Semua Bab Bukan Cinderella: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Perubahan
Cindy berdiri, ia melangkah menghampiri Brian. "Bukankah aku sudah memintamu, untuk membujuk ibumu agar tidak menyakiti ayahku?" ucapnya. "Ya, aku sudah melakukannya." "Tapi kenapa ibumu masih menyakiti ayahku?" "Aku sudah membujuknya. Tentang dia melakukan atau tidak, itu adalah keputusannya. Sekarang aku akan menagih ucapanmu tadi siang," ucap Brian. Ia membelai wajah Cindy, namun dengan cepat Cindy menampiknya. Brian mengerutkan dahinya dengan mata yang menyipit. "Apa itu arti dari penolakan?" ucap Brian.Cindy menatap berani ke arah Brian. "Ya. Aku tidak mau lagi melayanimu. Selama ini aku melakukan semuanya karena terpaksa dan demi ayahku. Tapi s
Baca selengkapnya
Carikan Ayahku
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" ucap Cindy. "Maaf Nona," jawab Haris. Ia sedikit membungkukkan badannya, lalu melangkah hendak menuju keruang kerja. "Tunggu," ucap Cindy membuat Haris menghentikan langkahnya. "Surat kabar itu mau dibawa kemana?" "Keruang kerja Nyonya besar, Nona." "Bisakah aku melihatnya?" Haris terdiam, perasaan yang bercampur membuatnya mematung, ada rasa bingung dengan perilaku Cindy yang berubah sebegitu cepatnya, dan bingung dengan permintaannya. Memang hanya sebuah surat kabar, tapi itu hal yang tidak biasa jika ia meletakkannya, bukan di tempat kerja Margaretha seperti biasanya. 
Baca selengkapnya
Mulai Berani
"Aku rasa dia mulai memiliki keberanian," ucap Margaretha sambil menatap pintu ruang kerja yang sudah tertutup. Saat Cindy keluar dari ruang kerja, dalam waktu yang sama, Brian pun tengah menuruni anak tangga. Brian menatap kearah Cindy penuh keterkejutan. "Kamu terlihat berbeda pagi ini?" ucap Brian.Cindy menghentikan langkah kakinya, ia menatap kearah Brian yang masih berdiri di tangga menatapnya. "Benarkah?" ucap Cindy balik bertanya. Brian melanjutkan langkahnya, lalu ia menghampiri Cindy. Matanya menatap Cindy dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. "Kamu terlihat cantik dan menggoda pagi ini," ucap Brian sambil mengelus dagu Cindy. "Bukankah aku memang selalu terlihat cantik," ucap Cindy sambil menyingk
Baca selengkapnya
Ponsel Baru
"Jalan-jalan menghilangkan bosan," jawab Cindy. "Hanya itu?" "Tidak." "Lalu?" "Aku ingin kamu membelikan sebuah ponsel baru untukku." Brian menyipitkan matanya. Cindy mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Brian. "Lihatlah. Apa pantas, seorang istri Brian Adam yang terkenal dengan kekayaannya, hanya memiliki ponsel butut seperti ini?" "Jangan jadikan itu sebagai alasan. Katakan saja apa sebenarnya maumu." "Mauku hanya keluar mencari sedikit kesenangan dan sebuah ponsel baru, yang bisa aku pakai untuk menghilangkan bosan saat ada di rumah ini. Cukup jelas bukan?" 
Baca selengkapnya
Sebuah Taman
Brag! Brian menutup pintu mobil secara keras, membuat Cindy kaget. Akhirnya Cindy pun ikut turun dari mobil untuk melihat apa yang terjadi sambil bergumam. "Dasar aneh, di tanya bukannya jawab malah emosi." Cindy menghampiri Brian yang tengah kesal sambil menendang roda mobilnya yang ternyata bocor. "Untuk apa kamu ikut turun?" tanya Brian jutek. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi." "Sekarang kamu sudah tahu, apa kamu akan membantu?" "Aku bukan tukang ban bocor." "Terus untuk apa kamu ikut keluar?" Cindy menatap Brian. "Karena saat aku
Baca selengkapnya
Hukuman Lagi
Brian membawa mobilnya dengan laju yang membuat Cindy ketakutan. "Bisakah kamu pelankan mobilnya?" ucap Cindy yang mulai mengeluarkan keringat dingin. "Kita bisa mati," ucapnya kembali. Brian tidak mempedulikan ucapan Cindy, dan terus mengemudi dengan cepat menantang bahaya. Tin tin tin Brian membunyikan klakson mobil saat gerbang terbuka dengan pelan. Para pengawal segera membuka dengan cepat, belum sempat pintu Gery terbuka sepenuhnya, Brian langsung menggerakkan mobilnya hingga hampir menyerempet salah satu penjaga. "Apa kamu tidak bisa berhati-hati? Kamu hampir saja membunuhnya," ucap Cindy. Brian masih tidak memperdulikan ucapan Cindy. Setelah mobil berhenti, Brian segera turun. 
