All Chapters of Illegitimate Child: Chapter 21 - Chapter 30
103 Chapters
Bagian 21: Kisah Masa Lalu
"Aduh, sial sekali! Kenapa juga Bu Rukmini malah tidak ada di rumah!" gerutu Amira.Dia terus mondar-mandir di ruang tamu, bahkan berkali-kali hampir menabrak meja. Rencana untuk membicarakan usaha membebaskan Surtini hari itu gagal. Saat mereka ke rumah Rukmini, tidak ada siapa pun di sana. Begitu pula, ketika ditelepon, tidak ada yang menjawab.Setelah menunggu hampir 1 jam, mereka memutuskan pulang. Reina tertidur karena kelelahan. Sementara Aris pergi menemui pengacara untuk mencari celah membebaskan Surtini. Akhirnya, Amira hanya tinggal berdua dengan Rehan di ruang tamu."Apa yang harus kita lakukan?""Ya tenang dulu, Ma. Papa, kan, lagi ketemu pengacara buat nyari jalan keluar," sahut Rehan."Tapi, waktu kita tidak banyak! Kita harus menyelamatkan Surti!" seru Amira dengan mata berapi-api.Rehan mengerutkan kening. Meskipun pemuda itu juga cemas dengan nasib Surtini, sikap ibunya tetap terasa aneh. Surtini tidak kurang sa
Read more
Bagian 22: Kelinci Kecil
 Surtini terjebak dalam dilema. Melawan seseorang tanpa basis beladiri seperti Andre sebenarnya adalah hal mudah. Dia bisa melumpuhkan pemuda itu hanya dengan dua atau tiga kali tendangan. Namun, tentu saja konsekuensinya akan sangat berat, bisa-bisa Surtini dijebloskan ke penjara atau malah langsung dihilangkan dari muka bumi."Apa yang harus kulakukan?" gumam Surtini lirih.Andre menjilat bibir sambil mendekat. Dia mencengkeram tangan Surtini. Wajah bagai serigala kelaparan itu hampir tak berjarak.Surtini mencoba meronta. Andre malah semakin beringas. Seragam pelayan sampai-sampai robek di bagian lengan.Brak!Pintu dibuka dari luar dengan kasar. Surtini seperti menemukan oase di tengah padang pasir saat melihat Eka datang. Harapan untuk selamat dari setan berwujud manusia bukanlah mustahil. Dia yakin sang nona akan menolong.Benar saja, dengan wajah tanpa dosa, Eka menendang bokong Andre dengan kuat. Adik tirinya it
Read more
Bagian 23: Hadiah untuk Surtini
Dua tahun berlalu tanpa terasa. Surtini masih menjadi pelayan di Keluarga Hartono. Meskipun Amira dan Reina terus membujuk untuk berhenti, dia tetap  berkeras ingin bekerja di sana karena sudah terlanjur menyayangi Eka. AKhirnya, Rehan dan Reina menjadi sering berkunjung ke Keluarga Hartono dengan alasan menemui Eka. Jihan dan Clarissa sampai panas dibuatnya. Hari itu, Surtini tidak mengenakan seragam pelayan seperti biasa, tetapi kemeja kasual dan celana jeans. Dia memang akan menemani Eka keluar. Sang nona hendak berbelanja di butik langganan. Dulu, Eka tidak diizinkan keluar rumah karena dikhawatirkan menjadi santapan wartawan. Akhirnya, dia pun dikurung dalam sangkar emas kediaman Keluarga Hartono. Eka bahkan tidak bisa bersekolah normal dan harus menjalani home schooling. Namun, seiring berjalannya waktu orang-orang mulai melupakan isu. Tepatnya, ada aib baru tersebar, sehingga mengalihkan perhatian khalayak. Video syur artis terkenal mengh
Read more
Bagian 24: Detik-detik Terakhir yang Mencekam
