Lahat ng Kabanata ng Kekasihku Anak Mantan Istriku: Kabanata 51 - Kabanata 60
123 Kabanata
Jadilah kekasihku, Salwa
Bab 51"Daddy...." Berulang kali Salwa mendesah.Gadis itu pun merasakan hal yang sama. Tubuh yang seperti tersengat aliran listrik ratusan volt membuatnya mendadak beku. Otaknya mengumandangkan alarm tanda bahaya, tetapi tak ia hiraukan. Kenyamanan ini sungguh membius, meskipun sentuhan Regan kali ini sangat jauh berbeda, dibandingkan dengan sebelumnya."Apa yang sudah terjadi padaku? Kenapa semuanya terasa begitu memabukkan?" keluh Salwa."Sweety," bisik Regan."Salwa tersentak kaget. "Sweety?""Yes. Bolehkah Daddy memanggilmu, Sweety?""Memangnya Daddy sudah bosan memanggilku Little Girl?" rajuknya."Karena kamu sudah besar, cantik dan bisa menggoda Daddy-mu ini," bisik Regan. Dia sengaja meniup telinga gadis itu, membuat Salwa merasa kegelian.
Magbasa pa
Ganti Status
Bab 52"Aku tidak tahu, Dad," bisiknya. "Aku hanya ingin terus dekat dengan Daddy, apapun statusnya ""Kita ganti status sekarang ya?" Regan mengacungkan jari kelingking, menautkan di jari kelingking gadis itu. "Dulu jadi ayah dan anak, kini menjadi sepasang kekasih?"Salwa tak menjawab, malah menyurukkan wajahnya yang memerah malu di dada bidang Regan.Tiba-tiba terdengar suara bel berdering. Salwa teringat dengan pesanannya beberapa saat yang lalu."Dad, tolong buka pintu. Itu barangkali kurir yang membawa makanan pesananku," ujar Salwa. Dia merasa panggilan itu seperti penyelamat buatnya. Rasa malu akibat perkataan frontal Regan seakan-akan membuatnya sesak nafas.Regan bangkit dari pembaringan. Lelaki itu meringis merasakan selangkangannya yang terasa ngilu akibat mencumbui gadisnya. Baru beberapa saat yang lalu keduanya mengikrarkan diri menjadi sep
Magbasa pa
Menderita Karena Mendamba
Bab 53Setiap pagi, di saat bangun tidur dan pertama kali membuka mata, berada di dalam posisi sedang memeluk orang yang kita cintai adalah hal yang terindah. Betapa semua hal tentang Salwa membuat Regan merasa nyaman.Memeluk, mencium kening dan mengucapkan selamat pagi pada kekasihnya adalah momen manis yang menghiasi hari-harinya kini. Regan sangat menikmati, meskipun terkadang siksaan itu menderanya. Ya, apalagi kalau bukan siksaan hasrat setiap kali ia mencumbui gadisnya.Airin sudah berpulang kurang lebih sebulan dan selama itu juga ia harus berpuasa dari kenikmatan surga dunia. Dia harus mati-matian meredam gejolak batin yang seakan membunuh kewarasannya. Dia harus menyadari, Salwa adalah kekasihnya, bukan sugar baby, wanita tempat bersenang-senang."Hari ini kamu mau diantar Daddy atau pakai mobil sendiri?" tawar Regan saat mereka berdua tengah sarapan.
Magbasa pa
Pertemuan Dengan Bunda Khadijah
  Bab 54   Gadis itu berdiri sejenak, berusaha mengumpulkan oksigen sebanyak-banyaknya, lantas menghembuskan kembali. Setelah merasa lebih tenang, diapun menyeret kakinya masuk melalui teras dan berakhir di ruang tamu. Seorang wanita tua nampak berjalan perlahan dengan dua orang anak kecil di belakangnya.   "Bunda Khadijah," gumam Salwa.   Sosok wanita tua itu masih bisa dia kenali, meskipun kini kerutan itu kian nampak dan banyak. Wajah itu masih saja seperti dulu, teduh dan menenangkan siapa pun yang memandangnya.   "Anak ini siapa ya?" Perempuan tua itu mendekat dan berdiri di hadapan Salwa.   Jantung Salwa terasa berdegup lebih kencang. Dia menatap sayu perempuan yang telah merawatnya sejak bayi itu.   "Apakah Bunda ingat, seorang anak kecil berumur ti
Magbasa pa
Undangan Makan Malam
Bab 55Regan membaringkan tubuh kekasihnya di pembaringan nan empuk. Salwa merasakan tubuhnya seperti melayang menyentuh awan. Perlakuan Regan sungguh manis dan membuatnya terbius.Matanya sayu menatap wajah Regan. Wajah itu penuh kabut, menggelap dalam gairah. Gadis itu bergidik. Suasana semakin mencekam. Salwa seolah hewan buruan yang menanti eksekusi dari pemburunya."Terimalah hukuman dariku, gadis nakal" Lelaki itu seketika meraup wajahnya, menghujaninya dengan ciuman tanpa jeda, mengabsen setiap inci wajahnya hingga satu desahan lolos dari bibir Salwa."Udah, Dad. Udah," tegur Salwa. Jangan membuatku takut."Salwa merintih pelan. Bibir lelaki itu kini turun ke lehernya, mengecupi kulit mulus itu, menciptakan jejak kepemilikan disana. Salwa meremas sprei kuat-kuat. Area lehernya terasa seperti sedang di gigit semut.
