All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 31 - Chapter 40
318 Chapters
Red Dot
I didn’t know that you were the person I've been looking for.- Roseline Olesya________________________ “Mau ke mana, Nona? Saya sudah memindahkan tas Anda beserta isinya ke dalam kamar.”Sial! Rose lupa dengan barang – barang penting miliknya. Dia menilik tajam pada Lion, bisa – bisanya pria itu berbalik dan mendapatinya ingin melarikan diri.“Tuan orangnya memang begitu. Asal Anda menurut, semua akan aman, Nona.” Lion menjelaskan, sedikit menambah bumbu kebohongan pada ucapannya. Dia cukup sering mendapati Rose membantah. Tapi tidak seharusnya Theo terpancing menyakiti Rose secara fisik. Selama ini Lion tahu sang majikan bukan pria yang ringan tangan terhadap seorang wanita. “Ayo, Nona,” lanjutnya lagi.Rose memalingkan wajah merasa enggan. Demikian juga dia tak punya pilihan menolak. Kakinya terpaksa mengikuti langkah Lion di depan. Ponsel Rose penting, selain nomor beberapa klien tersimpan di sana, di dalamnya juga terancang satu perangkat lunak yang akan menghubungkan Rose pada
Read more
Secebis Perhatian
“Sialan!” umpatnya kesal.Theo melesat cepat menyusul keberadaan Rose. Wanita itu terlalu sibuk mengangkat ponsel tinggi – tinggi, hingga tak menyadari Theo sudah berdiri di depannya.Postur tubuh yang jauh berbeda memudahkan Theo mengambil alih benda pipih itu dari tangan Rose. Dia tersenyum sinis—rasa penasaran beradu, memaksanya mencari tahu apa yang sedang Rose kerjakan.“Kembalikan,” ucap Rose pelan. Gerakan tak terduga Theo nyaris merosotkan jantungnya. Bagaimana saat tersentak tadi, Rose tidak bisa menyeimbangkan diri? Masalah baru akan bertambah padat!“Apa ponsel murahanmu begitu penting?”Hening. Tak ada sahutan berbobot untuk pertanyaan bernada ledekan. Hanya berusaha meraih kembali barang yang direnggut paksa. Rose berjinjit, salah satu tangannya terulur panjang, berjuang menurunkan lengan Theo yang menjulang ke atas. Aktivitas di dalam ponselnya tidak boleh dicium pihak luar. Rose tidak bisa membiarkan pria itu tahu apa yang selama ini dia lakukan.Mas
Read more
Pria Tua
“Sepertinya kau ingin aku memasukimu.”Rose melotot diikuti gerakan menjauh. Gara – gara perkataan Theo, dia gagal meraih ponsel di belakang sana, padahal sejengkal lagi Rose bisa mendapatkannya. Pria itu benar – benar menjadi masalah besar.“Selain selangkangan, aku rasa memang tidak ada yang beres dari otakmu.”Kekehan sinis menjadi pengiring setelah kalimat Rose berakhir. Cara berpikir yang bagus! Theo menyukainya. Bersama Rose memang hanya itu yang dipikirkan. Setiap pertemuan mereka selama ini didasari ketertarikan fisik secara sepihak—Theo sungguh memuja tubuh Rose.“Kau mengingatkanku akan sesuatu.” Seringainya menyamai sudut 30 derajat. Diam – diam Theo menyelipkan tangan ke saku celana. Dia lupa mengecek aktivitas di ponsel Rose. Ada kegiatan penting apa hingga wanita itu begitu sibuk.Ditarik keluar benda pipih penyebab sumber masalah. Theo diam, memperhatikan sesuatu yang tak pernah dibayangkan. Rasanya dia ingin menghancurkan ponsel di tangan hingga tak bersisa. Rose sudah
Read more
Identitas Bouldog