Eka mendekap Surtini dengan erat. Tangannya mencengkeram kuat payung yang sudah penyok. Hanya benda itu satu-satunya senjata yang tersisa, meskipun dia tahu tak akan berguna untuk melawan lima preman berbadan kekar."Menyerahlah, Manis. Lebih baik bersenang-senang dengan kami."Seringaian di bibir para preman meremangkan bulu kuduk. Mereka melangkah pelan, seperti dengan sengaja menciptakan ketegangan, seolah-olah singa hendak menerkam rusa. Eka menelan ludah berkali-kali. Suara napasnya sendiri bahkan terasa seperti genderang kematian.Brak!Salah seorang preman tersungkur. Dia menggeram marah, lalu dengan cepat berdiri. Keempat preman lainnya mengalihkan pandangan dengan gusar, mencoba mencari tahu siapa yang tengah menganggu mereka."Heh, Tuan Muda tampan ini rupanya hendak terlihat keren di depan gadis-gadis, benar-benar bodoh!" ejek ketua preman saat menemukan Rehan berdiri tak jauh dari mereka.Tawa meremehkan menggema. Mereka
Read more
Bagian 25: Permohonan Eka
Aroma karbol menusuk hidung, membuat Surtini mengernyitkan kening. Dia membuka mata perlahan, lalu mengerjap beberapa kali. Wajah cantik Eka menyambutnya. Sang nona menatap sendu."Nona ... kenapa Nona sedih? Ada yang menganggu, Nona?""Syukurlah, Surti ... kamu sadar."Jemari halus mengusap rambut Surtini. Senyuman lembut terukir di bibir Eka, terasa hangat bagi sang pelayan kesayangan. Surtini menyentuh sudut mata nonanya yang terlihat sedikit basah sambil menyengir lebar."Surti enggak papa, Non. Kalau sedih begitu, nanti kecantikan Nona berkurang."Eka terkekeh. Dia menyentil ujung hidung Surtini, lalu mencubit pipi gadis pelayan itu dengan gemas. Rehan yang menyaksikan dari sofa mendelik tajam, tetapi gengsi untuk menunjukkan rasa tak suka secara langsung."Meskipun kecantikanku berkurang 50 persen, laki-laki akan tetap bertekuk lutut, kecuali orang yang di sana," celetuk Eka.Dia menunjuk ke arah Sofa. Surtini mengalihkan pandan
Read more
Bagian 26: Serangan Rehan
"Jadi, Tante Jihan menganggap saya bodoh?" Suara bariton yang khas memecah keheningan. Rehan keluar dari kamar mandi. Rambut yang sedikit basah menambah kharismanya. Dia terus melangkah dengan elegan, hingga berdiri di depan Jihan dengan tatapan mengintimidasi. "Tante menganggap saya bodoh?" ulangnya dengan penekanan di kata "bodoh". "N-Nak Re-han ...." Jihan tergagap. Sorot mata yang tadinya buas berubah menjadi keibuan. Senyuman sinis berganti senyuman lembut nan hangat. Eka susah payah menahan tawa melihatnya. "Tante tidak mungkinlah menganggap kamu bodoh." "Tapi, yang saya dengar tadi berbeda. Tante bilang meminta kamar VIP untuk Surtini itu bodoh. Saya yang meminta kamar VIP, bukankah menurut Tante saya bodoh?" Jihan tampak menelan ludah. Wajahnya memucat. Sementara Rehan tampak tidak memberi ampun. Dia terus menatap tajam meminta penjelasan. Surtini terlihat khawatir. Gadis itu tampak serba salah karena menjadi to
Read more
Bagian 27: Rahasia Nona
Surtini bersenandung riang sembari menyirami bunga-bunga lili di rumah kaca. Senyuman tak lepas dari bibirnya. Dia terkekeh saat seekor kupu-kupu hinggap di ujung hidungnya."Hei, si kuning yang imut, terbanglah dari hidungku."Si kupu-kupu enggan beranjak, tampak masih betah di hidung Surtini. Gadis itu pun menggoyangkan kepala. Barulah kupu-kupu berpindah tepat. Surtini kembali menyiram bunga. Senandungnya berganti lagu, tadi lagu daerah kini lagu populer kekinian. Dia begitu asyik hingga tak menyadari Eka telah berdiri di belakangnya."Surti," panggil Eka seraya menepuk bahu pelayannya itu.Surtini terlonjak. Dia refleks berbalik sambil memegang selang penyiram tanaman. Tak ayal Eka kena semprot dan basah kuyup."Ah, maafkan saya, Nona! Apa Nona baik-baik saja? Nona tidak terluka, 'kan?" jerit Surtini panik.Dia melepaskan selang penyiram tanaman, lalu bergegas mengambil handuk yang terlipat rapi di loker rumah kaca. Surtini
