All Chapters of Illegitimate Child: Chapter 51 - Chapter 60
103 Chapters
Bagian 51: Rencana Jahat
"Penelitian kamu menunjukkan variabel harga memiliki hasil yang paling bermakna. Menurut kamu, faktor apa yang menyebabkan hal ini? Apakah hasil ini benar-benar relevan?" tanya dosen penguji.Surtini mencengkeram ujung jas hitam yang dikenakan untuk mengurangi rasa grogi. Dia memang tengah menjalani sidang skripsi. Penelitiannya tentang analisis penjualan produk garmen merek tertentu dengan berbagai variabel mendapat banyak pertanyaan dari dosen penguji. Meskipun semalam sudah dibuat simulasi sidang oleh Eka, rasa gugup tetap menganggu konsentrasi gadis itu.Dosen pembimbing melirik Surtini. Sorot mata beliau seolah mengatakan “kamu bisa”, membuat Surtini mendapatkan suntikan semangat. Dia mengatur napas sejenak, lalu berbicara setelah degup jantung sedikit lebih tenang.“Hasil ini relevan dengan keadaan sekarang, Pak. Harga memang menjadi faktor yang sangat memengaruhi daya beli masyarakat untuk saat ini.”Surtini membuka salah sa
Read more
Bagian 52: Disekap
Langit muram, lalu perlahan mulai menitikkan air matanya, diawali gerimis dan berakhir dengan hujan lebat. Surtini dan Hastuti tergeletak di lantai gudang tua. Tangan dan kaki mereka terikat kuat dengan tali tambang. Hawa dingin lantai semen meremangkan bulu kuduk. Desau hujan membentur seng atap terdengar nyaring. Perlahan, kesadaran Surtini mulai kembali. Dia mencoba duduk dengan susah payah dan berhasil tepat ketika hujan berhenti. Surtini mencoba melihat sekeliling sambil meringis. Kepalanya agak pening. Sementara tubuh terasa nyeri di beberapa bagian karena memar. Mungkin anak buah Clarissa melemparkan gadis itu dengan kasar ke lantai semen, sehingga menyebabkan cedera. Surtini tersentak saat melihat di dekat kakinya ada Hastuti yang meringkuk seperti bayi. Dia pun mencoba memanggil, "Mbak! Mbak Tuti!" Sayangnya, Hastuti tak menyahut. Gadis itu masih pingsan. Surtini hendak lebih mendekat sang kakak, tetapi ternyata sulit berg
Read more
Bagian 53: Kabur
 Hastuti mengendap-endap untuk menghindari para penjaga. Tanah yang masih basah usai hujan sedikit menyusahkannya. Sementara itu, ada dua orang pria berpakaian serba hitam tengah duduk tak jauh dari tempatnya bersembunyi. Mereka tampak merokok sambil bermain catur. "Aduh, bagaimana caranya melewati mereka?" keluh Hastuti. "Kalau tertahan di sini, bagaimana aku bisa meminta bantuan? Apa Surtini baik-baik saja di dalam?" Sudah hampir 1 jam dia mengintai. Namun, para penjaga tampak tak berniat untuk beranjak dari sana. Mereka justru terlihat semakin asyik bermain catur. Hastuti bahkan harus menguatkan hati karena saat bersandar di tembok gudang sempat terdengar tawa beberapa orang laki-laki, lalu bunyi-bunyi keras.
Read more
Bagian 54: Galau
“Aduh, Non ketahuan!” bisik Surtini panik.Dia hendak berniat menutupi bagian dada Eka. Namun, tindakannya malah terlihat seperti berbuat mesum. Eka terkekeh, lalu mendekatkan bibir ke telinga Surtini.“Apa kamu tidak tahu kalau menyentuh dada seorang pria itu sangat berbahaya? Bagaimana kalau aku khilaf dan menerkammu?” bisiknya nakal.Wajah Surtini seketika memerah. Dia mencoba menutupinya dengan telapak tangan. Eka tergelak melihat tingkah menggemaskan si gadis pelayan. Sementara itu, Rehan perlahan mendekat dengan linglung.“Surtini juga tahu, kamu laki-laki?” tanyanya dengan raut wajah masih tampak syok.“Iya, Rehan. Maaf kami harus membohongimu selama ini karena seperti yang kamu tahu, nyawaku selalu terancam akibat ulah Nyonya Jihan. Padahal, aku dalam penyamaran sebagai anak perempuan. Apa jadinya jika dia tahu aku laki-laki?” jelas Eka.Dia terkekeh.“Kau bisa bayangkan be
Read more
Bagian 55: Latihan Keras, Rehan!
