All Chapters of MEREKA BEBAS KETIKA KALIAN MATI: Chapter 51 - Chapter 60
87 Chapters
BAB 51: Yang Tidak Diharapkan Terjadi
Rosie dan Cantigi hanya bisa melihat panik, matanya terbelalak, dengan kedua tangannya memegang kepala. ‘Tidak!’ gumam mereka dalam hati. Sementara itu, jam tangan itu hanya berjarak tiga puluh sentimeter lagi, sebelum menyentuh permukaan atas ranjau. Tegar dan Awan tidak bisa berbuat apa apa lagi. Mereka benar benar tidak bisa menjangkaunya. Namun, ketika jarak jam tangan dengan permukaan atau ranjau tinggal dua puluh sentimeter saja, tiba tiba. SETT…. KLOTAK… Terdengar suara jam tangan itu terjatuh ke permukaan tanah, sedikit bergeser beberapa sentimeter dari ranjau, setelah Jhagad berhasil menyundulnya sedikit menggunakan matras. Semua orang yang sedari tadi menahan napas pun akhirnya bisa melepaskannya dengan lega. Hah….. Beruntung sekali Jhagad masih sempat menarik matras dari samping cariernya. Jika
Read more
BAB 52: BOOM !!!
Entah kenapa saat itu, Awan dan Jhagad justru berdiam diri, masih menatap ke arah Mahluk Haus Darah yang berlarian dengan ganasnya menuju ke tempat mereka. Suasana Hutan Terlarang tadinya sunyi pun berubah menjadi ramai sekali, dipenuhi erangan Mahluk Haus Darah yang bersahut sahutan. AAAAAARGHHH.. AAAAAARGHHH… “Gi, Ros! Ayo, kita juga harus menjauh!” ajak Tegar. Sama halnya dengan Jhagad dan Awan, Cantigi dan Rosie pun seperti tidak mendengarkan perkataan Tegar. Kali ini ganti Rosie yang berteriak, memanggil mereka berdua, “WAN! GAD! CEPAT!” Di sisi lain, Mahluk Haus Darah yang entah berapa jumlahnya itu terlihat berlarian seperti sudah tidak sabar menerkam dan menghisap darah mereka berlima. Entah karena takjub, atau takut, Jhagad dan Awan seperti terhipnotis, berdiam diri tanpa merespon sedikit pun teriakan dari Cantigi dan Rosie. &n
Read more
BAB 53: Jebakan Berlapis
Bersamaan dengan mereka berlima yang melompat dan menjatuhkan diri ke permukaan tanah, saat itu juga benda yang melambung di udara mendarat, tepat di atas permukaan ranjau. BRUK Seketika itu juga detonatornya terpantik, dan suara ledakan terdengar lagi. BOOM!!! Karena saking dekatnya ledakan dengan posisi mereka berlima, tekanan yang ditimbulkan pun membuat tubuh mereka berlima terdorong dan terlontar beberapa meter ke depan. Suara gesekan tubuh mereka yang terseret dipermukaan tanah pun terdengar.  BRUUUK…. “Aaaarrrgh!” keluh Cantigi dan Rosie secara bersamaan setelah tubuh mereka yang tedrseret di atas permukaan tanah berhenti. Sementara itu, dalam posisi masih beralaskan tanah, Tegar, Awan dan Jhagad sudah melihat ke arah belakang lagi, sambil meletakkan telapak tangannya di dekat alis, untuk menghindari matanya
Read more
BAB 54: Besi Tajam yang Menghujam Tubuh
Awan, Jhagad dan Tegar pun langsung menoleh ke arah Cantigi dan Rosie. Sayang, mereka berdua sudah tidak terlihat, di permukaan tanah. Hanya suaranya saja yang masih terdengar. “Apa yang…?” gumam Jhagad tidak mengerti.A “Pasti jebakan berlapis!” kata Tegar sambil melawan Mahluk Haus Darah. “Sial!” umpat Awan kemudian meninju dengan keras Mahluk Haus Darah ke arah lubang jebakan. Setelah menjatuhkan Mahluk Haus Darah yang dia lawan, Jhagad pun menyelinap, mendekati lubang yang terbentuk di tanah. Saat itu, Jhagad melihat
Read more
BAB 55: Rumah Pohon
Mendengar perkataan Jhagad, Awan, Cantigi dan Rosie pun tertegun. Kemudian melangkah mendekati Jhagad dan Tegar yang masih terduduk di atas permukaan tanah. “Hei! Kalau mati jangan di pangkuanku!” ucap Jhagad asal sambil tetap menggerak gerakkan tubuh Tegar. PLAK Cantigi memukul lengan Jhagad. “Ah, sakit!” keluh Jhagad sambil menoleh ke arah Cantigi. “Jangan bercanda seperti itu!” sergah Cantigi.
