All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 11 - Chapter 20
318 Chapters
Perdebatan Tak Berujung
“Kenapa kau mengajakku bertemu. Apa Sean tahu?” tanya Rose begitu dia menghampiri pria yang tiba – tiba menghubunginya. “Tidak. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan tentang Sean.” Pria itu menatap Rose tajam. Bibirnya melengkung membayangkan bagaimana akspresi terluka wanita di depannya saat tahu kenyataan yang akan dia kuak.“Apa?”“Sean dan aku menjalin hubungan yang dalam. Dia milikku dan aku miliknya.”Theo orang di balik pertemuannya bersama Rose. Ini hanya rencana awal. Theo ingin memastikan bagaimana reaksi Rose saat dia membongkar hubungan gelapnya bersama Sean.Tapi wanita itu malah tertawa terbahak dengan fakta yang dia beberkan. Apa Theo terlihat sedang bercanda? Tidak. Theo sendiri begitu yakin wajahnya sudah seperti kanebo kering, kaku.“Kau ini! Astaga. Aku tahu beban hidup terasa berat, tapi kalau mau bercanda jangan seperti ini. Kau membuat perutku sakit.” Sebisa mungkin Rose menahan gelak tawa yang masih terdengar. Theo benar – benar konyol! Pikirny
Read more
Kucing dan Tikus
“Tinggalkan Sean, maka aku akan pergi dari sini!”Theo kembali bicara pada Rose begitu temannya pergi meninggalkan mereka.Benar – benar tidak tahu diri! pikir Rose mulai tersurut emosi.“Kau yang harusnya meninggalkan Sean. Dia calon suamiku, sudah melamarku. Tahun depan kami akan menikah!”Bagai disiram air kotoran, perasaan Theo mendadak hancur mendengar jawaban Rose. Sean tidak mengatakan bahwa pria itu sudah melamar Rose dan akan menikahinya. Apa yang ada di otak Sean sebenarnya? Untuk apa dia menjerumuskan Theo ke dalam dosa jika akhirnya pria itu memilih wanita lain daripada dirinya?“Sekarang pergi dari hadapanku!” pekik Rose melihat Theo hanya diam meresapi nasib.Sesaat Theo mengerjap. Lantas kepalanya menggeleng cepat tak ingin menyerah. Baru dilamar, belum sampai ke pelaminan. Theo masih bisa memisahkan keduanya, bahkan ketika sudah menikah.“Kau pelacur. Jangan harap Sean akan menikahimu. Kalian bagai langit dan bumi, tidak akan pernah bersatu.”Theo mulai tak sabar, hing
Read more
Ketahuan
“Aku mencintaimu, T. Melamar dan menikahi Rose nanti hanya semata – mata status menutupi aibuku. Kita akan tetap bersama meskipun aku sudah menikah.”Baru selangkah berada di dalam apartement, Rose harus disuguhi suara lantang dari Sean yang membuat perasaannya terbengkalai. Hati yang tadinya masih berupa bongkahan, seketika remuk redam hancur menjadi keping – keping.Apalagi pemandangan di depan begitu menyesakkan dada. Dua orang pria sedang berpeluk, kemudian disusul adegan tidak menyenangkan. Bunyi decakan atas dua bibir yang beradu bagai lagu menyedihkan yang pernah Rose dengar.Pengkhianatan yang Sean lakukan di depan matanya sungguh membuat Rose kecewa. Sejak di perjalan tadi, dia dipusingkan oleh kehilangan Sean. Pikir Rose, lebih baik dia mendatangi apartement Sean langsung daripada tidak mendapat kabar dari kekasihnya.Bisa – bisanya Sean menghancurkan harapan paling terakhir Rose dalam hal mencinta. Berselingkuh dengan seor
Read more
Hati yang Rapuh
