Semua Bab Ketika Istriku Minta Talak: Bab 161 - Bab 170
206 Bab
Bab 161. Ceker Ayam Pemberian Kakak Ipar
Bab 161. Ceker Ayam Pemberian Kakak Ipar “Irfan! Temani Kak Diyah, ya, Nak!” teriakku mempercepat langkah. Irfan tengah bermain dengan teman sebayanya di halaman samping  rumah Kak Ambar. “Eh, iya, wawak juga butuh kamu, sini, ikut sekalian!”  Kak Ambar langsung mencekal tangan kecil anak keduaku itu. “Biar dia nemani kakaknya, Kak! Siapa tahu, Diyah butuh apa-apa,” ujarku menghentikan langkah, seperti halnya dia. “Aku perlu tenaganya! Nanti kukasih upah, deh!” sergahnya menarik tangan Irfan sambil berjalan lagi. Aku terpaksa mengalah, mengikuti  masuk ke rumahnya melalui pintu dapur. “Bang! Ini Layla! Tapi dia enggak bisa lama-lama! Si Ikbal masih demam!” Kak Ambar memanggil suaminya. “Oh,  iya. Kalau begitu cepat tangkap  ayam itu, Layla!” p
Baca selengkapnya
Bab 162. Kematian Bang Doni
Bab 162. Kematian Bang Doni POV Layla===== Sebegini hinakah aku, hingga abang iparku sendiri tega menerobos masuk ke dalam gubuk tempatku dan anak-anak berteduh ini. Dosa apa yang telah kuperbuat, hingga aku begitu tak berharga di mata mahkluk yang namanya laki-laki. Tidak! Aku bukan perempuan hina. Aku masih punya hati untuk sekedar bertahan. Hinaan ini bukan untuk kunikmati, tak perlu kusesali lalu menangis pasrah. Aku masih bisa bertahan. Aku punya harga diri, meski mereka tetap menganggap aku sampah. Demi suamiku, demi anak-anakku, aku akan berusaha tetap bertahan. “Layla, jangan menolak! Besok Doni bebas dari penjara. Suamimu akan pulang. Itu semua berkat perjuanganku, bukan? Aku yang telah bernegosiasi dengan juragan Sanusi. Suamimu akan kembali, wajar bukan kalau aku minta pamrih,  iya, kan?” Napasnya mulai memburu, menerpa kasar kulit wajah dan le
Baca selengkapnya
Bab 163. Ikbal Demam Tinggi
Bab 163. Ikbal Demam Tinggi Sudah enam  jam kami menunggu. Anak-anak sepertinya mulai bosan.  Mungkin  mereka juga sudah mulai lapar. Tadi pagi aku hanya mampu  memberi mereka sarapan bubur. Beras di kaleng tinggal  segenggam, itu kuolah menjadi bubur. Rencanaku, siang ini  aku akan meminjam uang pada  Kak Siti, kakak kandung suamiku. Bila adiknya sudah keluar dari penjara, aku yakin, dia akan mau meminjami aku uang. Karena Bang Doni esoknya sudah bisa  bekerja di kebun milik mereka. Begitu rencanaku. Sebuah sepeda motor berhenti di dekat kami. Seorang pegawai kantor desa. Anak-anak yang berselonjor di tanah karena kelelahan berdiri, kini langsung berdiri. Ikbal masih di dalam gendonganku. “Maaf, Bu Layla. Ibu dan anak-anak sebaiknya pulang saja!” titah lelaki itu. “Kenapa, Pak? Bang Doni sebentar lagi pulang. Anak anak su
Baca selengkapnya
Bab 164. Kado Misterius
Bab 164. Kado Misterius POV Embun == “Terima kasih, Sayang.” Mas Darry mengecup keningku sekali lagi, saat aku mengantarnya sampai depan. Dia harus mulai bertugas lagi hari ini. Lusa adalah jadwal para mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester, termasuk aku.  Sebagai dosen, dia harus menyetorkan tugas akhirnya juga. Sebenarnya dia bisa saja mengirimkannya via e-mail. Tetapi, Mas Darry  memilih menyerahkan secara langsung saja. “Hati-hati, Mas!” pesanku sekali lagi. “Hem, kamu juga, hati-hati di rumah!  Jaga baik-baik semua milikku ini, ya! Aku titip sebentar!” titahnya  seraya membelai seluruh tubuhku dengan tatapannya. “Iya, udah, berangkat sana!” ucapku mendorong tubuhnya menuju mobil. “Ini perintah, lho! Awas kalau ada yang berubah!” &ld
Baca selengkapnya
Bab 165. Tamu Misterius
Bab 165. Tamu Misterius   “Hem, coba bibik ingat-ingat, kado itu lain dari yang lain, bukan? Bibik ingat enggak kira-kira siapa yang membawa kado itu?” tanyaku sambil masih berpikir keras.   Bik Las mengernyit.  Keningnya sampai berkerut tajam.   “Kenapa enggak liat di rekaman CCTV aja, Buk! CCTV yang di depan pagar, dan di ruangan resepsi, kan kliatan siapa yang bawa kado itu!”   “Oh, iya. Bik Las memang pinter! Panggil Satpam ke sini!”   “Ke kamar ini!” Bik Las Mengernyit lagi.   “Ke ruang tengah atau ke teras, Bik Las! Masa di suruh masuk kamar!”   “Iiiya, Buk. Maaf!”   ==   “Saya, Buk!” lelaki itu  menatapku sesaat lalu langsung menunduk sopan.   “Saya minta rekaman CCTV di hari pernikahan saya. Kirim ke ponsel saya segera!” titahku.   “Siap,
