All Chapters of Belenggu Adat dalam Cinta: Chapter 11 - Chapter 20
21 Chapters
Prasangka
Reyhan menundukkan pandangan karena takut. Ia khawatir akan respons pak Broto setelah ia mengakui bawa dirinya mencintai Gina."Apa?! Kamu mencintai Gina? Bukankah kau ini orang Sunda?" tanya pak Broto keheranan. Tentunya, pak Broto pun masih sangat percaya bahwa pernikahan antara suku Jawa dan Sunda itu dilarang."Memang benar. Tapi apa yang salah dengan perasaan saya?" kata Reyhan sambil memberanikan diri menatap pak Broto yang sepertinya agak terkejut. Bagaimana tidak terkejut, anaknya yang merantau di tanah orang ternyata disukai oleh bosnya sendiri. Sebuah fakta yang sangat mencengangkan dan mengguncang hatinya.Pak Ustad menyela pembicaraan serius dua laki-laki itu. "Kita fokus dulu menyembuhkan Gina, ya. Masalah siapa pelakunya dan perasaan nak Reyhan kita kesampingkan dulu. Santet bukanlah hal yang sepele," pak ustad berusaha menasehati dan memberikan jalan tengah. Jika tidak seperti itu, pasti perdebatan antara Re
Read more
Perdebatan Panas
Reyhan telah sampai di Bandung. Tempat yang pertama akan ia kunjungi adalah rumahnya. Ia ingin segera bertemu ayah dan ibunya. Dengan bertemu orang tuanya, Reyhan ingin memastikan bahwa bukan mereka pelaku yang menyantet Gina.Reyhan memasuki rumahnya dengan wajah datar. Ia juga mengambil langkah lebar agar segera menjumpai ayah ibunya. "Ayah, ibu. Aku ingin bicara!" ucap Reyhan dengan keras namun tak sampai membentak.Ayah dan ibunya yang sekarang sudah berada di ruang tamu hanya keheranan. Mereka tak mengerti kenapa Reyhan memasang wajah datar cenderung marah kepada mereka."Apa yang ingin kau bicarakan, Rey? Lagi pula, kemarin kau sudah menentang kami dengan terbang ke Surabaya kan? Kau tidak mendengarkan kami untuk tidak mengantar Gina," ucap bu Dian. Terlihat wajah tua yang masih sangat cantik itu menjadi murung."Jika kau menanyakan restu, maka kami tidak berubah pikiran sama sekali," imbuh pak Hasan
Read more
Buhul Santet
Reyhan sudah tiba di kantor. Ia berlari mencari Zidan dengan bersemangat. Rupanya, Zidan masih ada di ruangan Gina, dengan buhul santet berada di atas meja ruangan itu.Di atas meja, Reyhan melihat bungkusan kain kecil yang entah apa isinya. Bahkan, di sana juga ada foto Gina. Semua itu membuat Reyhan melotot seketika."Sepertinya ini adalah buhul santet yang menyerang sekertaris Gina," ucap Zidan.  "Tapi bagaimana mungkin, Zidan? Jika benda itu ada di sini, berarti pelakunya adalah orang kantor?" Reyhan membekap mulut. Baru saja ia mengalami perdebatan hebat dengan orang tuanya. Ia tak menyangka ternyata prasangkanya salah besar. Ia merasa sangat bersalah karena telah mencurigai orang tuanya sebagai pelaku."Benar sekali pak. Tidak mungkin ada yang bisa keluar masuk ruangan sekertaris Gina jika bukan orang kantor ini," kata Zidan membenarkan.Setelah penemuan buhul itu, Reyhan langsung menghubungi pak Broto. Ia merasa sedikit lega karena tel
Read more
Surat Misterius