“Apa yang terjadi padamu, Rose? Kenapa datang di siang bolong begini?” Nada cemas dari suara Aiden menegaskan pria itu sedang khawatir melihat Rose tidak bisa dikendalikan.“Jangan minum lagi, kau akan mabuk. Kita mendapat tamu yang mau membayarmu mahal. Jam enam sore kau harus melayaninya.”Sore?Dibayar mahal?Siapa tamu itu?Otak Rose seketika tergerak untuk berpikir. Sialan, Sean! Dia sudah membuatnya patah hati begini dan nyaris melupakan aktivitas biasanya. Untung saja Rose hanya menegak dua gelas kecil wine, dia masih waras mencerna kalimat Aiden.“Siapa nama tamu yang mau membayarku mahal? Aku tidak mau sampai kejadian kemarin terulang lagi. Kau bukan bos baikku lagi jika itu kembali terjadi, Aiden,” tutur Rose sembari mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk. Dia menatap Aiden penuh selidik. Jangan sampai tamu hari ini adalah Bouldog. Pria menjijikkan itu benar – benar meresahkan.“Kau tenang saja. Aku tidak akan menerima tamu aneh seperti kemarin untukmu.” Sejenak Aiden men
Read more
Tamu tak Diundang
Rose menatap wajahnya di depan cermin untuk memastikan kembali bagaimana penampilannya. Sedikit bersyukur dia mendapati polesan make – up membuat dirinya tampak lebih segar, hanya perlu menambahkan lipstik merah menyala pada bibir sebagai sentuhan terakhir. Bukan tanpa alasan Rose memilih warna merah. Selain karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus terlihat panas, merah juga melambangkan keberanian. Rose mendesah. Perlahan tangannya bergerak mewarnai bibir sendiri dan kini penampilannya tambah sempurna. Sudah hampir jam enam sore, lima menit lagi dia harus segera ke kamar klien melakukan pekerjaan seperti biasa. Mengenai kontrak kerja, pemberi dan penerima jasa sudah menandatangani surat perjanjian. Rose hanya perlu melayani, lalu dibayar—maka semuanya selesai. mumpung mendapat jam kerja lumayan senggang. Begitu pulang awal, dia bisa langsung merebahkan dirinya di dalam kamar.Rose melangkahkan kaki keluar dari ruang ganti mil
Read more
Kejutan di Malam Panas
“Suka menantang. Sepertinya bibir nakalmu perlu dihukum.”Theo menyeringai penuh peringatan. Tangan kiri yang terbebas digunakan untuk menekan dagu Rose agar mendongak. Kebetulan sekali bibir itu setengah terbuka, Theo punya kesempatan langsung melumatnya.Mata yang sempat terpejam terbuka lebar begitu lidah basah itu bertemu miliknya. Sialan! Ada apa dengan tubuh wanita ini, kenapa sangat berefek pada dirinya? Setiap inci tubuh Rose seperti mengandung heroin—meningkatkan kadar dopamin di dalam otak. Theo tidak pernah merasakan lumatan senikmat itu selama sisa hidupnya menjadi seorang bajingan. Dia ketagihan!Sayang sekali, saat hendak mempertemukan kambali bibirnya pada Rose. Wanita itu lebih dulu menyikut tulang rusuk Theo.“Lancang sekali kau menciumku!” Makian keras, disusul injakkan di kaki Theo sontak membebaskan Rose dari kurungannya.“Bar – bar!” kesal Theo tertahan. Kaki yang masih dibalut sepatu pento
Read more
Telanjur Masuk
“Ka—kau masih perawan?”Tidak ada jawaban dari Rose. Theo rasa bertanya saja tidak cukup. Dia kemudian menunduk, matanya membulat penuh tak percaya melihat darah di bawah. Bagaimana bisa Rose, pelacur yang begitu rendah di matanya adalah seorang gadis suci?Theo pikir Rose wanita munafik yang menjadikan point – point penting pada kontrak kerjanya sebagai alibi agar wanita itu dibayar tinggi. Dia salah besar. Selama sisa hidupnya, tidak pernah sekali pun Theo menyentuh seorang perawan. Bahkan calon mantan istrinya sendiri, Magdalena, adalah wanita bekas pria lain. Theo menggeleng samar. Perasaan bersalah mulai melucuti sebagian besar hatinya. Ntah pada Rose atau pada siapa, yang saat ini Theo pikirkan adalah janjinya. Janji terhadap seseorang yang teringkar pada hari ini.Dara ....Nama itu seketika memukul isi kepala Theo. ‘Berjanjilah padaku, jangan menyentuh seorang gadis, Dore. Jangan merenggut harta paling berharga milik mereka.’Bayangan akan memori usang terngiang – ngiang bag