Baca selengkapnya
Bab 166. Kalung Layla Ada di Tanganku
Bab 166. Kalung Layla Ada di Tanganku “Saya tidak apa-apa, Dok.  Maaf, Suster, saya titip anak saya sebentar, ya! Saya akan menjual kalung ini, lalu menyelesaikan administrasi rumah sakit ini, biar cepat pulang, boleh, ya Suster?” pintanya kepada perawat yang menemaniku VISIT. “Perawat lain mungkin bisa, Bu. Saya bertugas menemani Dr Danu keliling ruang pasien. Nanti saya panggilkan teman saya untuk jaga anak Ibu, ya,” jawab Perawat itu ramah. “Tidak usah, Bu Layla. Saya akan menyelasaikan semua administrasinya. Bu Layla tenang saja. Yang penting Ibu siap-siap, setelah saya  kelar tugas, saya jemput Ibu, kita pulang,” tawarku menengahi. “Tidak, saya tidak mau merepotkan Dokter lagi. Maaf, saya tidak bisa,” tegasnya tetap berkeras. “Atau begini, Ibu tak perlu keluar untuk menjualnya, Saya saja yang mmebelinya, bagaima
Baca selengkapnya
Bab 167. Masa Lalu Ridha Mentari
Bab 167. Masa Lalu Ridha Mentari “Oh, maaf, saya sempat kaget. Saya kira Embun, habis mirip banget. Kenalin, Kak, saya Diva, adiknya Mas Danu,” ucap Diva mencairkan suasana. “Terima kasih sudah  menerima anak-anak saya di sini, Mbak Diva. Saya  berutang budi pada kalian.” “Enggak, enggak apa-apa, kok. Kita makan siang bareng, ya! Saya udah masakin. Tapi, maaf, saya gak pinter masak. Kalau kurang enak, maklumin, ya.” Diva menggandeng tangan Layla menuju meja makan.  Layla terlihat sangat sungkan, tetapi syukurlah dia tak menolak. Berbeda dengan Diyah dan Irfan, mereka  bersikap sudah seperti  di rumah sendiri. “Kak Layla, lanjut makannya, ya! Saya biar suap si kecil ini.”  Diva membawa Ikbal    ke teras depan. Jujur aku curiga dengan sikap Diva. Kulihat dia mengeluarkan ponsel dari sakunya
Baca selengkapnya
Bab 168. Pertemuan Embun Dengan Layla
Bab 168. Pertemuan Embun Dengan Layla POV Embun Kumasukkan mobilku  ke dalam halaman rumah Dokter Danu. Halaman sempit itu membuatku kesulitan, apalagi sedang banyak tamu sepertinya. Dua orang anak kecil hampir saja tersenggol olehku. Segera saja kuhentikan mobil. Sulit bila dilanjutkan  lebih ke dalam.  Aku harus minta maaf pada ibu anak-anak itu,  karena aku tak sengaja  hampir menyenggol kedua bocah itu. Membuka pintu mobil, lalu aku gegas turun. Namun, belum tegak berdiri tubuh ini, netraku menangkap sosokku sendiri. Ya, perempuan yang sedang menggendong bayi itu persis seperti aku. Memang Dian mirip denganku, tapi tidak sepersis ini. Wajah orientalnya persis milikku.  Bibir ranumnya, itu bibirku. Mata besarnya, alisnya, keningnya, hidungnya, itu semua milikku. Bedanya hanyalah, wajah itu terlihat kusam, kotor dan tak terawat, juga pakaian yang dikenakannya. Daster l
Baca selengkapnya
Bab 169. Penolakan Layla
Bab 169. Penolakan Layla “Bu Layla, apa nama desanya? Saya antar langsung saja! Boleh?” Dokter Danu memecah keheningan. “Tidak, Dok! Turun kami di terminal saja!”  jawabnya tetap kekeh. “Saya free sampai sore, Bu. Saya bisa antar, kok.” “Tidak, Dokter! Saya tidak mau diantar sampai ke desa!” tegasnya dengan nada lebih kencang. “Baiklah, Bu.” Hening lagi.   Aku harus bisa memulai pembicaraan lagi. Tapi, ragu, dia akan mau merespon atau tidak kali ini. “Kak,” panggilku setelah menelan saliva beberapa kali. Tak  ada sahutan, hanya kedua bocah itu yang menoleh sesaat. Kualihkan menyapa keduanya. “Hay, boleh kenalan, enggak? Saya Tante Embun? Kalian namanya siapa?” tanyaku  tersenyum ramah, sera
Baca selengkapnya
Bab 170. Siapa Embun Berdaster Itu?
Bab 170. Siapa Embun Berdaster Itu?POV Darry ===== “Maaf, Bos, saya mau lapor.” Tumben pagi-pagi begini security sudah mau laporan.  Apakah ada sesuatu yang penting? Baru saja aku meninggalkan rumah dan  tiba di kampus. “Ya, ada apa ?” jawabku penasaran. “Bu Embun meminta rekaman CCTV di hari pernikahan kemarin.” Lelaki itu mulai melaporkan. “Untuk apa?” “Kado paling besar, begitu katanya, Bos!” “Tak lama kemudian,   Ibu  pergi  setelah rekaman saya kirim ke ponsel beliau.” “Ya, istri saya udah lapor tadi. Kamu tahu ada apa sebenarnya?” “Saya selidiki melalui Bik Las, katanya di dalam kotak kado besar itu, isinya hanya selembar foto. Tertulis si balik foto, perintah untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status