Suara ketikan keyboard menjadi penegah keheningan. Ruang temaram diambil alih oleh cahaya dari layar monitor yang menyorot wajah. Theo duduk di hadapan figura Dara dengan fokus tertuju penuh terhadap serangan yang dia lakukan pada komputer target. Kegiatannya dimaksudkan untuk mengubah sistem konfigurasi dan merusak server maupun komponen. Dengan begitu perhatian target, Si penyerang waktu itu, akan teralihkan. Sementara Theo masuk ke dalam database dengan mengambil informasi pribadi dari pemilik asli komputer yang tersimpan secara sistematik. Theo yakin pria yang telah menyakiti Rose bukanlah seorang pembobol. Peretas tidak akan lalai membiarkan GPS di dalam mobil hidup saat sedang melakukan tindak kriminal. Hal itu sama seperti bunuh diri, yang kemungkinan akan terjadi setelah ini.Jemari Theo berhenti tepat ketika monitor menampilkan profile pelaku. Nama Bouldog Aledo muncul bersama ID pengenalnya. Theo memperhatikan dengan saksama seperti apa rupa Bouldog, yang ternyata penuh gur
Read more
Godaan Wanita
“Anda yakin akan melakukannya sendiri, Tuan?”Lion bergidik saat menyaksikan Theo sedang mengasah Cold Steel Recon 1, salah satu senjata pertahanan diri yakni pisau paling mematikan yang dirancang dengan model lipat.“Saya bisa menemani Anda, Tuan.” “Tidak perlu.”Aura dingin terpancar bebas dari wajah adonis tuannya. Lion menunduk, sudah biasa dengan penolakan seperti yang baru saja diterima.“Apa ada laporan khusus dari Amerald mengenai perusahaan pusat dan anak cabang?”“Tidak ada, Tuan. Mungkin tiga hari ke depan Amerald akan mengirimkan laporannya.”Theo menghentikan kegiatan mengasah. Pisau yang bertambah ketajamannya dilipat dan dimasukkan ke dalam saku celana. Gerakannya berlanjut pada senjata tembak, mengambil beberapa, lantas diselipkan di balik pakaian. Theo sudah siap melakukan aksi, dari pelacakan terakhir, lokasi Bouldog berada di sebuah club night yang letaknya menjurus ke arah barat daya.“Tetap ingatkan Amerald, jangan menerima kerja sa
Read more
Suara Tembakan
“Cepat katakan!”“A—aku—“ Charlotte tergugu merasakan sentuhan tajam, yang dinginnya melemahkan. Penampilan casanova pria itu menutup kenyataan betapa bahaya umpan yang Charlotte anggap remeh. Dia memang menginginkan tubuh panas Theo. Tapi bayaran yang diterima tidak sebanding dengan ancaman, Charlotte tak menyangka Theo akan berbalik menjadi bumerang baginya.“Jangan terlalu keras terhadap wanita. Aku tahu karena Magdalena ... kau menyamaratakan mereka semua.”Tekanan pisau di tangan Theo sedikit mengendur tatkala suara Sean menarik atensinya. Kebetulan macam apa yang akan Sean jelaskan? Kedatangan tiba – tiba pria itu tidak bisa dikatakan sama kalau bukan rencana dari suatu renjana. “Bebaskan Charlotte, T. Aku yang menyuruhnya memancingmu, untuk membuktikan kau bisa tertarik atau tidak.” Sean menatap punggung yang masih membelakanginya. Sampai nanti, sandiwara akan menjadi perjal
Read more
Dia Berbeda
Umpatan berkali – kali lolos dari bibir Theo yang terus mengecam kegagalan. Rencananya hancur berantakan saat menemukan wajah berbeda antara Bouldog dan tamu yang Charlotte sebutkan.   Ketidaktahuan terhadap rupa yang telah berubah menghanguskan kesempatan untuk membalas perbuatan keji Bouldog, seakan keberuntungan memang sedang berpihak pada ketidakadilan. Pria itu bebas dari sebilah pisau yang sudah disiapkan untuk menembus daging beserta isinya saat Theo akhirnya memlih pergi, dia tak ingin melakukan kesalahan fatal. Minimal Theo telah mengantongi file foto ‘Mr. Aledo’ yang diambil secara diam – diam. Dia akan mencari tahu lebih lanjut, sekaligus bertanya pada Rose simpang siur identitas di dalam kepalanya, apa yang terjadi hingga begitu banyak puzzle terpecah di antara beberapa kejadian. Bodoh! Kenapa tidak dari kemarin dia mencari informasi dari sumber aslinya. Theo menyentak setir dengan perasaan dongkol, membanting kendali menuju apartemen Rose
