All Chapters of The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin: Chapter 21 - Chapter 30
62 Chapters
21. Vanila
Adam tertegun di depan pintu kediaman Angelina sekarang. Ada sesuatu yang berbeda di sana. Lampu-lampunya mati bersama jejak kekosongan yang kian lama kian tinggi memanjati atmosfer di sekelilingnya. “Angelina?” panggil Adam yang kembali mengetuk untuk kelima kalinya, lantas menekan tombol bel dengan kasar. Adam yang merasa kesal sebab Angelina masih belum menyahut, apalagi membukakan pintu untuknya pun menendang kosen hingga aksi itu mengeluarkan bunyi keras yang memekakkan kedua telinganya sendiri. Dia seketika mengumpat pada kenop yang kondisinya sudah rusak tersebut. “Sial! Mengapa masih belum terbuka juga? Angelina? Angelina?” pekik Adam yang berkacak pinggang sambil menunggu wanita yang ingin dia temui keluar mengomelinya. 
Read more
22. Emesis Gravidarum
“Jadi, apa kau suka apartemenku?” tanya Saga setelah mereka baru saja tiba di kediaman miliknya. Angelina masuk dan mulai melihat-lihat situasi di sekelilingnya dengan tatapan takjub. Dia pun mengangguk, lantas duduk di atas sofa bergaya country yang diletakkan di dekat jendela untuk mengistirahatkan diri. Wanita itu melakukan aksi peregangan karena punggungnya terasa penat. “Apa kau lelah? Kau boleh tidur di kamarku.” “Kamarmu? Apa kau tidak punya kamar lain?” “Ada, tetapi masih belum dibersihkan. Aku akan menyewa jasa pembersih nanti sore. Kau boleh menempatinya untuk sementara.”
Read more
23. Lagu Lama
“Apa kau masih merasa mual?” tanya Saga lewat panggilan yang terhubung ke Angelina malam itu. “Hanya dua atau tiga kali, tetapi aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir.” “Aku akan pulang dua jam lagi. Kondisi di klinik memang cukup sibuk tadi dan ada operasi kecil untuk seekor anjing yang menjadi korban tabrak lari. Jadi, aku baru punya waktu untuk meneleponmu.” “Apa anjingnya selamat?” balas Angelina yang terkejut setelah mendengar kabar itu. “Ya. Aku akan memastikan dia tetap stabil dalam beberapa hari ke depan.” “Kau sangat sibuk, hm?” 
Read more
24. Menjadi Ayah
“Angelina?” panggil Saga yang baru saja kembali dan menyusun sepatunya ke dalam rak di dekat pintu. “Angelina? Apa kau di kamar?” tanyanya lagi setelah tak kunjung mendengar jawaban. Saga kemudian beranjak melangkah ke kamar tamu yang ditempati oleh Angelina sekarang. Dia ingin mengecek dan memastikan kondisi wanita itu selepas seharian penuh berkutat dengan pekerjaannya—membuat dirinya otomatis terabai sendirian—dalam gejala morning sickness yang dia alami.  Sorot mata Saga menangkap bayangan Angelina yang sedang mendengkur halus di bawah gumpalan selimut—meringkuk seperti huruf ketiga dari alfabet Latin—dengan kelopak mata sembap. Dia
Read more
25. Tidak Lekang Dari Hati
“A-apa? Apa yang kau katakan?” “Biarkan aku yang menjadi Ayah dari bayi yang ada di dalam perutmu, Angelina. Aku akan bertanggung jawab pada kalian,” tekan Saga sekali lagi. “Itu mustahil!” sergah Angelina dengan intonasi yang lantang. “Mustahil? Bukankah kau—” “Tidak, Saga. Itu tidak akan pernah terjadi karena dia masih punya Ayah.” “Apa?” sahut Saga yang spontan bangkit dan berdiri ke hadapan Angelina. “Ya. Dia punya Ayah,” balas Angelina yang merasa kepalanya mendadak pening. 
