Semua Bab The Destinable Of Light (Bahasa Indonesia): Bab 51 - Bab 60
76 Bab
51. Pengumuman Di Arena Bundar
Langit terlihat damai, memayungi tumaya dengan tulus, seperti sinar mentari yang menghangatkan di pagi ini. Kabut-kabut menyisir dinding bangunan-bangunan megah, dengan tenang menjalar di tepi jembatan yang sedang kutapaki.“Tidak terasa, waktu bersamamu ternyata begitu singkat,” Nero mencoba mengikhlaskan.“Iya,” kataku sambil terus melangkah beriringan dengannya. “Namun sebenarnya ini bukan sebuah perpisahan. Kita pasti akan berjumpa lagi.”“Kuharap begitu,” ucap Nero dengan wajahnya nampak murung. “Lihatlah mereka, terlihat gembira, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.”Kulihat Arena bundar telah di sesaki berbagai makhluk aneh. Mulai dari yang terlihat seperti manusia normal, hingga makhluk yang berbadan setengah manusia. Mereka seperti semut yang tengah berpesta gula, memadati jembatan yang terhubung ke arena bundar dari segala arah. Menyesaki Arena bundar seakan takkan dapat tempat. Berbagai margasatwa raksasa yang sejak tadi kulihat terbang mengitari langit Tumaya, kini satu
Baca selengkapnya
52. Meninggalkan Alam Tumaya
Ayah dan Lensana Hijau masing-masing berdiri di kedua sisi amfiteater, dan Lensana Merah berada di antara mereka. Ketiganya menjulurkan Mustika Dewa, lalu mestika Dewa memancarkan sinar yang mencorot seperti Laser raksasa, dan pertemuan ketiganya membentuk sudut cahaya yang menyilaukan. Mustika Dewa telah memutuskan cahaya, para Lensana juga telah berhenti menjulurkan Mustika Dewa. Namun sinar menyilaukan itu masih berkemilauan semakin terang dan mulai membentuk sebuah gelombang, gelombang yang awalnya kecil sekarang semakin besar membentuk pusaran bumi dari angin-angin. Energi dahsyat yang timbul dari gelombang itu menciptakan tekanan yang cukup tinggi, sehingga kami semua yang menyaksikan harus memperkuat pijakan agar tidak terpental ke belakang.Alora menyabet bahuku menyebabkanku berbalik menghadapnya, gadis itu kemudian memelukku ketika tubuhku telah sejajar dengan tubuhnya. Air matanya berhamburan di pipinya yang putih berseri dan berkemilauan karena balutan cahaya dari gelomban
Baca selengkapnya
53. Makhluk Pemakan Bayi
“Ayah mana bik?” tanyaku sambil mendekatinya. Bik Irah menjawab dengan terbata-bata, “Tu-tuan tuan sedang keluar.” Wanita itu sontak melepaskan kemocengnya, lalu berlari kecil mendekatiku, kemudian memijat-mijat bahuku sambil berkata dengan terisak-isak. “Tuan Nando darimana saja? Tuan dan nyonya sibuk nyari tuan muda setelah mereka keluar Rumah Sakit.” “Udah bik, jangan nangis iya,” aku mencoba menenangkannya. “Nando kan baik-baik aja.” "Iya tuan,” kata bik irah menahan isak tangisnya, seraya menghapus airmatanya dengan kanibo yang selalu ia sampirkan di pundaknya. “Bibik buatin minum iya.” “Boleh bik,” kataku. “Jus jeruk aja iyah.” “Iya,” kata bik Irah lalu bergegas menuju dapur. Sembari menunggu jus buatan bibik, aku berjalan menuju ke belakang rumah. Rumahku memiliki kolam renang berbentuk angka delapan, tempat itu sangat sejuk. Dulu aku sering menghabiskan waktuku untuk membaca buku di sana. Aku duduk di kursi kayu di tepi kolam sambil menatap langit biru yang bersih tanpa
Baca selengkapnya
54. Bertempur Melawan Makhluk Mengerikan
