Semua Bab MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA: Bab 31 - Bab 40
68 Bab
31. Penyekapan
"Elu gak akan bisa bertemu dengan bos tampan itu, Ran," cibir Didan meremehkan."Maksud kamu apa?" cecarku menahan emosi."Elu, mau kita bawa nemuin Bos Tama," jawab Didan dengan senyum dingin.Aku ternganga mendengarnya. Kepala ini menggeleng lemah saking syoknya. "Didan, kamu ....""Ya, gue orangnya." Didan menatapku tajam, "gue orang yang udah naruh extacy di kamar elu," terang Didan dingin.Aku membeku. Sementara Didan kembali menyeringai lebar Sedangkan teman-temannya tergelak puas."PLAK!"Muntab membuat aku menampar pipi kanan Didan. Pemuda itu terkejut."Dasar pengkhianat!" Aku mengecam sambil  memukul-mukul dada Didan. "Bang Rain dan Iqbal udah baik sama kamu. Mungut kamu dari jalanan, tapi malah khianat, kenapa hah?!" gertakku sembari terus menyerang pemuda kurus itu."
Baca selengkapnya
32. Permohonan Bambang
POV 3Rain sedang berada di office salah satu gerai karaokenya. Dia, Nathan, dan juga Iqbal baru saja melakukan pengecekan terhadap pembangunan gerai karaokenya yang berada di Depok. Semuanya sudah finish. Rencananya mereka akan melakukan pemotongan pita tiga hari lagi."Napa sih? Mondar-mandir terus dari tadi?" tegur Nathan pada Rain lumayan heran. Sang sahabat yang biasa terlihat tenang, kini tampak gelisah. Di sofa Iqbal juga merasakan hal yang serupa.Rain menggeleng pelan. "Gak tahu perasaan gue gak enak banget hari ini. Gelisah tanpa alasan." Dia terdiam sejenak, "ini tuh persis kayak ...." Rain membuang muka dan tidak melanjutkan ucapannya."Kenapa Rain?" Nathan yang penasaran mendesak.Rain tidak menanggapi pertanyaan Nathan. Lelaki itu merogoh kantong celananya. Dia mengambil ponsel, lantas mencari nomor kontaknya Kiran.
Baca selengkapnya
33. Menemui Tama
Rain bergeming. Dia bingung harus menjawab apa. Di sisi lain dia sudah mulai menyayangi Kirani. Namun, di lain pihak hatinya tetap berpegang teguh jika Shila masih hidup. Rain tidak mungkin mengkhianati cinta pertamanya itu."Jawab, Rain!" Bambang kembali mengguncang tubuh Rain. "Ini adalah permintaan sederhana dari seorang ayah yang selalu merasa bersalah telah menyeret anaknya ke lembah dosa.""Kiran tidak melakukan dosa apa pun." Rain menyela."Tapi hubungan antara pria dan wanita tanpa adanya ikatan dalam satu atap tidak dibenarkan, Rain," sahut Bambang membeberkan alasannya. "Tolong jangan buat Kiran terlihat rendah di mata orang karena kumpul kebo dengan kalian semua," mohonnya dengan kedua tangan menangkup.Rain tercenung. Demi melihat wajah nelangsa Bambang, dia mengangguk perlahan. "Baiklah, akan kunikahi anakmu." Dia berjanji dengan serius.Bambang menipiskan senyum. "Sekarang cepat cari Kiran sampai dapat!" suruhnya tegas."Baik!"