“Ih, Kak Rehan! Sakit tau!"Suara melengking yang tidak asing membuat Rehan membuka mata. Tak ada lagi Surtini dan Eka yang tengah bermesraan. Pandangannya justru menangkap wajah kesal Reina.  Sang adik melotot sambil mengelus-elus dahi benjol."Reina? Kenapa kamu ada di sini? Mana Surti dan Eka tadi?" cerocos Rehan dengan wajah linglung."Apaan, sih, Kak? Mana mungkinlah Kakak Peri sama Kak Eka ada di sini! Ngapain coba mereka ke kamar Kakak," gerutu Reina.Dia mengerutkan kening melihat Rehan yang tengah melongo. Kakaknya itu tiba-tiba mengedarkan pandangan ke sekeliling, lalu bengong lagi dalam waktu lama. Reina sudah tak tahan dan langsung memukul lengan Rehan dengan cukup kencang."Aduh! Sakit, Reina!"Rehan mendelik tajam. Biasanya, orang lain akan langsung mengkerut jika ditatapnya seperti itu. Namun, Reina jelas sudah kebal dengan pelototan sang kakak. Dia malah melirik sinis."Makanya jangan bengong, entar kesambet
Read more
Bagian 56: Cinta
"Hatsui!!" Surtini mengusap-usap ujung hidungnya. Akibat bergadang mengerjakan tahap akhir skripsinya, dia terkena gejala flu. Dia sampai harus mengenakan masker ke kampus. Eka tiba-tiba melepas jaket dan memasangkannya kepada Surtini. Tentu saja, si gadis pelayan tersentak, lalu merona. Dia tampak rikuh dan gelagapan. "Eh, kok dipakaikan ke Surti, Non? Entar Non masuk angin lagi," protesnya. "Yang lagi masuk angin itu, kan, kamu." Eka mendekatkan bibir dan berbisik, "Tubuh laki-laki juga lebih kuat." Pipi Surtini kembali merona. Dia berusaha menepis segala harapan yang tumbuh di hati. Setelah insiden penculikan, Eka tidak lagi menyembunyikan tingkah manisnya di depan orang-orang, mungkin karena Clarissa sudah terlanjur tahu.  Sebagai gantinya, pemuda itu menjaga Surtini dengan lebih intens. Perhatian-perhatian Eka semakin menyemaikan benih cinta di hati Surtini. Namun, peringatan Mirna selalu terngia
Read more
Bagian 57: Kecurigaan Hastuti
Surtini tampak mempersilakan Rehan dan Eka duduk, lalu permisi ke dapur untuk membuatkan minuman. Hastuti menggeleng semakin cepat. Senyuman malu-malu, yang ditunjukkan sang adik tadi mengejutkannya.  Seandainya, sorot mata penuh perhatian itu ditujukan kepada Rehan maka wajar saja. Namun, Surtini malah terlihat tersipu saat menatap Eka."Tidak mungkin ada yang aneh. Ini pasti karena dulu aku selalu mengacuhkan Surti. Dia jadi lengket sama Eka. Mana mungkin dia suka sesama perempuan, 'kan? Iya, iya, Eka hanya menggantikan peranku sebagai kakak."  Perang batin terus berkecamuk. Akhirnya, Hastuti mengangguk-angguk sendiri demi menyingkirkan pikiran negatif. Dia pun cepat menyungging senyuman canggung."Lho, Dek Rehan sudah jemput aja, kuenya baru selesai dibikin. Kami juga belum pada siap-siap," sapa Hastuti. Dia ikut duduk di sofa ruang tamu. "Dek Eka juga mau berpartisipasi, ya?" "Mama sudah ngomel-ngomel menyuruh jemput," sahut
Read more
Bagian 58: Kencan