Reyhan bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia masih bertanya-tanya, apa benar buhul santet Gina benar-benar lebih dari satu. Memikirkan semua itu membuatnya tak nafsu makan.Sudah 3 hari, kabarnya Gina masih belum pulih dari sihir keji ini. Meski sudah diruqyah, buhul santet tetap harus ditemukan dan dihancurkan. Itu adalah cara terbaik untuk terbebas dari sihir.Baru-baru ini, sebenarnya Reyhan juga menemukan buhul santet di dalam kosan Gina. Ini agak mengejutkan memang, tapi semua seakan tak berguna. Gina masih belum pulih setelah buhul santet kedua itu dihancurkan."Sebenarnya apa yang diinginkan pelakunya? Apa dua buhul santet itu palsu? Tapi untuk apa memalsukan barang seperti itu?" pikir Reyhan. Kini ia sedang berada di kantor, tepatnya di ruangannya sendiri.***Surabaya...."2 buhul santet sudah dihancurkan. Kenapa Gina belum juga pulih?" pak Broto memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia tak mengerti dengan segala keanehan yang ter
Read more
Kejutan
Esok hari datang juga. Saat-saat yang telah ditunggu Satria dan Santi sejak kemarin. Sore ini, mereka akan mengeksekusi rencana untuk mengikuti pak Broto.Jam menunjukkan pukul 16.30 yang berarti pertemuan pak Broto dan orang misterius yang mengirim surat kemarin akan segera terjadi. Perjanjian mereka jam 5 sore di alun-alun dan pak Broto sudah siap dengan motornya. "Ayah mau kemana?" tanya Santi berbasa-basi ketika pak Broto hendak melaju. "Ada urusan sebentar. Ga lama kok," kata pak Broto. Ia langsung melajukan motornya tanpa mau meneruskan basa-basi.Melihat ayahnya makin menjauh, Santi tersenyum sinis. Rencananya dengan Satria untuk membuntuti pak Broto sepertinya akan berjalan lancar. Tak ada tanda-tanda kecurigaan pak Broto pada meski tadi malam mereka sempat mencuri surat misterius itu. Tak lam setelah itu, Santi menelpon seseorang yang tidak lain adalah kakak kembarnya, Satria. Ia menanyakan tentang berjalannya rencana sor
Read more
Dalang
Surabaya, tepatnya sesaat setelah Gina pulang bersama Nindy dan Reyhan 2 minggu yang lalu...."Baiklah, sekarang sudah beres!" ucap Nindy sambil membersihkan tangannya dari tanah. Ia baru saja mengubur sesuatu di belakang rumah pak Broto. Nindy segera mengecek ponselnya dan menelfon seseorang yang tak lain adalah Zidan."Apa kau sudah selesai?" tanya Zidan tanpa berbasa-basi. Ia membuka pembicaraan dengan langsung bertanya."Tentu saja. Aku sudah mengubur buhul santet itu. Sekarang kita tinggal mengikuti arus," ucap Nindy. Ia tersenyum miring, menandakan kebengisannya."Bagaimana dengan 2 buhul santet yang lainnya? Kau sudah mengurusnya?" kini Nindy yang bertanya."Apa maksudmu? Santet itu sudah bekerja kan? Tentu saja 2 buhul yang lain sudah aku bereskan!" kata Zidan jengkel."Aku hanya ingin memastikan. Baiklah, aku tutup telfonnya," ucap Nindy. Ia langsung memutus panggilan dan berlari ke dalam rumah. Keadaan gelap karena sud
Read more
Lamaran
Seminggu sudah berlalu. Keadaan Gina pun membaik, ia sudah pulih dari santet. Namun, Gina mendapati hal yang aneh. Ia dilarang pergi ke Bandung. Padahal, keluarganya tau bahwa ia masih pegawai kantor meski sudah cuti beberapa minggu.Gina tak diberi tahu alasan mengapa ia tidak boleh bekerja ke Bandung lagi. Bahkan, keluarganya meminta dirinya untuk segera mengundurkan diri dari perusahaan Reyhan. Mereka ingin Gina melepaskan pekerjaannya sebagai sekertaris."Apa alasannya? Kenapa kalian memintaku untuk mengundurkan diri tiba-tiba begini?" tanya Gina pada ayah dan ibunya. Mereka bertiga tengah berbincang-bincang sore di teras rumah.Tentunya, pak Broto dan bu Yati enggan mengatakan alasan yang sebenarnya pada Gina mengapa ia tak boleh lagi berangkat ke Bandung. Bagaimana tidak? Mereka tidak mungkin mengatakan bahwa itu adalah persyaratan Nindy agar Gina terbebas sepenuhnya dari santet. Melarang Gina bekerja