Read more
Bercinta Lagi
Kuandaikan kau laut, aku sungainya dan hubungan kita adalah muara, yang mana luasmu takkan mampu menghentikanku menyelam lebih jauh.Bridgette Elen Lagos.--------------------------------“Fine! Kau yang memaksa.” Theo tersenyum sinis. Sekali pekik, suaranya menggelegar memanggil seseorang di luar sana.Lion merasakan perbedaan dari suara bariton milik tuannya. Dia bergerak membuka pintu, masuk menemui Theo yang sedang berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tatapan sinis, angkuh, tajam dan kejam bisa Lion lihat dari sorot abu – abu milik Theo. Sudah lama sekali Lion tidak mendapati pemandangan langka seperti itu. Dia seperti dipaksa mengenang masa – masa di bawah enam tahun silam. Setahu Lion, sejak kepergian Dara, tuannya berubah dari yang serupa dewa yunani kejam menjadi lebih baik dan akhirnya memilih menjalankan kehidupan normal sebagai seorang bos. Tapi sekarang semua seakan kembali, menjerat Theo hingga tak terlihat sisi kebajikan dalam dirinya.“Tarik selimut itu d
Read more
Panggilan Untuk Dara
Cantik itu lara.-------------------------------- Derap kaki itu menggema mengisi kekosongan di sepanjang keheningan. Sayup – sayup napas yang memburu, seakan membidik perkakas yang dibiarkan dingin sendiri. Suara decitan pintu menjadi petanda ruang dibiarkan kosong kembali dijatuhi harapan. Theo dengan tatapan dingin menusuk berjalan masuk menuju singgasana hampa. Sebuah figura besar tergantung begitu anggun di antara remang – remang cahaya.Langkah putus asanya terhenti. Kakinya ditekuk, dia berlutut di hadapan figura besar tersebut, di mana seorang wanita cantik—tergambar begitu sempurna di dalamnya.“Maafkan aku,” cicit Theo dengan kepala menunduk dalam. “Maaf telah mematahkan janjiku padamu. Aku melakukannya, merenggut kesucian seseorang,” lanjutnya sembari menggeleng pelan.“Dar....”Theo mendongak, memanggil nama yang nyaris tak pernah terucap dari bibirnya.“Kenapa diam?” tanyanya persis seperti manusia tidak waras. Dia tidak bicara pada seseorang yang masih bernyawa. Figura
Read more
Peraduan Kecil
Rose menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sesekali dia menoleh dan mendapati Oracle-nya sudah tertidur pulas. Rose merasa bersalah telah mengungkap rahasia kecilnya, yang secara tidak langsung membongkar identitas Oracle pada Xelle. Hanya karena satu orang, semua masalah menjadi runyam. Theo memang pembawa petaka, kebohongan yang dilakukan pria itu menimbulkan konflik lain. Rose tidak akan mungkin memberi tamparan pada Xelle, jika saja dia tahu Theo membohonginya. Saat pertama kali mendengar, Rose tak ingin percaya. Tapi kenyataan mengenai fakta, di mana Theo pernah mengungkap kebenaran hubungan pria itu bersama Sean tempo lalu—meragukan Rose untuk mengabaikan pernyataan Theo. Rose sudah dipermainkan, dia merasa bodoh mengingat bagaimana Theo mengerang saat menyentuhnya.Haruskah Rose menyalahkan reaksi tubuh yang tak bisa berontak? Atau lebih baik dia lemparkan semua kesalahan pada Theo yang memiliki tenaga dalam berbeda dari orang biasa? Rasanya
Read more
PREV
123456
...
32
DMCA.com Protection Status