All Chapters of The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin: Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
51. Tanda Lahir
“Pengantin apa?” raung Saga yang suaranya kembali menggelegar seperti gemuruh.“Apa kau ingin memberi ucapan selamat pada kami?”“Dasar bajingan!” umpat Saga yang kemudian melayangkan tinjunya tepat ke rahang kiri Adam.Adam sontak terhempas ke belakang. Punggungnya menabrak anak tangga hingga terjengkang dan membuatnya meringis menahan nyeri. Pria itu pun bangkit dengan segera.Adam memberi serangan balasan pada Saga—menendang dada dan mendaratkan satu tinju lain di hidungnya—menciptakan suasana panik yang merebak kental di antara mereka. Darah langsung mengucur deras dari sana. Saga otomatis mundur dengan terhuyung akibat kerasnya hantaman.“Cukup, Adam! Hentikan sekarang juga!” pekik Angelina yang spontan menjadi histeris setelah melihat kondisi Saga.“Apa hanya itu yang kau punya?” tantang Adam yang memilih untuk mengabaikan peringatan.Detik berikutnya, Saga
Read more
52. Identitas Sang Pewaris
“Tidak ada yang harus kujelaskan,” sanggah Angelina yang masih bersikukuh dengan pendiriannya untuk menyembunyikan identitas Arthur.“Orang buta sekali pun akan tahu bahwa dia lebih mirip denganku. Bukan dengan pria itu. Aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu,” sahut Adam yang nadanya seketika berubah menjadi parau.“Aku tidak ingin berdebat denganmu la—”“Kau bukan tidak ingin, tetapi takut!” sela Adam yang langsung menyambar kesempatan itu untuk menekan Angelina.“Takut? Denganmu?”“Kau takut rahasia yang telah kau simpan selama bertahun-tahun akan terbongkar sekarang.”“Itu sama sekali tidak benar, Adam. Kau membuat asumsi yang—”“Aku ingin tes DNA. Se-ka-rang,” tegas Adam yang mengunci tatapan pada wajah Angelina.“Tes DNA? Kau sangat lucu.”“Lucu katamu? Aku ingin kau bersumpah demi dirin
Read more
53. Aroma Kematian
Kesiap ngeri dari orang-orang yang ada di sana serentak mengudara. Angelina mendadak syok pada pemandangan yang dia lihat sekarang. Dia melirik ke arah Arthur yang raut wajahnya juga sama takutnya dengan mereka semua—terlalu pias malah, sampai-sampai sorot mata kecilnya membelalak lebar.‘Sejauh mana Arthur mampu memahami kejadian yang sedang berlangsung di depannya?’ batin Angelina. Adam pun melonggarkan cengkeramannya dan berbalik menghadapi Saga dengan sikap tenang. Namun, perilakunya yang kelewat biasa-biasa saja justru membuat wanita itu sangat khawatir.“Kubilang, lepaskan Angelina.”“Sa-Saga? Sejak kapan kau punya pistol? Aku tidak pernah melihatmu memegang benda seperti itu,” bisik Angelina sambil berharap Saga akan menyimpannya lagi di tempat yang aman.Ekor mata Saga kemudian berpindah pada wajah cantik Angelina yang berubah kalut dan dia membalas, “Apa itu akan membuat perbedaan?”&ld
Read more
54. Patah Hati
“Caramu salah. Itu tidak akan menghentikan pendarahannya. Minggirlah, biar aku yang melakukannya,” ucap Saga setelah dia tersadar dari syok yang sempat menggulung dirinya.“Diam di sana atau aku akan melemparmu ke dalam penjara sekarang juga!”“Tidak ada waktu untuk bertengkar. Nyawa Angelina dalam bahaya.”“Kaulah yang melukainya!” teriak Adam dengan sorot mata penuh dendam.“Ber-berhentilah berkelahi, kumohon. A-aku tidak apa-apa. Ha-hanya se-sedikit sesak,” ungkap Angelina selepas menyaksikan ketegangan yang lagi-lagi menggantung di antara mereka.“Posisikan tubuhnya lebih tinggi lagi. Dia harus tetap terjaga sampai tim medis datang. Ajaklah dia bicara tentang apa saja,” pinta Saga sambil meraba tekanan detak nadi di salah satu pergelangan tangan Angelina.Adam menurut—memosisikan tubuh Angelina sesuai dengan instruksi, lantas mengecup lembut kening Angelina yan
Read more
55. Pernah Singgah
“Apa Mom akan baik-baik saja?” tanya Arthur sambil memandangi pintu bangsal ICU yang baru saja ditutup.Adam seketika melayangkan tatapan muram pada Arthur. Dia juga berharap Angelina akan baik-baik saja seperti yang mereka inginkan. Namun, satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan hanya menunggu para tim medis selesai bekerja dan membiarkan sedikit keajaiban datang.“Angelina wanita yang kuat. Satu luka tembak tidak akan membuatnya menyerah.”Arthur spontan menoleh dan balas menatap pada Adam. Dua pasang iris dengan warna persis itu saling beradu dalam rasa cemas yang menggantung kental di benak mereka masing-masing. Adam kemudian memalingkan wajahnya sambil mendengus canggung.“Jadi, kau adalah Ayahku?”“Kau boleh memanggilku Dad atau sebutan apa saja yang kau suka.”“Apa yang terjadi pada kalian? Mengapa Ayah Saga sangat marah dan ingin menembakmu?” selidik Arthur yang penasaran
Read more
56. Titian yang Berbeda
