Semua Bab Chaos After Being With You: Bab 11 - Bab 20
44 Bab
BAB 10 | Sama Saja
“Percuma saja menikah, jika mereka sama-sama tidak bahagia.” Kesalahpahaman sudah tidak lagi dapat dicegah diantara Raihan dan Airin. Saat sampai di rumah, Raihan melanjutkan untuk tidak terlalu memperdulikan Airin sehingga membuat wanita itu makin salah paham. Pintu kamar ditutup begitu saja dengan keras di depan Airin tanpa mempersilahkannya masuk terlebih dahulu. Hl itu sukses membuat Airin berpikir keras mengulang kejadian sehari ini, apakah dia ada kesalahan?Suasana rumah sepi dan hari sudah gelap. Badan Airin benar-benar meminta untuk diistirahatkan tapi masih banyak masalah yang harus dia hadapi sekarang.Dia mengurungkan diri masuk ke kamar dan melangkahkan kakinya ke dapur. Sejenak meluruskan punggung dan meneguk beberapa tegukan air yang melegakan te
Baca selengkapnya
BAB 11  | Airin dan Zahra
“Rasa yang ia miliki dengan Airin berbeda. Rasa aman, lega, dan tenang melangkah ke depan, sebagai sahabat yang selalu ada, belum dimiliki pada diri Zahra.” Pasangan muda yang baru saja ‘berbaikan’ kemarin itu sibuk menata perabot yang baru datang dari mobil pick up di depan rumah mereka. Candaan dan saling melempar godaan tak henti keluar dari mulut mereka. Sungguh begitu beruntung jika diberi kesempatan untuk hidup bersama dengan orang yang sudah lama kita kenal. Ada banyak yang sudah kita ketahui tentang orang tersebut, dan pula banyak alasan untuk memahami sifatnya yang membuat kita cepat luluh.Situasi yang sama terjadi pada Raihan dan Airin. 
Baca selengkapnya
BAB 12 | Agresif
Rumah baru Airin dan Raihan, atau lebih tepatnya adalah rumah yang sebelumnya disiapkan Raihan untuknya dan Zahra, terletak agak jauh dari rumah orang tua Raihan, tapi lebih dekat ke tempat kerja mereka.Hanya perlu berjalan kaki melewati 2 lampu merah untuk sampai ke tempat kerja Raihan, dan satu kali naik metromini ke tempat kerja Airin. Memang, rumah ini terletak di perumahan elit yang rimbun di tengah kota metropolitan. Mobil bisa langsung masuk ke depan lobi dan menurunkan penumpang tepat di depan teras yang bernuansa warm white itu. Setelah insiden sofa tadi siang, Raihan malas membangkitkan dirinya untuk beraktivitas. Dia lebih suka seperti saat ini, berbaring, melihat Airin mondar-mandiri di depannya. Apalagi ia sedang dicampakkan, maka makin semangat ia mencari
Baca selengkapnya
BAB 13 | yang sebenarnya bukan milik.
Sinar matahari pagi mencoba masuk di sela-sela kelambu yang masih tertutup rapat. Mencoba mengingatkan dua insan yang saling berangkulan di atas ranjang bertutup selimut warna soft blue itu agar segera bangun dan memulai hari mereka.Tapi apalah daya, tidak ada satupun dari mereka yang berkutik atas peringatan mentari pagi. Wajar saja, mungkin mereka kelelahan oleh aktivitas yang seharian tanpa henti di kemarin hari. Pagi hingga petang, Raihan dan Airin disibukkan dengan urusan perpindahan rumah, perabot, hingga mengunjungi orang-orang penting di komplek perumahan mereka untuk sekedar bertegur sapa.Bukan dengan maksud tertentu, hanya saja agar mereka bisa full seharian tidur dan berbaring
Baca selengkapnya
BAB 14 | (Bukan) Pelampiasan
Benar saja.Saat ini, mereka berakhir di atas Sofa dengan Raihan yang bertelanjang dada, dan Airin yang memakai oblong longgar milir Raihan. Flashback Dua Jam yang LaluRaihan mengeratkan pelukan Airin, lalu membawa gadis itu ke atas pangkuannya. Dia semakin membenamkan kepalanya di ceruk leher bawah Airin dan mencari kehangatan di sana. Setiap kepalanya bergelut dengan keadaan yang memaksanya harus menerima semuanya, pelukan dan sentuhan fisik Airin selalu menjadi obat yang paling manjur untuk mengembalikan kesadaran dan tekanan darahnya.Tangan pria itu mencari celah di bawah kaos yang Airin kenakan, mencoba menerobos masuk menyentuh kulit yang sudah memanas mengikuti keadaan di antara mereka sekarang. Sang empunya hanya bisa mengeratkan dek
Baca selengkapnya
BAB 15 | Diskusi Panjang
Airin bangkit, wajahnya memanas melihat ekspresi Raihan yang mencoba mengalihkan pandangan dari tubuhnya yang nyaris telanjang jika kain yang menutup itu bergeser lagi. “Kayak lo belom lihat semua, aja!” Ucap Airin mencoba santai.Raihan menyetujui pernyataan Airin barusan. Dia toh sudah melihat setiap lekuk tubuh sahabatnya itu. Setelahnya, badan Raihan masuk di sela-sela kaki Airin yang membuat wanita itu memelukkan kakinya di pinggang Raihan. Airin yang awalnya kaget, mencoba menetralisir rasa malu dan salah tingkahnya, seperti yang ia katakan, Raihan sudah lihat semuanya.
