All Chapters of Cinta Segitiga Sang Pewaris: Chapter 21 - Chapter 30
95 Chapters
Bab 21. Perkelahian
Marco segera menoleh ke sumber suara, suara itu tepat di belakang meja tempat mereka duduk. Marco melihat seorang wanita yang sedang meraih botol minuman dari tangan seorang pria yang dia panggil dengan nama Robert.Wanita itu terus meminta sang pria itu berhenti minum, namun pria itu tidak peduli bahkan mendorongnya. Dia mendorong wanita itu dengan sekuat tenaganya yang menyebabkan si wanita hampir terjatuh.Marco yang sedari tadi terus memperhatikan mereka dari tempat duduknya, melihat si wanita yang hampir terjatuh Marco dengan cepat memegang tubuh si wanita itu." Terima kasih. Tuan," ucap si wanita." Siapa kamu, jangan ikut campur," ucap pria itu." Apa kamu, Robert yang bekerja di Taylor Wimpey?" tanya Marco.Pria itu mengacuhkan pertanyaannya, dia kembali meminum birr yang ada di mejanya. Marco hanya menatap wanita itu sekilas, matanya terfokus dengan pria yang bernama Robert.Marco memperhatikan pria itu tidak memiliki tatto
Read more
Bab 22. Sebuah Pemikiran Yang Matang
Marco yang mendengar ucapan Roni itu seperti mendapat sebuah cahaya harapan di tengah gelap dan rasa keputus-asaan.  Marco yang tak ingin melakukan kesalahan yang sama dengan melakukan sebuah tindakan bodoh tanpa pemikiran yang matang, kini dia akan memikirkan semua tindakan yang akan dia lakukan.  Marco memulai kembali rencana awalnya yaitu menemukan keberadaan Louisa dengan mengetahui laki-laki yang bersama Louisa. Dia akan menyelidiki CCTV apartemen Louisa, tempat kerjanya dan tempat-tempat yang sering di kunjungi oleh Louisa. Marco tidak akan melakukan pencarian itu sendirian lagi, selain di bantu oleh Roni dia akan meminta bantuan Detective yang  terkenal di kota itu karena sudah terbukti kemampuannya dalam memecahkan kasus klien mereka. " Ron, aku tinggal sebentar ke ruang sebelah. Ada yang ingin aku ambil." Roni hanya mengangguk kecil dia melihat sekekiling kamar Marco, ini pertama kali bagi Roni masuk ke apartemen Marco
Read more
Bab 23. Identitas Yang Terungkap
" Nama aslinya, Ricard Brayen, dia seorang pengawal pribadi."" Pak Lucas, jika dia seorang pengawal pribadi kenapa dia selalu menjemput Louisa? Apa jangan-jangan Louisa sengaja ingin ada seoran pengawal," ucap Marco yang penasaran." Ricard Brayen bekerja dengan seseorang bernama Arthur Barnet, dia seorang konglomerat," jawab Detective Lucas." Jadi Ricard di tugaskan oleh bosnya Arthur Barnet, untuk menjadi pengawal Nona Louisa," ucap rekan Detective Lucas." Ricard Brayen bekerja dengan seseorang bernama Arthur Barnet, dia seorang konglomerat," jawab salah satu Detective." Kalau begitu, kenapa Ricard harus menggunakan nama Robert, jika dia bekerja dengan seorang konglomerat?" Pertanyaan Roni itu membuat kedua Detective terus saling lirik.Detective itu mengatakan mereka tidak tahu pasti alasan Ricard menggunakan nama Robert, mereka hanya menebak hal itu dilakukannya, mungkin Ricard tidak ingin ada yang tahu dengan masa lalunya.Du
Read more
Bab 24. Sebuah Ilusi