Read more
BAB 56: Terjadi Lagi
Sementara itu, di benteng tua jauh di sisi lain area Hutan Terlarang. Para pendaki yang berhasil menyelamatkan diri dari petaka yang terjadi semalam pun terlihat mengumpulkan bahan bahan makanan dan minuman milik pendaki lain. Mereka mulai melakukan apa pun untuk bertahan hidup, hingga tim evakuasi datang. “Hanya segini?!” keluh salah seorang pendaki perempuan karena hanya berhasil mengumpulkan sedikit makanan. “Mau bagaimana lagi! Gara gara dikejar serigala sebelumnya, hampir semua pendaki menanggalkan tas carier mereka di Padang Rumput bukan?” sahut pendaki lain. Di sisi lain, Jazlan diam diam naik ke atas dinding, mencoba melihat kon
Read more
BAB 57: Api
Dalam hitungan detik, Roman yang telah menjadi Mahluk Haus Darah itu langsung berlari, mengejar Jazlan. Seketika itu juga Jazlan yang sempat tertegun, mulai sadar dan berteriak, “NAIK KE ATAS DINDING SEMUANYA!” Mendengarnya, para pendaki yang ada di lapangan utama Benteng Tua pun langsung panik, bergegas, berlari, naik ke atas dinding benteng lagi, menggunakan tali yang sebelumnya mereka gunakan untuk turun ke bawah. Sementara itu, Jazlan langsung melihat ke dalam lorong lagi. Sayangnya, saat itu Mahluk Haus Darah sudah hampir mencapai tempatnya. “Sial, cepat sekali larinya!” umpat Jazlan sambil siap siap memasang kuda kuda menghadapinya. 
Read more
BAB 58: Tentang Pertanyaan
Kembali ke rumah pohon di kawasan Hutan Terlarang. Awan tampak sudah mengambil posisi favoritnya, tidur telentang di lantai rumah pohon itu. Kali ini Awan tidak sendirian, Jhagad dan Tegar pun ikut tidur telentang, mengistirahatkan tubuhnya. Sedangkan Cantigi dan Rosie duduk, sambil bersandar di dinding rumah pohon, di dekat pintunya.   Sudah setengah jam mereka beristirahat di rumah pohon itu. Tapi sepertinya kelelahan yang dialami tubuh mereka tidak kunjung hilang juga. Ladang ranjau dan Mahluk Haus Darah sungguh menghabiskan tenaga mereka.   “Mereka sepertinya kelelahan sekali,” ucap Rosie.   “Biarlah, mereka sudah bertarung habis habisan lagi tadi!” jawab
Read more
BAB 59: Menyibak Padang Rumput
“Iya, aku menyukainya!” Jhagad menjawab tanpa sedikitpun keraguan. Untuk sekejap Tegar tertegun mendengar jawaban Jhagad itu. Tidak memberikan respon apa apa. Tapi, tatapannya kali ini ganti yang bicara. Seperti sedang mengkonfirmasi tingkat keseriusan pada ekspresi Jhagad. “Karena itu, aku memperingatkanmu untuk tidak mendekatinya!” ancam Jhagad serius. “Kenapa? Apa hakmu melarangku mendekatinya? Bukankah kalian hanya berteman?” Saat Jhagad akan menjawab pertanyaan Tegar itu. Tiba tiba saja Cantigi melihat ke bawah sambil berk
Read more
BAB 60: Rencana yang Berantakan
 “Apa?” Rosie keceplosan berucap agak keras, kemudian menutup mulutnya. “SSST!” Awan mendesis, kemudian bergeser empat langkah ke kanan, pelan pelan. Rosie tanpa banyak bertanya langsung mengikuti pergerakan Awan. Begitu juga Tegar, Cantigi dan Jhagad. Saat itu komando terpusat pada Awan. Apapun langkah yang ia buat akan langsung diikuti. Sesuai dengan yang telah mereka sepakati sebelumnya. Setelah bergerak, Awan pun mengarahkan kameranya lagi ke depan, memastikan Mahluk Haus Darah melakukan perubahan arah atau tidak. Dan ternyata tidak. Sekarang mereka hanya tinggal diam, menunggu Mahluk Haus
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status