Baca selengkapnya
BAB 16 | Diskusi Panjang II
“Can we continue to the next discussion topic?” Ucap Airin di tengan-tengan saat Raihan ‘belajar’ memeluknya. “Hmm..” Raihan melepaskan rengkuhannya lalu mengeratkan dress yang asal dililitkan untuk membantu menutupi pinggang Airin.Mereka berdua duduk di sofa. Raihan memandangi netra teduh yang tak pernah ia bosan menatap selama 20 tahun terakhir. Ia tidak tahu ini bagian dari bab pembelajaran untuk menerima takdirnya yang baru bersama Airin, atau hanya nafsu yang sekedar lewat lalu tak pernah permisi untuk pergi.Netra itu, tempa
Baca selengkapnya
BAB 17 | Harapan Ibu Raihan
“‘Sampai kapan’ Terkadang Airin melontarkan kalimat itu, bukan lagi pertanyaan, tapi sudah berupa sebuah pernyataan, karena sepertinya itu adalah kalimat berita, bukan lagi suatu hal yang perlu dijawab.” Benar saja, di pagi hari, kejadian tidak terencana datang menghampiri hidup pasutri dadakan yang –berusaha– damai. Ibu Raihan, satu-satunya orang yang punya akses melewati satpam rumah Raihan dan Airin selain diri mereka sendiri, datang berkunjung di pagi hari.Lebih tepatnya, posisinya saat ini adalah mengomel di depan pintu masuk utama, karena tuan rumah tidak kunjung membukakan pintu untuk dia. Padahal teriakan mereka sudah disaut dari tadi.Bagaimana membukakan pintu, saat tahu sang ibu berada tepat di pintu depan rumahnya, Raihan dan Airin y
Baca selengkapnya
BAB 18 | Ini berat.
“HAAHH!” Pukul 2 dini hari, di kamar utama rumah Cempaka, nama komplek perumahan Raihan, Airin terbangun secara tiba-tiba. Nafasnya terengah-engah dan keringatnya deras melewati dahi hingga turun menetes di dagunya. Ia bermimpi buruk. Ada seseorang menangis dalam mimpinya, mengejarnya dengan penuh permohonan. Sementara dirinya berusaha menghindar. Anehnya adalah dalam mimpi itu, dia tidak takut dengan sosok yang mengejarnya, melainkan takut dengan orang-orang yang melihatnya. Melihat orang-orang melihatnya dengan tatapan penuh tanda tanya dan berusaha menghentikan langkah kakinya, membuat dadanya sesak.Airin hendak menarik tangannya untuk mengelap keringat di dahi, tapi baru sadar bahwa telapak kirinya dipegang erat oleh Raihan yang tidur m
Baca selengkapnya
BAB 19 | a Morning Kiss
“Did I do something wrong last night?” Tanya Raihan melihat Airin sudah sibuk di dapur sejak pagi dengan mata yang membengkak. Takut-takutnya, ada sesuatu yang dirinya lakukan dan menyinggung Airin tanpa sadar. Seingatnya, dia bukan peminum yang membuat dia mabuk dan berakhir melakukan hal yang salah. Seingatnya juga, hubungan mereka baik-baik saja kemarin sore bahkan sebelum tidur untuk mematikan lampu mereka masih berpelukan. “Maksudnya?” Airin memalingkan mata dari Raihan.Oh ayolah, hanya Raihan yang bisa mengelabui Airin dengan emosi palsunya, wanita itu tidak akan pernah bisa menyembunyikan apapun darinya. Apalagi terlihat jelas mata bengkaknya yang menonjol tak seper
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status