Read more
Bagian 28: Demit Ganteng
 "Surti ...." Panggilan lembut membuat Surtini tersentak. Dia langsung mengedarkan pandangan. Senyuman manis pemuda yang selalu muncul di mimpi menyambutnya. Surtini refleks melompat ke belakang, lalu memasang kuda-kuda. Matanya melotot, mencoba mengintimidasi si pemuda. "Sebenarnya, kamu siapa? Kenapa kamu selalu muncul di mimpiku? Jangan-jangan kamu demit, ya? Genderuwo pohon asem yang mau ngambil aku jadi istri!" cerocos Surtini hampir tanpa jeda. Akibatnya, dia tersengal-sengal. Sementara pemuda tampan itu tidak terlihat takut sama sekali, malah tergelak sampai ke luar air matanya. Surtini menjadi semakin dongkol. "Beneran demit, 'kan? Awas kamu! Aku enggak takut!" "Ya ampun, Surti. Ini aku, Eka." Surtini ternganga. Matanya membulat lebar persis pemeran hantu di film horor. Dia menggeleng kuat berkali-kali. "Tidak! Tid
Read more
Bagian 29: Bu Mirna dan Luka-luka Hatinya
"Terima kasih–" Surtini terbelalak "B-Bu Mirna? Maafkan saya malah di sini saat jam kerja! Saya sudah lalai! Maafkan saya, Bu!"Surtini membungkukkan badan berkali-kali. Mirna hanya membisu. Suasana menjadi semakin tegang. Keringat dingin membasahi punggung Surtini.Setelah 10 menit, membuat bawahannya jantungan, Mirna menghela napas berat. Dia memberi isyarat agar Surtini tetap duduk seperti sebelumnya. Gadis itu menurut sembari melirik takut-takut.Mirna ikut duduk di samping Surtini. Dia bahkan ikut mencelupkan kaki ke danau. Namun, mereka kembali terjebak hening. Mirna seperti ingin menyampaikan sesuatu yang berat. Surtini hanya bisa menunggu dengan sabar sembari memilin-milin ujung seragamnya."Aku sudah dengar dari Non Eka. Akhirnya, kamu tau yang sebenarnya," gumam Mirna memecahkan keheningan.Surtini menunduk dalam. Tangannya semakin sibuk memilin-milin ujung seragam. Dia hampir saja melompat ke danau ketika Mirna menepuk bahunya lagi
Read more
Bagian 30: Kekakuan di antara Kita
Surtini menuangkan teh ke cangkir di hadapan Eka. Beberapa camilan juga ditata di meja. Sementara Eka membolak-balik lembaran buku. Ruangan sangat hening persis saat mereka pertama kali bertemu, padahal biasanya Surtini akan berceloteh apa saja."Silakan diminum, Non," ucap Surtini kaku.Setelah mendengar nasihat Mirna, selama 3 hari ini, dia berusaha bersikap seformal mungkin. Eka melirik kesal. Dia menutup buku dengan kasar, lalu menyesap teh sembari mendelik tajam."Duduklah!" perintahnya.Surtini menggeleng cepat, meskipun hatinya rindu hendak bercengkerama dengan Eka seperti dulu."Tidak, Nona, seperti kemarin, saya akan tunggu di luar."Surtini membungkukkan badan, memberi hormat, lalu melangkah keluar dengan cepat. Namun, hari itu usahanya menghindar tak mudah. Sebelum berhasil mencapai pintu, Eka sudah menarik pergelangan tangannya. "Nona, ada apa? Ada lagi tugas untuk saya?"Eka mendengkus. Dia terus mendesak Sur
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status