Lahat ng Kabanata ng Kisah Gadis Yang Tersakiti: Kabanata 51 - Kabanata 60
97 Kabanata
Edward Tak Peduli
Gadis itu lalu mengatur bantal-bantal di atas tempat tidur. Lalu dia duduk bersandar dan menyalakan televisi. Dipilihnya serial komedi situasi untuk menyegarkan pikirannya. Walaupun dirinya tidak terlalu fasih berbicara dalam bahasa Inggris, namun kemampuan pendengarannya dalam memahami percakapan bahasa internasional tersebut bisa dibilang cukup baik. Kebetulan serial komedi yang disaksikannya itu dimainkan oleh aktor dan aktris Inggris yang cukup punya nama di Indonesia. Rosemary menikmati akting apik mereka. Ia beberapa kali tertawa lepas akibat kelucuan adegan dan dialog yang ditampilkan. Meskipun aksen British para artis tersebut kental sekali, namun gadis itu masih dapat memahami makna yang terkandung dalam serial itu. Untuk sementara waktu pikiran Rosemary teralihkan dari kekecewaannya terhadap Edward. Hingga akhirnya ada adegan seorang pemain muntah-muntah di pagi hari akibat hamil muda. Gadis itu tersentak. Tiba-tiba ia menyadari se
Magbasa pa
Positif Hamil
Teman sekamarnya mengangguk. “Bu Teresa mestinya ikut. Tapi tiba-tiba dibatalkan karena mamanya sakit,” jawabnya menjelaskan. “Beliau cuma tinggal berdua bersama mamanya, Ren. Ditemani beberapa orang pembantu rumah tangga. Jadi kalau ada apa-apa dengan mamanya, Bu Teresalah yang bertanggung jawab sepenuhnya.” “Oh, gitu. Big boss-mu itu belum menikah ya, Rose?” “Dengar-dengar sih, udah pernah nikah. Tapi terus bercerai. Dan nggak ada anak. Sejak itu dia fokus membesarkan bisnisnya. Sampai akhirnya bisa membangun kantor sendiri….” “Dan sekarang menjadi yang terbesar di area Indonesia Timur!” Rosemary mengangguk mengiyakan. “Bu Teresa memang hebat sekali orangnya. Bermental baja. Pantang menyerah menghadapi apapun juga,” pujinya berapi-api. Gadis itu mudah merasa kagum dengan wanita-wanita yang berprestasi tinggi di bidangnya
Magbasa pa
Kekasih Tercinta Kembali
Rosemary sedang mengurus klaim nasabah di rumah sakit ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dilihatnya nama Edward tertera pada layar alat telekomunikasinya itu. Sudah tiga hari kamu kembali ke Surabaya, Bang, batinnya kecewa. Tapi baru sekarang kamu menghubungiku. Berarti total sudah tiga minggu kita tak saling kontak semenjak pergi ke London. Hubungan macam apa ini? Aku capek, Bang. Capek sekali! Dengan enggan diterimanya telepon dari kekasihnya itu. “Halo,” jawabnya acuh tak acuh. “Halo, Say,” jawab suara di seberang sana ceria sekali. “Kamu sekarang berada di mana? Kangen sekali aku.” Gombal! gerutu si gadis dalam hati. Kangen kok, baru nelepon sekarang. Pas udah asyik indehoi sama Inge. Terus pulang ke rumah beberapa hari nemuin istri. Jangan-jangan pas keliling Inggris dan Perancis dua minggu itu kamu juga ada main sama cewek lain! “
Magbasa pa
Terbongkar
“Kamu kenapa marah-marah begini? Nggak enak badankah?” tanya laki-laki itu dengan suara selembut mungkin. “Aku hamil!” tukas Rosemary ketus. “Hah?!” Mendengar reaksi spontan kekasihnya, gadis itu langsung bangkit berdiri dari pangkuan Edward. Dia pindah duduk di sebelah pria itu dan mulai mengoceh, “Aku hamil sejak kita berada di London, Bang. Waktu itu tubuhku tiba-tiba meriang, mual, dan muntah-muntah. Sampai beberapa acara di sana tidak bisa kuikuti. Kamu tentu saja nggak memperhatikan karena terlalu asyik dengan pacar barumu!” Kalimat terakhir Rosemary yang begitu menyudutkan dirinya membuat Edward terperangah. “Apa katamu tadi, Rose? Kenapa kamu tega menuduhku seperti itu? Kamu kan tahu aku ini orangnya seperti apa. Nggak mungkin aku tega mengkhianatimu,” kata pria itu berdalih. Namun dalam hati dia penasaran bagaim
Magbasa pa
Penyesalan
“Dasar nggak tahu malu. Berani-beraninya kamu mengarahkan tangan padaku! Memangnya kamu ini siapa? Cuma gadis bodoh yang hidup dalam bayangan cinta buta. Sadarlah, Rosemary Laurens. Sadar! Kamu ini tinggal di kota besar dimana banyak sekali orang-orang jahat yang suka memanfaatkan orang lain! Aku memang bukan orang baik-baik. Tapi setidaknya kamu masih kupelihara dengan layak dan bahkan kuberi keahlian untuk mencari nafkah!” Setelah mengucapkan kata-kata kejam itu, Edward langsung pergi meninggalkan apartemen. Rosemary menangis tersedu-sedu. Dunianya hancur seketika. Selama ini dia ternyata hidup dalam kebohongan. Edward rupanya telah merencanakan segalanya dari awal. Memanfaatkan keluguannya, mengambil kesempatan saat kondisinya tengah terpuruk, berpura-pura menjadi orang yang baik hingga membuat Rosemary memujanya setengah mati…. “Papa…, Owen…,” jerit gadis itu dengan hati terluka. “Aku su
Magbasa pa
Pertengkaran
