Semua Bab Jerat Cinta Bodyguard Tajir: Bab 81 - Bab 90
152 Bab
81. Tantangan Baru
"Gak mbak, saya tahu kalau mereka gak bisa di percaya, mereka pernah tanya sih, tapi saya bilang Brama anak mas Marchel." Jelas Narti"Kamu tolong temani Brama ya, saya mau masak solanya, Mami Pesan sayur lodeh sama ikan bawal goreng." Asha langsung tinggalkan Narti di ruang tamu, dia menuju ke dapur.***Setelah dari paviliun, Mami Marchel cerita sama Papi,"Mami tadi ke paviliun ketemu Marchel?" Tanya Philip sama Mami yang membawa secangkir teh dan cemilan.Mami meletakkan teh dan cemilan di atas meja tamu, "Wong Marchelnya udah jalan kerja Pi dari pagi sekali, Asha tadi cerita kalau dia lagi program hamil untuk anak kedua Pi."Philip baru saja mau minum teh, mendengar kabar program hamil Asha dia jadi penasaran, "Kok bisa kebetulan gitu ya mi? Baru aja kita omongin, serius itu mi?" Tanya Philip dengan penasaran"Serius Pi, Asha aja senang banget kok menceritakannya.""Syukur deh mi, semoga Marchel gak cuma punya anak satu kayak kita ya mi?"
Baca selengkapnya
82. Jabatan Sesungguhnya
Marchel sudah tahu posisi jabatannya yang sesungguhnya, namun dia berusaha untuk tetap bersikap sebagai Wakil Direktur. Namun secara pelaksanaan wewenang, dia sudah menjalankan fungsi sebagai Direktur Utama. Secara etika dia tetap selalu konsultasi dan kordinasi dengan Subianto, Direktur Utama. Dalam masa adaptasi, Marchel sangat hati-hati dalam menjalankan tugasnya, dia tidak ingin para senior di perusahaan itu merasa dilangkahi. Sebagai pemimpin perusahaan dengan usia yang masih sangat muda, Marchel harus siap menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Di PIDWI Corporation, banyak sekali karyawan wanitanya, terutama di bagian administrasi dan purchasing. Hari pertama bekerja, Marchel lebih banyak melakukan angjangsana ke berbagai departemen, di dalam lingkup perusahaan. Marchel harus mengetahui lebih dini potensi yang dimiliki perusahaan. Tidak semua karyawan perusahaan menyukai keberadaan Marchel di perusahaan tersebut, karena biar bagaimana pun Marchel di
Baca selengkapnya
83. Impian Marchel dan Asha
Marchel dan Asha mengajak Brama untuk bercanda. Brama berada di pangkuan Asha, Marchel menggoda Brama seakan-akan tidak berjarak sama sekali antara Brama dan Marchel, meskipun Brama bukanlah darah dagingnya.Sikap yang di perlihatkan Marchel, membuat Asha tambah yakin dengan program kehamilannya. Sedikit pun tidak terlihat kalau Marchel merasa kalau Brama bukanlah anaknya, Brama di perlakukannya dengan penuh kasih sayang. Asha sangat bangga dengan sikap Marchel pada Brama."Mas.. apa sih yang ada di benak kamu saat mengajak Brama bermain?" Telusur Asha"Aku melihat Brama seperti layaknya anak-anak seumuran dia, yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Aku mau nanti kalau dia sudah besar, dia merasa akulah ayahnya." Jawab MarchelAsha merasa terharu dengan jawaban Marchel, "itu tulus gak mas? Atau karena kamu mencintai aku?" Cecar AshaMarchel merasa pertanyaan Asha mengujinya, "kamu masih mau menguji ketulusan aku Sha? Bukanlah aku sudah membuktikan sem
Baca selengkapnya
84. Menolak Fasilitas Kendaraan