"Filmnya tadi seru, ya, Non! Kayak canggih-canggih gitu! Coba kalo beneran ada!" komentar Surtini saat keluar dari bioskop.  Dia memang baru saja selesai menonton film bergenre sainfiksi bersama Eka. Mereka melakukannya untuk melepas penat usai berjibaku dengan skripsi. Tadi pagi, seluruh persyaratan sudah dikumpulkan, sehingga tinggal menunggu wisuda saja. “Non Eka, kok diem aja? Non enggak suka, ya, film pilihan Surti? Kayaknya, tadi Non ngeliatin poster film yang lain,” cerocos Surtini hampir tanpa jeda. Dia tampak merasa bersalah. Eka tersenyum nakal. “Bukan begitu, aku hanya terlalu terpesona dengan wajah imutmu,” godanya. “Ih, Nona!” gerutu Surtini, membuat Eka tergelak. Sebenarnya, tebakan Surtini benar. Eka ingin memesan tiket film romantis. Pemuda itu pernah membaca buku tentang momen manis yang bisa dihadirkan dari tontonan penuh romansa. Namun, mata Surtini tampak berbinar-binar saat melihat poster film sainfiksi, membuat Eka t
Read more
Bagian 59: Pengakuan
Rasa syukur terucap berulang kali. Ya, Surtini melihat selembar kain butut berdebu terjepit di bawah sofa tua. Surtini semakin gembira saat melihat bekas kaleng cat berisi air sekitar tujuh langkah dari tempatnya duduk. Mungkin ada bagian atap gudang yang bocor, sehingga air hujan tertampung di situ.Sambil masih terus memeluk Eka, Surtini bergeser sedikit demi sedikit. Meskipun sedikit kesusahan, akhirnya dia berhasil meraih kain. Surtini menariknya dengan kuat. Beruntung, kain hanya sobek di bagian ujung. Gadis itu kembali mengesot menuju kaleng cat.“Semoga ini bisa melindungi Non Eka,” gumamnya sambil mencelupkan kain ke kaleng cat.Selanjutnya, Surtini menyelimuti tubuh Eka dengan kain basah. Dia bermaksud menerobos pintu sambil memapah sang “nona”. Namun, baru saja akan berdiri, tangannya digenggam erat oleh Eka. Pemuda itu mendelik tajam.“Apa yang coba kau lakukan, Surti?” Nada suara Eka kembali normal, tidak la
Read more
Bagian 60: Kejutan dari Eka
"Aduh, Mbak, kenapa harus dandan segala, sih? Bulu mata palsu ini bikin mata Surti jadi berat enggak bisa dibuka," gerutu Surtini.Dia mengerucutkan bibir yang tengah dipoles dengan lipstik oleh MUA. Hastuti mencubit lengan sang adik dan mendelik tajam. Ocehan Surtini memang hampir membuat kuas lipstik si penata rias menyapu pipi.Ya, hari wisuda sudah tiba. Oleh karena Rukmini dan Hastuti akan menghadiri acara pentingnya, Surtini tidak tidur di apartemen Eka. Mereka semua menginap di hotel tak jauh dari lokasi wisuda. Hastuti sedikit memaksa adiknya agar mau didandani. Meskipun awalnya menolak, Surtini menyerah juga.Akhirnya, sejak subuh, MUA yang dipesan sudah tiba di kamar hotel. Gadis berkulit hitam manis itu berjibaku untuk memoles wajah manis Surtini agar tampak semakin memesona. Untunglah, dia adalah sosok yang penyabar, sehingga tidak terganggu dengan gerutuan klien sepanjang proses make up."Sudah selesai, Mbak," celetuk si penata
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status