Bab 24. Sebuah Ilusi Marco menarik kera baju Roni, dalam hitungan detik pemuda itu mendaratkan pukulannnya ke muka Roni. Buuukkkk.. Pukulan itu terasa begitu nyata yang membuat Roni menaruh kedua tangan di pipinya, dia menelan ludahnya berkali-kali yang membuat suara dentuman dari tenggorokannya terdengar begitu keras. Marco heran melihat tingkah Roni yang aneh, dia memanggil nama Roni sambil menepuk-nepuk bahu sepupunya itu. Suara Marco yang masuk kegendang telinganya membuatnya terbangun dari khayalannya, ternyata pukulan dari Marco itu hanya sebuah ilusi semata. Roni yang tahu suasana hati Marco yang buruk, serta ekspresi mukanya yang sangat dingin telah membuat Roni membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya jika dia berbicara yang dapat memancing amarah sepupunya itu. Jika itu terjadi bukan tidak mungkin Marco akan memukulnya, seperti di malam dia berkelahi dengan orang yang bernama Robert. Padahal Marco belum tahu wajah
Read more
Bab 25. kakek Lau
Sinta yang mendengar penjelasan Peter mengenai si kakek yang mengalami amnesia, dia berpikir kalau itu adalah cara Tuhan untuk memberinya seorang kakek.Sinta sejak kecil tidak pernah mengetahui atau merasakan kasih sayang dari seorang kakek, dan sekarang dia bisa melihat sosok seorang kakek meskipun bukan kakek kandungnya gadis itu merasa sangat bahagia." Aku tidak akan meninggalkan kakek ini sendirian," gumamnya dalam hati.Sinta berpikir dimana dia akan merawat si kakek jika si kakek sudah keluar dari rumah sakit, bibinya pasti tidak akan mengizinkan kakek itu tinggal bersama mereka.Belum lagi Sinta harus mencari uang lebih untuk membayar biaya si kakek selama dirawat di rumah sakit, gadis itu juga mencari kerja di tempat lain agar dia mendapat uang tambahan." Sin, kira-kira kakek ini kita panggil nama apa ya?" ucap Peter setelah memeriksa keadaan si kakek.Suara Peter seketika membangunkan Sinta dari lamunannya, dia tidak mendengar ap
Read more
Bab 26. Terlelap Dalam Angan Yang Indah
Sinta hanya memaku memandang kepergian Peter yang sangat terburu-buru, Dokter muda itu bahkan tidak menoleh dirinya. Sinta berjalan keluar dari area restoran itu, dia memperhatikan ternyata restoran itu terletak cukup jauh dari rumahnya.Gadis itu berjalan menyeberangi jalan melewati keramaian yang lalu lalang di depannya, dia mengambil ponselnya yang dari tadi terus bergetar.Sebuah panggilan masuk dari Aldi, teman Sinta yang satu ini terus memberikan perhatian kepada Sinta. Tapi, Sinta yang merasa sikap Aldi sebagai teman terlalu berlebihan. Gadis itu memutuskan untuk mengabaikan telepon dari Aldi, dia bisa menebak jika Aldi akan menawarkan dirinya untuk mengantar Sinta pulang kerumah. Sinta ingin menaruh kembali ponselnya ke dalam tas, namun sebuah pesan masuk.Ting ...{ Sint, besok kan restoran kita tutup. Kita ketemuan di tempat biasa ya😬.} { Besok aku harus nemenin kakek di rumah sakit, Luna.🙏} { Nemenin kak
Read more
Bab 27. Cinta Sepihak
" What?"" Dia tidak pernah menanyakan, Lun. Dan, aku malu untuk meminta nomor ponselnya."Luna hampir tidak percaya mendengar perkataan Sinta jika mereka berdua tidak mengetahui nomor masing-masing. Selama ini  Luna sering melihat Sinta sering menerima telepon dari seseorang, dia beranggapan pasti Peter yang menelepon Sinta." Sebenarnya, Lun. Aku tidak yakin kalau dia ingin menyatakan perasaannya padaku." Sinta menghela napasnya." Kalau begitu kamu yang harus menyatakan perasaan kamu padanya," ucap Luna sambil memegang tangan Sinta." Tidak ah, Lun. Mana ada cewek duluan yang mengungkapkan perasaannya. Lun, bagaimana kalau ini hanya cinta sepihakku saja," lanjut Sinta lagi." Jangan begitu, Sint, kita belum tahu. Lagi pula ini sudah abad ke 21, Sint. Cewek atau cowok duluan menyatakan cinta itu sama aja, Peter juga lama di luar negeri dia pasti biasa mendengar para wanita duluan yang menyatakan cintanya."Sinta tidak menanggap