Read more
Fathah
Beberapa menit sudah berlalu sejak kedatangan Fathah dan keluarganya ke kediaman pak Broto. Kendati demikian, seseorang yang dinanti dalam kunjungannya itu tak kunjung muncul. Bu Yati, Satria dan pak Broto mulai agak gelisah karenanya."Saya pamit sebentar ya. Saya akan bawa Gina kemari," ucap bu Yati dengan sedikit canggung. Semua orang di sana pun mengiyakan.Berangkatlah bu Yati menuju kamar Gina yang ada di lantai 2. Dari kejauhan, terdengar percekcokan antara Gina dan Santi. Bu Yati yang mendengar itu pun makin mempercepat langkahnya.Setelah tiba di depan pintu, bu Yati berhenti sejenak. Ia sedang mendengarkan dengan seksama apa yang sedang diperdebatkan kakak dan adik itu. Sedikit samar, namu suara mereka masih bisa terdengar."Ga! Gila apa?! Apa-apaan semua ini?! Aku ga bakalan turun ke bawah. Aku ga mau nikah sama mas Fathah!"Begitulah perkataan yang bu Yati dengar. Ia yakin itu adalah suara Gina. Bu Yati sedikit menghela napas berat kare
Read more
Reyhan
Ketika tiba di kediaman Gina, Reyhan sedikit terkejut karena ada beberapa mobil terparkir di halaman rumah. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri, mencoba menganalisa apa yang mungkin terjadi. Ia memegangi dagunya dan berkata "Apa ada acara? Tapi kemarin Gina tidak mengatakan apapun tentang ini."Reyhan melanjutkan langkahnya kembali. Samar-samar, ia mendengar percakapan beberapa orang. "Aduh, bagaimana ini? Apa aku datang di situasi yang salah?" Reyhan nampak gelisah. Ia memelankan langkahnya supaya bisa mendengar dengan jelas suara-suara percakapan itu. "Aku hanya mendengar obrolan basa-basi. Apa mungkin ini hanya kunjungan teman-teman pak Broto saja ya?" pikir Reyhan. Ia menghentikan langkahnya karena takut mengganggu. Kini posisinya sekitar 5 meter dari pintu.Reyhan sedikit mengintip situasi di dalam. Memang ada banyak orang tang tak ia kenal. Namun, entah kenapa perasaannya tidak enak. Perlahan, ia kembali mengendap-endap mendekati pintu.Sem
Read more
Lelaki Bajingan
"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Tapi—" lagi-lagi perkataan Fathah terpotong."Tapi apa?! Kau tidak paham perasaanku!" Reyhan menyeka air matanya yang mengalir."Kau tau, pernikahan terjadi bukan karena cinta saja. Jika orang tua mu menentang sampai menyantet Gina, tidakkah menurutmu melepas Gina adalah cara aman untuk membuatnya baik-baik saja? Caramu memperjuangkan Gina, itu sungguhan cinta atau hanya keegoisanmu saja?" kata Fathah mencoba memojokkan Reyhan."Lalu apa? Kau akan menikahinya begitu? Kau memang licik!" Reyhan pergi meninggalkan Fathah. Ia pergi membawa amarah yang meledak-ledak di dalam dadanya. Melihat itu pun membuat Fathah menghembuskan napas berat. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kemudian, ia pun memutuskan kembali ke dalam rumah pak Broto."Apa aku memang licik?" Fathah bermonolog seraya berjalan masuk rumah. Di dalam, ia mendapati suasana suram yang mengerikan.Fathah tidak menemukan Gina. Sepertinya, ia telah kembali ke dalam kamar. Fathah mengerti, se
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status