“Kamu egois sekali, Bang! Lalu bagaimana denganku? Aku sudah kehilangan kehormatanku, kepercayaanku terhadap laki-laki. Bagaimana mungkin kamu tega memintaku menggugurkan darah dagingku sendiri? Kalau kamu memang nggak mau bertanggung jawab, ya sudah! Aku nggak akan memaksamu. Biar aku sendiri yang mengasuh anak ini.” “Jangan bodoh, Rosemary Laurens!” sergah Edward berang. “Kamu pikir menjadi seorang single parent itu mudah? Lalu bagaimana kamu menjelaskan pada orang-orang mengenai perutmu yang semakin membesar nanti. Terutama pada keluargamu di Balikpapan. Ingat, Rosemary. Kamu datang kembali ke kota ini untuk mencari nafkah demi kesejahteraan keluargamu. Coba bayangkan, bagaimana perasaan Tante Martha kalau tahu kamu di sini justru menjadi kekasih simpananku? Tegakah kamu mengecewakan hati mamamu yang malang itu? Sudah dikhianati mendiang suaminya yang berselingkuh dengan perempuan lain. Eh, ternyata putri kandungnya sendiri sekar
Magbasa pa
Aborsi
“Terima kasih, Ma. Jaga diri baik-baik juga, ya. Akhir tahun ini Rose akan pulang ke Balikpapan untuk merayakan Natal dan Tahun Baru.” “Mama senang mendengarnya, Nak. Sekarang kamu beristirahat, ya. Selamat malam.” “Selamat malam, Ma.” Setelah mengakhiri pembicaraan di telepon dengan ibunda tercinta, Rosemary berpaling pada Edward yang sejak tadi diam memperhatikannya. Dengan menguatkan hatinya, gadis malang itu berkata tegas, “Aku berubah pikiran. Carikan dokter yang kompeten dalam menjalankan aborsi. Ingat, jangan sampai suatu saat nanti terjadi efek samping dalam rahimku. Aku bisa menuntutmu bersama-sama dengan dokter itu ke pengadilan!” Edward tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya aku lolos juga kali ini, batinnya penuh sukacita. Belajarlah dari pengalaman ini, Edward Fandi. Jangan sampai terjadi lagi seorang perempuan hamil akib
Magbasa pa
Karir Baru Edward
Edward diam seribu bahasa mendengar penuturan si dokter. Terselip perasaan bersalah yang teramat mendalam pada sanubarinya. Maafkan aku, Rosemary, sesalnya dalam hati. Tak pernah sedikitpun terpikir dalam benakku untuk membuatmu menderita seperti ini. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang punya kelemahan. Dan keinginan untuk memiliki dirmu selama beberapa waktu adalah salah satu bentuk kelemahanku. Menyaksikan kawannya diam saja tak bereaksi, si dokter melanjutkan ucapannya, “Waktu itu aku cuma tersenyum dan berkata…Berdoalah Nona Rosemary. Mintalah hikmat pada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Maka hal itu akan diberikanNya pada Nona….” Sementara itu Rosemary yang masih tertidur di dalam ruang operasi bermimpi. Dia seolah-olah melihat seorang malaikat kecil bersayap dan berjubah putih terbang tinggi meninggalkan dirinya yang berlinang air mata…. *** S
Magbasa pa
Muak
Nada suara ketus Rosemary membuat Edward terperangah. Sama sekali tak diduganya gadis itu akan mengambil keputusan yang tidak rasional seperti itu. Agen lain tak mungkin menolak rezeki yang ditawarkan olehnya barusan. Bayangkan, manajer senior sekelas Edward Fandi akan melimpahkan seluruh database nasabah yang diperolehnya selama hampir dua belas tahun secara cuma-cuma! Komisi dan bonus yang menyertainya pastilah berlipat ganda dari penghasilan Rosemary Laurens saat ini. Namun rupanya hal itu sama sekali tak menarik hati gadis itu. Dasar Gadis Bau Kencur. Harga dirimu tinggi sekali! kecam Edward dalam hati. Sok-sokan menolak durian runtuh yang jatuh tepat di hadapanmu. Akan kulihat nanti sejauh mana kamu bisa berhasil di bisnis asuransi tanpa bantuanku lagi, Sayang…. “Kalau nggak salah, apartemen ini tempo hari kamu perpanjang sewanya lagi, kan?” tanya gadis itu tenang namun tak menatap Edward sama sekali. Pandang
Magbasa pa
Setelah Ditinggalkan
“Sori, Rose. Aku mengerti ini berat sekali buatmu…,” ujarnya bersimpati. Sorot matanya tampak prihatin. Lawan bicaranya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Lebih baik begini,” tukasnya. “Segala sesuatu yang diawali dengan niat yang tidak baik, maka buahnya pasti tidak baik juga.” Damian mengernyitkan dahinya. Apa yang terjadi pada Rosemary? Kukira dia akan sedih dengan kepergian kekasihnya. Ternyata malah acuh tak acuh. Apakah mereka sudah putus hubungan sebagai kekasih? batin pemuda itu bertanya-tanya. “Bu Teresa sportif sekali orangnya, Dam,” puji gadis itu tulus. “Sama sekali tidak merasa sakit hati anak buahnya pindah berkarir ke kantor kompetitor. Bahkan beliau mendukung dan mendoakan kemajuan karir manajerku ke depannya. Jarang sekali ada pemimpin yang berjiwa besar seperti itu.” Sahabatnya mengangguk mengiyakan. “Big
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status