Baca selengkapnya
34. Pertempuran
"Elu, elu, dan elu semua akan mati di tangan gue. Ha ... Ha ... Ha," ancamnya dengan mengarahkan senjatanya pada Iqbal, Rain, dan Nathan. Sementara Bambang terus ia sekap.Anak buah Tama yang menyergap Kiran berhamburan keluar. Semuanya tampak siap berjaga-jaga membela sang bos. Tidak terkecuali Didan.Aliran darah Iqbal naik dua kali lebih cepat begitu melihat keberadaan Didan. Dia tidak menyangka pemuda kalem dan santun itu ternyata seorang pengkhianat. Andai Bambang dan Kiran sedang tidak jadi tawanan, sudah Iqbal hajar pemuda itu."Didaaan! Ikat tua bangka ini!" teriak Tama sembari menendang tubuh Bambang.Pria pertengahan empat puluhan itu terjengkal. Melihat itu Rain, Nathan, dan Iqbal sudah siap menolong. Namun, tangan Tama sudah lebih cepat mengarahkan moncong senjatanya pada dahi Bambang kembali. Terpaksa ketiga kawan itu harus bersabar menunggu situasi yang tepat. Mereka tidak mau gegabah yang dapat mengakibatkan kesalahan fatal. Ra
Baca selengkapnya
35. Nasib Bambang
"Bapaaak!" Kirani terus saja menyebut nama bapaknya. Gadis itu menepuk-nepuk pipi Bambang. Berharap sang ayah akan segera bangun. Ketakutan melanda jiwanya. Saat Bambang masih berlaku kasar pada keluarganya, Kirani sempat memilih lebih baik tidak punya ayah saja. Nyatanya kini hatinya tidak rela jika pria itu menghembuskan napas terakhir.Iqbal dan Nathan mengangkat tubuh Bambang yang pingsan. Tadinya mereka mau memanggil ambulance dan tenaga medis. Namun, Kirani melarang. Gadis itu khawatir ayahnya tidak akan tertolong jika menunggu ambulance datang. Terpaksa Iqbal dan Nathan membawa Bambang masuk ke mobil. Sementara Rain dipapah oleh Ayon dan Bang Tigor. Keduanya membawa Rain yang pincang ke mobil yang satunya lagi. Kedua mobil itu langsung meninggalkan tempat kejadian perkara.Di lain pihak, Komandan Bumi berhasil meringkus Didan dan kawanannya. Semua anak buah Tama digiring ke mobil polisi bak terbuka. Keenamnya d
Baca selengkapnya
36. Menunaikan Janji
Di tempat terpisah Bambang dan Rain menjalani operasi pengangkatan timah panas. Operasi berlangsung sekitar dua jam lamanya. Tepat pukul setengah sebelas malam, dokter yang menangani berhasil mencabut peluru dari masing-masing tubuh Rain atau pun Bambang.Kondisi tubuh Rain yang fit membuatnya langsung dipindahkan ke ruang pemulihan. Namun, itu tidak berlaku pada Bambang. Kondisi tubuhnya menurun. Bahkan menyentuh level kritis.Di kamar lain, setelah mendapatkan pengobatan Kirani tertidur. Kekerasan yang ia dapat baik verbal mau pun fisik membuatnya terkapar. Bahkan punggungnya mengalami luka dalam, akibat hantaman keras dari Didan waktu itu.Kirani baru membuka mata keesokan harinya. Tidak ada ibu atau Gadis. Hanya ada Mita yang duduk menunggu dia bangun."Mit, bagaimana keadaan bapak aku?" tanya Kirani langsung bangkit duduk."Eum ... Bapakmu ... dia--""Bapak kenapa, Mit?" sela Kirani tidak sabar."Bapakmu belum sadar. Masih ada di
Baca selengkapnya
37. Kegetiran Hati Iqbal