Ada beberapa orang yang masih berlalu lalang di koridor, tetapi mereka tidak melihatku. Penglihatan mereka buruk untuk menyadari keberadaanku yang tak kasat mata. Setelah tiba di titik dimana makhluk itu menembus jendela kaca di tepi koridor Rumah Sakit, aku meloncat dan melesat lurus. Lalu, menembus jendela kaca yang mendindingi koridor di tepi Rumah Sakit seperti menembus air yang kering dan tipis. Tepat di atap gedung yang paling bawah, aku berhenti dan mendarat, sebelum kembali mengejar dan berusaha melaju, menerpa, dan menembus angin di atas atap gedung Rumah Sakit. Aku merasakan tubuhku sangat ringan melecut dan mendarat di atap gedung. Aku menjejakkan kakiku di setiap celah dimana kakiku dapat menumpu. Mataku melirik tiap ruang yang dapat terjangkau, tetapi belum kutemukan ada tanda-tanda dari penguasa maut yang haus darah itu, apalagi kalau bukan manusia jadi-jadian itu. Sekitar beberapa menit lamanya aku bolak-balik seperti bayangan kelelawar meloncat, menembus udara di at
Baca selengkapnya
55. Hatiku Terasa Hancur
Tubuh sentilnya memang mirip, aku melepaskan cengkeraman sebelah tanganku, lalu pelan-pelan menyingkap rambut yang menutupi wajahnya. Dan hal itu menjadi sesuatu yang paling mengejutkan dalam hidupku. Tanganku bergetar melepas cengkeramanku, kakiku langsung melemas tak bertenaga hingga aku tersungkur melutut, dan jantungku berdebar-debar tak beraturan. Aku masih tidak percaya jika itu benar-benar Shelly. Hatiku masih sulit menerima kenyataan yang menyayat dadaku. Namun, ketika aku kembali menatap wajahnya. Gadis itu memang Shelly, bahkan darah di bibirnya tak dapat kuragukan lagi.Mengetahui gadis yang kucintai adalah makhluk yang mengerikan membuat tubuhku seperti berguncangan, ini lebih menyakitkan dari semua sakit yang pernah kualami, ini lebih menyiksa dari sakitnya bertransformasi, lebih panas dari ketika tubuhku tak menerima sel manusia kelelawar. Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan sakitnya, mungkin dadaku seperti telah dicabik-cabik ribuan kali dalam satu waktu, bahkan leb
Baca selengkapnya
56. Serangan Ratusan Makhluk Mengerikan
Makhluk itu hampir saja menusuk dadaku. Namun aku berhasil menghindar, lalu mengempaskannya sejauh ratusan meter keluar kamarku. Aku tidak segera keluar menyusul makhluk itu karena masih terpaku memandang ke luar gorden jendela yang masih bergoyang. Dari sela-sela gorden itu, ternyata makhluk itu tak hanya satu, ada puluhan makhluk seperti telah menunggu di luar rumahku. Makhluk-makhluk menyeramkan itu telah nangkring di atas pagar rumahku, matanya yang seperti arang panggangan menatapku dengan buas. Sebentar lagi makhluk-makhluk itu mungkin akan segera masuk dan menyerangku. Kutahu tidak ada lagi waktu untuk berpikir, dan bertarung di rumah ini akan membahayakan orangtuaku. Karena itu, aku segera melesat keluar kamarku. Begitu mendarat di halaman rumah, secara singkat aku sempat melihat makhluk seperti vampir telah siaga di beberapa sudut rumahku, di atas atap, dan di atas pagar. Tidak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, aku segera meloncat keluar pagar. Dan makhluk itu berusah
Baca selengkapnya
57. Diselamatkan Shally
Saat ini dadaku terasa semakin sesak karena lilitan siliman ular itu, tulang-tulangku terasa seperti telah diremukkan. Aku ingin menjerit menahan sakit, namun suaraku tak mampu keluar. Dan sialnya, aku merasa sedikit ngeri. Mungkin tak ada kesempatan lagi bagiku untuk hidup."Eh!"Setengah mati aku berusaha menghirup napas, kurasakan tenagaku yang cukup besar terkumpul di dadaku. Sekuat tenaga, aku mencoba merenggangkan tanganku yang terlilit bersama tubuhku. Tubuh ular mulai melenggang. Namun sepertinya manusia setengah ular itu tahu apa yang kupikirkan, ia membanting tubuhku di jalanan hingga aku terpelanting begitu kuat."Brugh! Bugh! Bugh!"“Akh!” sekarang aku bisa menjerit."Hi-yahh."Aku berhasil berdiri, namun kalajengking telah menyerangku dengan ekor raksasanya yang berbisa, tanganku berhasil menangkisnya dengan cekatan. Namun racunnya terasa berpacu di sebelah tanganku, dan rasanya lebih menyakitkan dari panasnya lahar yang mampu membuat semua benda meleleh."Aakh!"Benar-be