Magbasa pa
Bertemu Dengan Chintya
Bab 56Melihat kemunculan orang yang ditunggunya, perempuan tua itu segera bangkit dari tempat duduk. Dia berlari kecil menjauhi sofa, menyambut kedatangan putranya."Akhirnya kamu pulang, Nak. Kamu memenuhi undangan kami," ujar Jihan tertawa kecil."Tentu saja. Aku juga membawa Salwa untuk Mommy," sahut Regan sembari melirik gadis cantik di sampingnya."Oh, ya?" Perempuan tua itu menatap Salwa sekilas. "Salwa, kamu terlihat semakin cantik."Meskipun pujian Jihan terdengar hanya basa-basi, tetapi gadis itu tetap tersenyum. "Terima kasih, Oma," sahutnya."Ayo kita duduk. Mommy akan mengenalkan mereka pada kalian," tunjuknya pada dua perempuan yang masih terlihat mengobrol. Salah seorang dari mereka bahkan melambaikan tangan."Kenalkan, ini adalah Chintya. Kamu masih ingat, kan teman kecilmu dulu? Ch
Magbasa pa
Merayakan Ulang Tahun
Bab 57Lelaki itu menggendong gadisnya ala bridal mendekati bagian depan bangunan. Salwa menyembunyikan wajahnya di dada Regan. Dia begitu takut dengan suasana gelap di sekitar tempat itu. Apalagi dia memiliki ketakutan berada di tempat yang baru.Kini mereka sudah sampai di beranda depan. Lelaki itu menggunakan kakinya untuk mendorong daun pintu. Ketika pintu terbuka, semburat cahaya terang langsung menyilaukan mata. Lampu lampu menyala, menerangi seluruh ruangan. Cahayanya bahkan seolah menembus mata Salwa yang masih tertutup, memaksa gadis itu  membuka matanya."Daddy...." Gadis itu tersentak kaget. "Aku tidak sedang di prank Daddy, kan?""Siapa juga yang pengen prank kamu, Sweety? Kamu aja yang terlalu takut."Lelaki itu terus melangkah menuju sofa, merebahkan tubuh indah gadis itu dengan gerakan perlahan. Salwa tersentak melihat se
Magbasa pa
Tempat Peristirahatan
Bab 58Keduanya berjalan beriringan menyusuri jalan setapak. Di kanan dan kiri nampak berjajar pohon karet. Salwa menghirup nafas dalam-dalam. Ruang dadanya terasa lapang. Udara pagi ini begitu segar meskipun rasa dingin masih saja dirasakan.Sesekali Regan merentangkan tangan. Terlihat lelaki itu benar-benar menikmati waktunya pagi ini. Salwa tersenyum. Dia menangkap salah satu lengan dan bergelut manja di sampingnya."Daddy terlihat bahagia sekali," cetus Salwa. Wajahnya mendongak ke atas. Pemandangan yang ingin dilihatnya justru wajah Regan yang tampan."Tentu saja, Sweety. Bersamamu selalu membuatku bahagia. Lagipula tidak salah Daddy memilih tempat ini. Lingkungannya masih asri dan alami, sangat cocok sebagai tempat peristirahatan kita. Lihatlah, ini adalah kebun karet yang turut Daddy beli bersama villa itu sebagai investasi." Regan kembali menunjuk ke arah bangunan villa yang sesaat mereka tinggalkan.Sepagi ini belum ada seorangpun di sini. Para penyadap k
Magbasa pa
Asisten Pribadi Dadakan
  Bab 59   Setibanya di lantai dua restoran ini, Regan dan Armand menyusuri deretan VIP room. Seorang pelayan membuka pintu salah satu VIP room untuk mereka.   "Axel," tegur Regan. Netranya menangkap seorang lelaki dewasa yang tengah duduk santai di salah satu kursi.   "Hai...." Lelaki berbadan tegap itu langsung berdiri dan maju beberapa langkah.   Keduanya saling merangkul dan berjabat tangan. Exel juga menyalami Armand yang mengekor di belakang Regan, lantas mempersilahkan keduanya duduk.   Regan dan Armand duduk berdampingan, sementara Axel duduk di seberangnya.   "Kamu hanya sendiri, Axel?" Kening Regan berkerut. Di pertemuan sepenting ini, tak terlihat seseorang yang mendampingi lelaki itu.   "Tentu tidak. Asisten pribadi dada
Magbasa pa
Peringatan Dari Shafira
Bab 60"Iya, Nyonya," sahut Armand. Di wajahnya menunjukkan ekspresi tertekan."Bagaimana, Armand? Apakah Regan dan Chintya sudah bertemu di restoran?" cecar Jihan di ujung telepon."Tentu sudah, Nyonya. Tuan Regan baru saja meninggalkan restoran.""Bagus, Armand. Terus amati perkembangan dan laporkan semuanya kepadaku. Aku mengandalkan kamu dalam hal ini. Kuharap pekerjaanmu tidak mengecewakan!" tegas Jihan."Baiklah, Nyonya," sahutnya.Kemudian klik. Panggilan pun dimatikan. Armand menghela nafas, lantas membuka pintu mobil dan segera duduk di balik kemudi. Dia melirik arloji di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Saatnya dia pulang ke apartemen. Tubuh dan pikirannya pun sudah teramat lelah.Sepanjang perjalanan, Armand masih saja memikirkan soal perinta
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status