Read more
Bab 28. Hal Yang Buruk
Lalu, siapa yang menelepon Peter kemarin malam. Pikiran Sinta tak menentu dia cemas dan khawatir jika  telah terjadi sesuatu hal yang buruk menimpa Peter.Sinta terus memikirkan Peter dia ingin tahu keadaan Peter, tapi bagaimana caranya dia sendiri tidak tahu nomor rumah atau ponsel Dokter muda itu." Bodoh, bodoh, kenapa aku tidak pernah menanyakan nomor handphonenya," gumamnya dalam hati.Lamunannya segera memudar ketika Luna memanggil namanya, sahabatnya itu memberitahu Sinta jika si kakek sudah selesai makan siangnya." Sint, bentar lagi suster kesini ngecek kesehatan kakek, kita makan di restoran yang tidak jauh dari rumah sakit ini." Sahabatnya itu mengelus-elus perutnya yang sudah berbunyi.Sinta melihat jam di dinding ruang itu yang telah menunjukkan jam dua siang. Meski pun, Sinta tidak berselira makan tapi melihat Luna yang telah lapar dia pun mengiyakan ajakan sahabatnya itu.Tidak berapa lama, seorang suster datang men
Read more
Bab 29. Rasa Takut Yang Mengusik Pikiran
Sinta mencari kartu identitas laki-laki itu tidak butuh waktu yang lama dia menemukan apa yang dia cari."Roni Wilantara Chan." Sinta menyebutkan nama yang tertera di kartu nama yang ditemukannya.Sinta menunjukkan sebuah kartu nama dari perusahaan King Mansion Grup atas nama Roni Wilantara Chan kepada Luna, dia menyuruh Luna untuk segera menghubungi nomor yang tertera di kartu nama itu.Luna mengamati kartu nama perusahaan itu, dia sepertinya sudah tidak asing mendengar nama perusahaan King Mansion Grup.Beberapa menit kemudian dia ingat nama perusahaan itu, sebuah perusahaan yang selalu menjadi tranding pertama di majalah sebagai perusahaan terbesar edisi tahun ini yang memiliki cabang di luar negeri." Luna, cepat telep
Read more
Bab 30. Kesempatan Yang Baik
Siang itu sang mentari tampak cemberut, bermuram durja. Sang mentari yang tadinya tampil gagah perkasa, pelan-pelan bersembunyi di balik awan yang mulai berubah menjadi gelap.Hujan pun turun lebat, tak terelakkan. Membasahi bumi yang tampak gersang seperti bunga yang tak terawat, dibiarkan mengering begitu saja.Di dalam restoran, Sinta dan Luna serta rekan-rekan kerjanya masih sibuk melayani pengunjung yang datang. Hujan yang deras membuat para pengunjung makin betah berlama-lamaan menikmati menu makanan mereka, rasanya mereka enggan beranjak dari tempat duduknya." Lun, sepertinya pengunjungnya makin rame mungkin hari ini kita tidak bisa datang ke rumah sakit," ucap Sinta setengah berbisik kepada Luna." Iya, Sint. Tumben ya hari ini pengunjung restoran kita terus berdatangan, tapi nanti aku coba izin sama Ayah."Sinta hanya mengangguk pelan, lalu dia berlalu dari hadapan Luna. Mereka berdua melanjutkan pekerjaan masing-masing, yang mana Luna be
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status