Ada rasa perih menyusup hati Iqbal, saat mendengar perintah itu. Dia sadar hal itu pasti akan terjadi. Namun, Iqbal tidak menyangka jika secepat ini dia harus kehilangan Kirani.Selama ini Iqbal terus menyemangati diri. Bahwa sebelum janur kuning melengkung, Iqbal masih punya kesempatan untuk mendekati Kirani. Jauh sebelum bertemu dengan Kirani di markas, Iqbal terlebih dulu mengenal gadis itu saat masih sekolah.Iqbal yang masih jadi pencopet sering kali bertemu dengan Kirani di dalam bus. Wajah Kirani yang manis, serta tingkah lakunya yang baik membuat Iqbal terkesan. Hampir setiap pagi dia sengaja menunggu di halte tempat Kirani menunggu bus untuk berangkat ke sekolah.Kirani yang baik akan selalu memberikan tempat duduknya pada orang tua yang tidak kebagian. Kirani tidak sungkan memberi uang lebih pada para pengamen. Terutama anak kecil. Kirani bahkan pernah membelikan Iqbal sebuah plester saat pemuda itu habis terjatuh dari bus. Sayangnya setel
Baca selengkapnya
38. Pernikahan
Kirani menatap Iqbal dalam-dalam. Ketulusan yang terpancar dari iris hitam itu membuat Kirani luluh. Dirinya diam saja saat Iqbal merangkul pundaknya. Saat pelayan menyuruhnya tersenyum pada kamera, Kirani menurut.Pelayan itu mengambil sekitar tiga gambar. Setelah setelah dirasa cukup, Iqbal dan Kirani kembali berganti pakaian biasa. Keduanya menuju kasir. Iqbal melakukan pembayaran.Keduanya lantas meninggalkan butik. Kini Iqbal membawa Kirani ke toko perhiasan. Mereka akan membeli cincin kawin.Tiba di toko perhiasan, Kirani langsung memilih cincin yang tepat untuk jari manisnya. Gadis itu juga memilihkan cincin untuk Rain. Lagi-lagi ukurannya disesuaikan dengan besar jari manisnya Iqbal."Kamu mau mahar apa?" tanya Iqbal sembari mengamati cincin di jari manisnya."Apa ya?" Kirani mengelus-elus cincin kawin di jari manisnya. "Eum ... aku mau kalung dengan liontin
Baca selengkapnya
39. Ketika Ingga Ketemu Mita
"Plis, Rain, dengerin dulu penjelasan aku."  Shila menangkupkan kedua tangan. Memohon pengertian dari sang kekasih."Gak ada yang perlu dijelasin. Semuanya sudah jelas," balas Rain tampak kecewa."Apa yang terlihat itu gak seperti apa yang kamu duga." Shila masih berusaha menjelaskan."Semuanya sudah jelas, Shil. Aku lihat dengan mata kepala sendiri kamu bermesraan dengan Tama.""Itu gak bener!" Shila menyangkal dengan sedih. "Tama hanya berniat membantu." Gadis itu mencoba menjelaskan.Rain menghela napasnya. "Selama ini aku gak pernah percaya pada rumor yang mengatakan jika kalian ada main di belakang aku. Gak ... aku gak percaya, tapi sekarang aku sadar ... hatimu memang mendua.""Rain, aku nungguin kamu berjam-jam. Kamu yang berjanji, tapi sering kali yang mengin
Baca selengkapnya
40. Rahasia Ingga
"Sttt!" Mita kembali mendesis. Gadis itu terus meniup lututnya yang masih berdarah."Ayo sini saya bawa ke dokter!" Ingga yang sudah sadar dari lamunannya mengulurkan tangan.Mita menjabat tangan gadis yang telah menyerempetnya itu. Sayangnya ketika dia bangkit ternyata lututnya benar-benar sakit dan sulit digerakkan. Ingga terpaksa memapah Mita agar bisa berjalan menuju mobilnya."Kalo boleh tahu namanya siapa, Mbak?" tanya Ingga berbasa-basi begitu mereka masuk mobil."Saya Mita," jawab Mita dengan melengkungkan bibir. Gadis itu mengulurkan tangan."Kenalkan nama saya Ingga." Ingga menjabat tangan Mita.Kedua gadis itu saling melempar senyum manis. Kemudian Ingga mulai melajukan mobil. Dirinya mengarahkan mobilnya menuju klinik terdekat."Tinggal di mana, Mbak?" tanya Ingga lagi. Tangannya fokus mengendalikan roda kemudi.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status