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Adam pada Angelina yang baru saja sadar setelah wanita itu dipindahkan dari ruang transisi ke ruang perawatan untuk pemulihan.“Aku akan selalu ada bersamamu. Kau tidak perlu khawatir tentang apa pun,” lanjutnya lagi.Angelina menyunggingkan senyumnya, lantas menganggukkan kepala tanpa menyahut. Sepasang matanya beralih ke arah lain—mencari sosok Arthur—di sana. Namun, yang dia temukan hanya lah dinding dengan dominasi cat putih dan dua buah nakas kecil di sekitar jendela.“Di mana putraku?” bisik Angelina dengan suara parau.“Dia sedang bicara bersama seseorang di luar.”“Seseorang?”“Saga,” sahut Adam dengan nada enggan.“Apa Saga baik-baik saja?”Kedua alis Adam spontan bertaut pada ekspresi khawatir di wajah Angelina dan membalas, “Pertanyaan itu seharusnya untukmu. Bukan dia.”&ld
Read more
57. Dongeng Masa Kini
“Aku akan kembali kemari esok, Mom.” “Ya, Sayang. Pulanglah bersama Paman Sam dan istirahat. Mom tidak ingin kau kelelahan, kemudian jatuh sakit.” Arthur spontan mengangguk pada ibunya, lantas meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Detik berikutnya, bocah itu menguap lebar hingga sepasang iris abu-abunya berair. Angelina yang menyaksikan tingkah sang putra pun tersenyum dan menanggapi, “Hari yang panjang, hm?” “Sangat amat panjang, tetapi aku mendapatkan hadiah terbaikku juga. Jadi, kupikir itu sepadan.” “Hadiah terbaik?” Arthur pun menoleh pada sosok dominan yang sedang melamun memandang ke luar jendela. Angelina yang mengikuti arah pandangan Arthur seketika paham dengan maksudnya. Adam menjadi kado terindah bagi mereka. Aneh? Angelina juga merasa demikian. Namun, takdir bekerja seperti sihir—ajaib dan tanpa batas. Keadaan bertukar hanya dalam waktu sekejap. Kemarin, dia bersikeras untuk mengenyahkan seluruh luka lamanya. Kini, dia ju
Read more
58. Kepingan Puzzle
Lima pekan berlalu dalam gelombang tenang yang membuat Arthur bahagia untuk keluarga lengkapnya. Pun dengan Adam dan Angelina yang sedang mempersiapkan dokumen kepindahan bagi pendidikan Arthur serta acara pernikahan kedua mereka. Sesuatu yang sakral itu akan berlangsung esok.Angelina siap untuk menjadi pengantin—berdiri mengikat janji pada Adam dalam balutan gaun megar yang memesona—dengan melepaskan semua masa lalunya. Berjalan sebagai sosok yang baru. Angelina Wilson Ford yang telah mendapatkan cintanya lagi.Bersama Adam, Angelina merasa utuh. Bersama pria itu, dia merasa sempurna. Adam seperti kepingan puzzle yang sudah lama hilang, lantas ditemukan kembali olehnya lewat perjalanan panjang.Esok akan menjadi hari yang paling istimewa untuk mereka. Masa yang akan membuat Angelina enggan membiarkan waktu berganti kelewat cepat. Dia ingin mengabadikan segenap momen itu dalam pikirannya.Merekam seluruh prosesinya dengan bentuk memori luar b
Read more
59. Takdir di Ujung Senja
“Apa kau yakin kau tidak akan ikut bersama kami?”Saga serentak menoleh pada James Ambrose dan Seth O’Connor—rekannya, kemudian mengangguk dengan mantap. Dia kembali mengalihkan pandangan ke layar komputer yang masih menyala di depannya. Berjuang untuk memfokuskan pikirannya yang sedang kacau. “Kami akan mengenalkanmu pada wanita-wanita cantik di sana,” bujuk James sambil menyandarkan kedua sikunya ke atas meja kerja Saga.“Jawabannya tetap tidak.”“Aku kenal satu yang sesuai dengan tipemu.”“Tidak, James.”“Dia pirang, dia juga bermata biru. Ada banyak yang punya ciri-ciri fisik serupa, tetapi aku tahu Barbara sangat pas untukmu.”“Tutup mulutmu atau aku akan menjahitnya tanpa anestesi.”“Ada apa denganmu, Bung? Kau berubah menjadi Saga yang pemarah sekarang,” timpal Seth yang menanggapi lirikan tajam Saga pada mer
Read more
60. Triplet
“Apa kau yakin itu garis dua?”“Tentu saja. Aku sudah mencobanya empat kali dan hasilnya tetap positif,” sahut Angelina yang netranya berkaca-kaca sekarang.Adam seketika menyambar alat uji kehamilan tersebut dari genggaman Angelina dan memandanginya lekat-lekat. Pria itu kemudian menjatuhkan benda yang semula  dia pegang—kedua tangannya terulur menarik pinggang ramping sang istri. Kepalanya pun turun—membuat posisi sejajar dengan perut agar dapat memberi kecupan di sana.“Bayiku sedang tumbuh di dalam,” bisik Adam dengan nada memuja.“Dia akan membuat kita jauh lebih lengkap lagi.”Adam sontak mengalihkan tatapan dan beranjak memeluk tubuh Angelina dengan perasaan haru yang menjejali dadanya. Mereka saling mendekap erat satu sama lain. Tenggelam dalam ledakan euforia yang menghujani pikiran masing-masing.Berita tentang kehadiran calon anggota keluarga baru dalam hidup mereka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status