Baca selengkapnya
Mie Instan
Cindy berusaha mencari di saku celananya dan di paper bag. "Tidak ada?" Cindy berfikir sejenak, ia mencoba mengingat dimana terakhir kalinya ia melihat ponsel lamanya. "Aku rasa ponselku ada di saku celana sejak dari taman, dan aku tidak mengeluarkannya. Bagaimana bisa tidak ada? apa mungkin terjatuh di mobil monster itu?" gumamnya. Cindy menatap ponsel barunya. "Bahkan aku tidak tau bagaimana cara menggunakan ponsel baru ini. Huft." Cindy mendengus kesal. Ponsel lamanya memang lebih mudah digunakan, karena hanya memiliki fitur untuk telepon dan sms saja, sedangkan camera pun tidak sejernih ponsel barunya. Tentu saja dia bisa memiliki ponsel pun, karena ayahnya yang masih peduli. "Bagaimana caranya aku mencari informasi dengan ponsel ini. Cindy, kenapa kamu sebodoh ini? seharusnya kamu bisa lebih cerdas sedikit," Cindy menyalahkan di
Baca selengkapnya
Marsya..?
Atik masih terdiam dalam kebingungannya. Sebenarnya, hatinya ada rasa ingin bercerita pada Cindy, tentang Marsya dan tentang pernikahannya yang hanya untuk menutupi aib buruk keluarga ini. Tapi hatinya juga memiliki rasa takut, jika apa yang akan dia lakukan justru menaruhnya dalam bahaya. "Aku tidak akan memaksa jika Bu Atik tidak berkenan untuk bercerita." "Maafkan saya Nona Cindy." "Tidak masalah, akupun mengerti alasannya," Cindy tersenyum kearah Atik. Ia lalu berdiri dari duduknya. "Nona Cindy, apa tuan Brian menyakiti Anda lagi?" tanya Atik dengan mata yang mengarah ke lengan Cindy, dimana ada bekas luka yang terlihat sangat jelas. "Ya. Dan mungkin la
Baca selengkapnya
Mengajari
"Apa yang sedang Anda lakukan Nona?" Suara Rini membuatnya Cindy menoleh ke arahnya. Rini membawa baju bersih untuk di bawa ke lantai atas, ia menatap Cindy yang berdiri di tengah jalan. "Jika Anda tidak tau tujuan anda, tolong biarkan saya lewat," ucap Rini kembali. Cindy melihat Rini terlalu berani, dan sedikitpun tidak menghargainya. Cara bicara Rini terdengar sinis, dan terkadang ia meremehkan Cindy. Memang Cindy hanya istri Brian, yang posisinya hanya sementara. Tapi bukan berarti dia bisa bertindak tidak sopan pada Cindy. Cindy menghadap kearah Rini, ia melipat kedua tangannya sambil menatap pelayan di hadapannya. "Jika kamu mau ke atas silahkan. Aku rasa jalan ini cukup luas untuk kamu lalui," ucap Cindy. Rini hanya menyunggingkan senyumannya, lalu melangkah hendak me
Baca selengkapnya
Paksaan Ibu
Margaretha mendengus kesal. "Marsya mengundur kepulangannya." Brian pun seketika terkejut saat mendengar jawaban ibunya. "Kenapa." "Entahlah. Kalau begini caranya, kita yang akan kerepotan," ucap Margaretha. Ia duduk sambil bersandar dan melipat kedua tangannya. Brian menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan ibunya. "Kenapa mamah harus secemas itu, jika hanya karena dia mengundurkan kepulangannya?" Margaretha menatap Brian. "Apa mamah tidak salah dengar, kami bertanya tentang hal itu?" "Lalu apa yang harus kita lakukan? memaksanya untuk segera pulang? itu tidak mungkin kan?" Margaretha terdiam, karena memang benar apa yang dikatakan Brian. "Sudahlah mah,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status