah satu sofa yang ada di sana."Untuk apa kau memanggilku ke sini?" tanyanya, langsung pada intinya."Kau masih tidak berubah, Dominic. Tidak sabar dan tidak suka berbasa-basi.”"Jika mau menyuruhku datang hanya untuk membersihkan remah-remah, maka aku tidak punya waktu," ucap Dominic, ia segera bangkit namun langsung terhenti karena perkataan Ben."Pangeran yang memiliki takdir yang sama dengan Raja. Bagaimana jika kita membuat Kisah Raja yang kedua?"BAM!Dominic langsung membalikkan meja yang ada di depannya begitu saja, "Jangan main-main denganku, Ben! Aku bisa menghabisimu kapan pun!" ancamnya.Ben tetap tenang dan menatap Dominic. Vampir in
Baca selengkapnya
BAB 20 - Cawan (Bagian 1)
"Aku mendengar apa yang kau dan Al katakan kemarin. Maaf sudah membuatmu berada di posisi yang sulit. Jika kau mau, kau bisa membunuhku kapan pun," ucap Diana serius namun dengan pandangan mata yang datar, melanjutkan pembicaraan mereka yang belum usai.Rai terkejut, "Kau... mendengarnya?" dan Diana mengangguk."Bagaimana bisa? Kapan? Aku sama sekali tidak merasakan kehadirannya. Bahkan baunya... Aku tidak menciumnya sama sekali!" batin Rai."Aku mendengar pembicaraan antara kau dan Al saat aku berniat mencari si kembar," jelas Diana. “Banyak yang bilang aku ini aneh, jadi aku tidak terkejut jika kau atau Al mengatakan hal yang sama tentangku. Aku hanya tidak peduli dengan itu semua."Diana menghela napasnya dalam, "Mereka bilang aku seharusnya mati. Mereka bilang aku tidak berguna. Tapi aku benar-benar... tidak peduli.”"Apa yang kau maksud?" tanya Rai tidak mengerti arah pembicaraan Diana.Wan
Baca selengkapnya
BAB 20 - Cawan (Bagian 2)
Di Kastel Raltz, Pine sedang duduk di sofa sambil memperhatikan Kevin yang sibuk dengan setumpuk dokumen di hadapannya. Membuatnya bahkan tidak perhatikan Pine."Vampir juga bekerja?" tanya Pine.Masih dengan kesibukan memeriksa dokumennya, Kevin menjawab, "Karena aku si Pangeran," jawabnya."Pangeran selalu berdampingan dengan Raja bukan? Di mana Raja kalau begitu?"Kevin meletakkan alat tulisnya dan menatap Pine, "Di dunia manusia.”"Dia tidak ada di sini? Bukankah dia ayahmu?""Dia adalah Rajamu, Pine," kata Kevin menopang dagunya"Rajaku?" tanya Pine tidak mengerti."Ayahku adalah Raja di Kerajaan Antro. Kerajaan yang memerintah dunia manusia. Oleh karena itu, dia tidak berada di sini."Pine mengerutkan keningnya, "Maksudmu... dia adalah Raja Antro?" tanyanya tidak percaya. "Ta-tapi Ayahmu adalah vampir, aku tahu ayahmu adalah Raja, kau mengatakannya sebelumnya. Tapi bagaimana mungkin... dia ad
Baca selengkapnya
BAB 20 - Cawan (Bagian 3)
Rena terus berbicara menjelaskan keadaan kerajaan namun Dominic tidak mendengarkan. Ia hanya diam, dan terlarut dalam pikirannya saat ini. Perkataan Rena sama sekali tidak ia dengarkan, Rena pun menyadarinya dan berusaha memanggilnya."... Mulia?" samar-samar telinga Dominic menangkap suara."Yang Mulia...?""Yang Mulia Dominic de Lefko?" panggil Rena karena Dominic terus saja melamun.Tidak juga mendapat respons. Mau tidak mau, akhirnya Rena memutuskan memegang bahu Dominic. Tindakan yang tidak sopan dan lancang memang, namun dia melakukannya karena terpaksa.Hap!Terkejut. Dominic langsung mencengkeram tangan Rena dengan tenaga vampirnya, membuat suara retakan sedikit terdengar. Dominic hampir saja menghancurkan tangan wanita ini. Pupil mata Rena membesar, namun ia menahan emosinya. Ia mengatupkan kedua bibirnya dan menatap Dominic."Maaf karena mengejutkan Anda, Yang Mulia. Saya sudah berusaha memanggil An
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status