"Mama mau bawa Narti dan Brama ke America, saat aku hamil nanti." Lanjut Asha dengan senyam-senyum"Kok kamu senang sih? Kan Brama masih minum ASI Sha? Lagian juga pak Bram belum tentu kasih izin Sha.""Urusan itu mah gak perlu izin om Bram mas.. kan aku ibunya Brama, yang urus Brama, aku kasihan sama Mama mas.. dia kesepian.""Berapa lama Sha? Ntar kalau Papi dan Mami tanya aku jawabnya gimana? Kan mereka tahunya Brama anak aku sama kamu?" Cecar MarchelAsha tidak bisa menjawab berbagai pertanyaan Marchel, "iya juga ya mas.. aku sih kemarin iyakan sih keinginan Mama, habis dia ingin banget dekat sama Brama."Marchel melihat apa yang ingin di lakukan Asha, ada keinginan membahagiakan Mamanya, hanya saja caranya salah."Aku sih ngerti keinginan kamu itu Sha, kamu ingin menyenangkan Mama, sehingga kamu tidak pikirkan efeknya pada kamu sendiri.""Kalau gitu aku harus kasih tahu Mama mas, bilang aja Brama masih perlu istirahat, belum bisa dibawa dalam wa
Baca selengkapnya
85. Gossip Marchel dan Suci
Di rumah, Philip terlihat sedang terlibat pembicaraan telepon dengan seseorang, "Lho? Dia tetap menolak fasilitas kendaraan perusahaan?" (Mendengarkan) "Di kasih supir juga gak mau? Aneh itu anak.. ya udah tunggu saja sampai dia membutuhkannya."(Mendengarkan) "Ikuti saja keinginan dia dulu pak, yang penting di monitor terus aja." Tutup PhilipMami Marchel yang ikut menguping dari tadi menanyakan, "apa alasan Marchel menolak fasilitas Pi?""Katanya sih ingin menciptakan iklim kerja baru di perusahaan mi.. ya biar ajalah, siapa tahu bisa mengubah keadaan." Jawab Philip"Papi dulu waktu muda keras kepala seperti Marchel gitu ya?" Sindir Mami"Ya memang gitu, kuat memegang prinsip.. dan sangat percaya diri, Papi sih bangga sama Marchel, dia gak cengeng mi.""Tapi ambekan.. kayak Papi," kelakar Mami sambil ngeloyor pergi. Philip yang mendengar kelakar Mami, hanya terdiam sambil memandang ke arah Mami yang terus ngeloyor ke arah dapur
Baca selengkapnya
86. Mama Asha Datang
Marchel yang sedang makan siang, tidak mengetahui kehebohan yang terjadi diluar ruangannya. Di ruangan CCTV, Suci minta hasil rekaman dan dia record dengan ponselnya. Dengan begitu dia bisa langsung klarifikasi. Gossip itu pun sampai ketellinga Subianto. Suci pun langsung klarifikasi dengan memperlihatkan hasil rekaman CCTV dari kejadian sebenarnya pada Subianto. Gossip itu pada akhirnya hilang begitu saja setelah di klarifikasi oleh Suci. Begitu Marchel tahu tentang gossip itu dia hanya senyum menanggapinya. Peristiwa itu menyebabkan semua karyawan menjadi waspada, karena setiap ruangan diawasi dengan kamera CCTV. Padahal sebelumnya hanya karyawan tertentu yang tahu ruangan mana saja yang dipasang CCTV. Melalui Suci, Marchel mengingatkan pada karyawan agar bisa menjaga kondusivitas dilingkungan perusahaan. Jangan terlalu cepat menyebarkan gossip yang belum diketahui kebenarannya. Marchel tidak ingin memperpanjang persoalan gossip yang beredar, dan tidak ing
Baca selengkapnya
87. Mencari Papa Asha
Selesai meeting sama klien Marchel pulang ke rumah, karena dia harus menghormati mertuanya yang baru datang dari Amerika. Kedatangan Marchel di rumah disambut gembira oleh mertuanya. Sambil menggendong Brama mertuanya menyambut Marchel, "Marchel.. selamat ya dengan jabatan baru kamu, semoga kamu bisa mensejahterakan keluarga kamu." Sambut mertua Marchel. "Aamiin.." jawab Marchel. "Mama juga.. selamat datang ya Ma, semoga Mama betah di Jakarta." Balas Marchel"Ya Mama betahlah dekat kalian.. apa lagi ada si Bule ini yang bikin Mama kangen.""Lho? Kok kangennya cuma sama cucunya aja ma? Sama anaknya ini gak kangen ya?" Kelakar Marchel sambil memeluk Asha. "Nah.. itulah bedanya orang tua kalau sudah punya cucu, ya kangennya pindah ke cucu." Ujar Mama Asha dengan mengerlingkan matanya ke arah Asha"Jatah anaknya juga pindah ke cucu ya Ma? Apes dong kalau gitu Mama Brama?" Sindir Asha"Tetap dong.. kalau soal jatah Mamanya tetap nomor satu." Jawab Mama