Baca selengkapnya
58. Apakah Ini Sayapku?
Melihat cakar di tanganku, mata Shelly melotot, sementara siluman ular berderak-berderak ke arahku. Cakarku masih menyala. Begitu manusia ular itu menjerit dan menyerangku dengan cakar di tangannya. "Matilah!""Hiyaahh!"Dengan sekali ayunan tangan, berguguran kuku-kuku dan sisik-sisik siluman ular itu. Nampak dadanya terbelah, sebelum pada akhirnya makhluk itu menjadi hologram dan hilang dalam kegelapan.Ratusan-ratusan makhluk-makhluk seperti vampir melesat ke arahku, namun sia-sia saja serangan mereka, cakarku takkan membuat kulitku tersentuh sama sekali. Dalam beberapa kali ayunan tangan, aku telah membunuh lusinan manusia vampir yang mencoba menyerangku.Tiba-tiba energi terasa bergejolak di dalam tubuhku. Energi itu tidak hanya mengalir ke tanganku, tetapi juga ke punggungku. Terasa seperti sesuatu akan keluar dari punggungku, sementara jemariku kian memanas."Aku harus segera memusnahkan sisa-sisa vampir ini sebelum aku kehilangan kesadaran," batinku.Aku mencoba menahan energi
Baca selengkapnya
59. Tawanan Raja Lacodra
Ketika aku membuka mata, sekujur tubuhku tidak bisa digerakkan karena puluhan rantai melilit dan menutupi tubuhku. Aku mencoba melepaskannya, "Le-pas!"Tapi tenagaku tidak cukup untuk membuka rantai itu. Aku menyapu sekelilingku, aku berada di sudut ruangan yang tertutup."Di mana ini?" batinku.Karena penasaran akan apa yang ada di balik ruangan itu, aku berteriak untuk mencari jawaban, "Apakah ada orang di balik ruangan ini?""Nando!" suara Selly terdengar menggema, meski jaraknya tidak jauh dari tempatku berada."Kamu di mana, Sel?!""Aku berada di balik ruangan mu," jawab Shelly."Apa yang kamu lakukan di situ?!" tanyaku."Sama sepertimu, aku disekap sebelum dihukum. Aku akan dihukum, tetapi kau akan lebih dulu menerima hukuman dari Raja Lacodra," jawab Shally."Sebelum dia menghukum kita, aku akan lebih dulu menghukumnya," ucapku dengan yakin."Apakah kamu masih memiliki sayap itu?" tanya Shelly.Aku yang baru saja menyadari kalau Sayapku sudah tidak ada di punggungku berusaha me
Baca selengkapnya
60. Aku Menyantap Siluman
Aku berhasil berdiri meski dengan susah payah. Tenagaku telah terkuras karena kehilangan banyak darah pada pertempuran sebelumnya, ditambah lagi ratusan rantai yang berbobot beberapa ton menambah bebanku. Kedelapan siluman berkepala buaya dan berbadan kekar yang memegang rantai dengan sigap telah lebih dulu berdiri sebelum aku berdiri.Sementara Raja Lacodra nampak masih emosi menatapku dengan mata reptilnya yang kini telah memerah seperti terbakar, ia kini mulai berceloteh, "Aku sudah tidak sabar ingin membunuhmu, akan kuminum darah seribu tahun di tubuhmu sebelum kujadikan jantungmu hidangan penutupku malam ini."Sepertinya pria itu tidak main-main dengan ucapannya, ke delapan tentakel guritanya keluar dari punggungnya seperti ular yang menjalar menudingku. Seperti kata Shally, racun di tentakelnya itu pasti akan merusak jantungku. Dan saat ini, aku tidak akan mungkin menang melawannya. Aku tidak akan bisa lolos dari tempat ini jika tidak menggunakan otak.Terpaksa aku akan mengecoh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status