Read more
Kepala Liar
Kiprah mencari Rose terhenti tepat di ruang tamu, Theo dengan tatapan datar melipat tangan di depan dada. Bibirnya bungkam bersama fokus yang terforsir penuh pada Rose, bisa – bisanya wanita itu tidur dalam posisi duduk beserta piring berisi pancake terletak di atas paha. “Benar – benar penggoda sesungguhnya,” desah Theo tak tahan.Beberapa saat kemudian lipatan tangannya terurai. Ada dua hal sedang menyerang Theo kali ini, lapar karena keroncongan dan haus akan lapisan pertahanan yang semakin berkurang. Dia tidak bisa menolak sajian apa pun yang ditawarkan tubuh Rose. Semua. Dari pangkal rambut sampai ujung kaki, benar – benar membara hasrat. Theo ingin Rose yang meliatkan lidah di lekukan tubuhnya, bukan Charlotte. Tapi Rose adalah pelacur tengil yang menolak tawaran menyenangkan itu. Dia harus bersabar sampai surat kontrak antara mereka bisa dilayangkan dan ditandatangani Rose.Perlahan ... jarak ditepis demi menunaikan sesuatu yang terus menyerang dirinya
Read more
Siraman
Butuh sesuatu untuk rasa sakit, tapi penawarnya adalah kita.________________________ Suara sesenggukan dan pelukan kecil menuntun kembali kesadaran Rose dari tidur lelap. Dia berusaha mencerna situasi yang membuatnya tidak mengerti. Ada apa, mengapa dia berada di tempat berbeda setelah tertidur di atas sofa.Seseorang memindahkannya?Siapa?Tidak ada orang lain di kediaman ini kecuali hanya dia dan Oracle. Rose tidak memiliki riwayat Somnabulisme atau pernyakit tidur berjalan. Bagaimana mungkin dia tiba – tiba terbangun dalam kondisi tubuh di atas ranjang. Oracle ....Kegelisahan menyerbu perasaannya mengingat nama anak itu. Ke mana dia? Gerakan Rose tertahan ketika hendak bangkit. Terlalu lama tenggelam dalam pikiran hingga lupa raganya sedang didekap tangan kecil.“Hei, Oracle,” ucap Rose kalut. Kekhawatiran mengubah posisinya dalam sekejap. “Ada apa?” tanyanya sembari menarik tubuh Oracle masuk dalam pelukan.“I’m so sorry, Mommy.”Permohonan maaf yang terucap dari bibir Oracle
Read more
Oracle lebih Pintar
“Aku menginginkanmu. Sekarang.” Theo membuka mulut ... lidah basahnya mulai bergelut liar dari pangkalan bahu menuju bagian dalam leher. Suara decakan terdengar seiring umpatan kasar Rose ikut keluar. Sudah dibilang, Theo suka cara Rose tak menginginkannya.“Berikan semua itu padaku.”‘Semua’ yang Theo maksud yakni, apa pun yang bisa Rose serahkan padanya saat ini. Semua. Tanpa terkecuali. Dia menginginkan Rose dalam wujud segalanya.“I’m totally need you, Sugar. I can’t take it any longer, this desire is getting stronger.” Jemari Theo menyusup ke belakang, hendak membuka pengait bra. Namun, tindakannya terhalang restu dari Sang empu.“Tidak mau!” Rose menolak keras rayuan berupa permintaan itu. “Lepas!” titahnya sembari menyentak percuma sentuhan Theo. Dasar pria tidak tahu malu. Bangkotan! Mencari keuntungan besar, amuk Rose dalam hati.“Berhenti!” Kali ini Rose beralih menekan kepala yang terus melakukan aksi mencumbu. Matanya menatap sekitar dengan liar. Sial. Oracle tampak keluar
Read more
PREV
123456
...
32
DMCA.com Protection Status