Read more
26. Sang Penakluk
Dua wanita—dengan rambut pirang dan bermata biru—yang persis seperti permintaan Adam itu datang sebelum pukul sepuluh. Mereka melenggang masuk dengan langkah yang sensual—meliukkan pinggulnya seperti tubuh penari, lantas naik ke lantai atas. Sang pemesan sudah menunggu mereka di sana. Adam yang sedang duduk—bertelanjang dada—di pinggir balkon sambil memandangi langit malam itu pun menyadari kehadiran orang lain di depan pintu kamarnya yang terbuka lebar. Dia langsung menarik sebatang rokok yang menyala dari bibirnya dan mematikan api. Pria itu berbalik pada dua sosok yang berdiri dengan pakaian minim di hadapannya. “Adam Ford?” sapa salah satunya yang berkuku runcing sambil menyunggingkan senyum penuh arti. “Ya,” sahut Ad
Read more
27. Takdir yang Berbeda
“Wanita sialan itu membuatku kacau!” maki Adam yang kemudian menggebrak meja rias dan membuat cermin di hadapannya bergoyang. Wanita sialan yang berhasil merebut sekaligus menghancurkan hati Adam di waktu yang sama. Wanita sialan yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi panjangnya. Wanita sialan yang dia rindukan untuk digoda dan dipeluk di atas tubuhnya. “Berengsek! Dasar tidak berguna!” jeritnya lagi, lantas berjuang menelan segumpal emosi yang naik menyumbat dadanya agar kembali turun ke dasar. Adam mendongakkan kepalanya ke depan—memandang lurus pada bayangan kelam yang merana di sana—dengan segenap perasaan putus asa. Dia menggertakkan gigi dan mengepalkan buku jarinya rapat-rapat. Pria itu ingin memecahkan kembaran dirinya sendiri—m
Read more
28. Kesempatan
“Aku tidak percaya kau nekat, Saga. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Kita hanya teman baik.” “Aku ingin lebih dari sekadar teman baik.” Angelina menggigit bibir, lantas berpaling membuang muka—menghindari tatapan Saga yang terasa menusuknya—ke arah mobil-mobil lain yang terparkir di sekitar mereka. Dia benci harus melalui perdebatan yang panjang. Wanita itu masih berjuang memulihkan lukanya dan menutup rapat-rapat hatinya untuk siapa pun. “Aku tidak ingin orang lain atau siapa saja masuk ke dalam hidupku lagi, Saga.” “Berikan aku satu kesempatan,” bujuk Saga yang masih gigih meluluhkan perasaan Angelina yang terlanjur membeku bersama waktu.
Read more
29. Aborsi
“Aku hamil, Roland.” Berita itu sontak membuat kepala Roland Lewis—bawahan Adam—menoleh pada Kate yang baru saja datang ke kamar hotel sewaan mereka. Dia syok. Perbuatan yang hanya sebatas untuk senang-senang itu membuahkan hasil sekarang. Roland sama sekali belum siap untuk menyandang gelar ‘orang tua’, apalagi menjadi ayah juga bukan cita-cita atau mimpi yang pernah terlintas di benaknya. Dia benci bocah-bocah rewel yang suka menyemburkan biskuit dari mulut mereka atau pada kewajiban bangun tengah malam hanya demi menukar popok yang basah. Kate melenggang masuk dan mengempaskan pantatnya di atas sofa tanpa sandaran di hadapan Roland yang masih membeku. Dia berdecak jengkel setelah menonton reaksi pria itu, lantas merogoh sesuatu dari dal
Read more
30. Monster
“Apa yang kau inginkan?” tanya Adam sesaat setelah mencabut kesunyian yang tumbuh mengakar di antara mereka berdua. Kate menghela napas panjang sebelum membalas, “Aku tidak suka bertele-tele. Jadi, aku akan langsung memberitahumu intinya.” Adam masih bergeming dan menunggu Kate kembali menyuarakan semuanya atau mengatur siasat, lebih tepatnya. Dia lagi-lagi memandang dengan tatapan hampa ke arah para penari tiang yang tengah menggeliat sensual di atas panggung. Bertanya-tanya mengenai kabar Angelina yang entah di mana rimbanya. “Aku hamil, Adam. Janin dalam rahimku adalah milikmu.” Berita itu spontan membuat sistem kesadaran Adam bangun sepenuhnya. Dia berpaling memandang Kate den
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status