Baca selengkapnya
88. Mengungkap Keberadaan Papa Asha
"Mama sudah melewati berbagai persoalan yang lebih berat dari ini Sha, mantan suami Mama ini masih terbilang baik dan fair, dia memperhitungkan jerih payah Mama." Lanjut Melissa. "Asha juga banyak godaan Ma.. Marchel itu banyak sekali yang menyukainya. Tapi, Asha bingung dia tetap memilih Asha.. sayang sama Asha dan Brama.""Makanya.. kalau punya suami yang baik, kamu jangan galak-galak. Lelaki seperti itu memang banyak yang suka, kamu jangan menjauh dari dia." Nasehat MelissaMelissa juga cerita pada Asha, kenapa dia sampai berpisah dengan Papanya. Dia cerita kalau dirinya terlalu galak dengan Papanya, karena saat itu keduanya masih sama-sama muda. Sementara Papanya Asha orangnya juga temperamental, sehingga tidak ada yang mau mengalah."Mama sampai sekarang tidak pernah tahu Papa ada dimana?" Tanya Asha. "Mungkin bi Hana tahu, coba aja kalau kamu ketemu bi Hana nanti tanya sama dia." Jawab Melissa"Bi Hana selalu bilang gak tahu Ma, soal Mama aja di
Baca selengkapnya
89. Sebuah Titik Terang
Bi Hana tidak langsung menjawab keinginan Melissa dan Asha, dia penuh dengan pertimbangan, karena dia memegang teguh komitmennya dengan Yanuar yang merupakan abangnya. Yang membuat Asha prihatin, Papanya ada dilingkungan orang yang berkecukupan, tapi tidak ada satupun yang peduli dengan bi Hana.Ternyata, berdasarkan penjelasan bi Hana, status bi Hana pun di rahasiakan Yanuar kepada keluarga isterinya, karena tidak ingin hubungan keluarganya dengan bi Hana di ketahui keluarga isterinya. Yanuar gengsinya besar, sehingga tidak ingin asal-usulnya di ketahui oleh keluarga isterinya."Jangankan kamu yang anak kandungnya Sha, Bibi yang juga adik kandungnya aja tidak pernah dia perkenalkan pada keluarganya, karena dia tidak ingin terlihat dari kalangan susah." Jelas bi Hana"Sampai hati sekali Yanuar Han merahasiakan dirinya, kok aku seperti tidak mengenal Yanuar jadinya Han.." ucap Melissa"Yaudah bi.. Asha juga tidak ingin ketemu Papa kalau gitu, biar aja dia hidup d
Baca selengkapnya
90. Asha Satu Lift dengan Yanuar
Selepas sarapan pagi, Asha mau turun ke lantai dengan Brama dan Narti. Begitu lift terbuka mereka masuk. Di dalam lift ada Yanuar, masing-masing tidak saling mengenal karena terpisah oleh jarak waktu yang cukup lama.Ada terbersit di benak Yanuar saat menatap wajah Asha, dia teringat wajah Melissa saat masih muda. Namun Yanuar hanya menduga-duga. Sebaliknya Asha hanya merasa kagum dengan wajah Yanuar yang handsome dengan kematangan usianya. Masing-masing dengan pikirannya sendiri."Laki-laki ini tua dan tampan, kematangan dan kemapanannya tercermin dari penampilannya.. kalau saja aku ketemu dia satu tahun yang lalu, aku sudah goda om ini." Ucap Asha dalam hatinyaAsha tidaklah tahu kalau laki-laki yang ada dihadapannya adalah Papa yang sangat di rindukannya. Sementara Yanuar sendiri pun berkata dalam hati,"Apa iya ini anakku dengan Melissa? Yang aku tinggalkan dua puluh tahun yang lalu? Gurat wajah Melissa sangat kuat di wajah perempuan muda ini." Kata hati Yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status