Semua Bab Tiga Cawan Sakti: Bab 21 - Bab 30
43 Bab
PART 20
Lima hari lebih aku menghabiskan waktu di rumah Elgar tanpa pernah keluar sekalipun kecuali di sekitar Cornwall untuk mencari jamur dan sesekali membantu  Katheleen mencari tanaman herbal. Rasanya seperti terpenjara dan membuatku bosan setengah mati.Aku tak tahan terkurung dan berdiam diri tanpa melakukan apapun. Walaupun sulit untuk kembali ke Glaze, aku benar-benar mengkhawatirkan rumahku. Ayahku pasti begitu sedih setelah melihatku meninggalkan Glaze. Tapi aku tak akan menyesalinya, aku rela mengorbankan apa yang kumiliki untuk mencapai apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin kedamaian tetap berlangsung.Kathleen dan Elgar mungkin sudah bosan melihatku duduk di dekat jendela sepanjang hari. Bahkan aku bisa menghabiskan waktu seharian tanpa melakukan apapun. “Sampai kapan kalian mengurung kami disini? Aku tak tahu apa yang terjadi di Glaze dan aku tak bisa melakukan apapun.”“Di luar tak aman Jenna, tidak hanya penyihir-p
Baca selengkapnya
PART 21
Kami berencana menyusup ke Glaze untuk melihat apa yang terjadi sekarang. Instingku terus mengarahkanku agar aku cepat pulang ke Glaze dengan cara apapun. Aku menulis surat pada Kingsleigh dan mengirimkannya lewat burung Merpati."Kingsleigh, aku dan Alden baik-baik saja sekarang dan kami berada di suatu tempat yang aman. Aku memang tak punya alasan untuk pulang, tapi kau harus tahu kekacauan yang sedang terjadi di Glaze. Sebagai Hunters, instingku memanduku. Kupikir tak ada cara lain untuk memasuki Glaze selain menyusup secara diam-diam, tapi aku memang harus melakukannya. Hanya kau yang bisa aku ajak bicara tentang hal ini, karena aku yakin kau masih mempercayaiku sepenuhnya. Aku tak mau melibatkan ayahku dan membuat masalah semakin rumit jika ada orang lain yang tahu. Tolong katakan pada ayahku bahwa aku baik-baik saja dan aku sangat menyayanginya. Temui aku di belakang rumahku besok malam, dan bawakan beberapa senapan untuk kami."           
Baca selengkapnya
PART 22
Bagaimana dengan senjata yang kami minta?” tanya Alden.“Kalian jadi seperti perampok sekarang!” Kingsleigh tertawa.“Kami akan jadi apapun demi bertahan hidup. Kau tak tahu, kehidupan di luar tembok kita begitu berbahaya.” Alden merebahkan diri di sebelahku.“Tenang saja Tuan, aku sudah menyiapkan semuanya. Semua senjata yang kalian minta, aku menyiapkan yang terbaik.” Kingsleigh membuka pintu kecil di belakang tumpukan kotak-kotak kayu yang sudah lapuk. Ternyata dia telah menaruh puluhan senjata di ruangan ini yang semuanya masih baru dan belumpernah digunakan. Aku penasaran bagaimana Kingsleigh bisa mendapatkan semua senjata ini tanpa ketahuan.“Ini rahasia, hanya ayahmu dan aku yang tahu. Glaze sedang tidak stabil, para penyihir terus melakukan teror. Setelah kau ditangkap, para Hunters seolah saling tidak mempercayai satu sama lain. Kami tidak lagi kompak. Jika hal ini dibiarkan terus, Glaze bisa han
Baca selengkapnya
PART 23
Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Francis Blake tengah berbaring dengan tangan dan kaki terikat serta mulut tersubal tali di dalam sebuah kurungan besi. Secara reflek aku mendekatinya, namun Alden mencegahku.“Tunggu! Bagaimana kau bisa ada disini?” Alden terlihat tak percaya.Blake berusaha keras untuk menjawab. Namun karena mulutnya tersubal tali, Ia hanya mengeluarkan erangan tidak jelas sambil meronta ronta. Kingsleigh berlutut di depan kurungan untuk memastikan bahwa lelaki itu benar-benar Blake.“Ini aneh, bagaimana bisa ada dua Francis Blake di saat yang sama?””“Apa kau melihat dia sebelumnya?” tanyaku.“Francis Blake tak sekalipun menjauh dari sisi Chaz dan kawan-kawannya. Aku juga menyaksikan semua yang dia lakukan padamu di ruang inteeogasi. Tapi aku tak tahu apa tujuan dari lelaki satu ini.”“Jika dia benar-benar Blake, lalu siapa yang bersama Chaz sekarang?” aku benar-benar tidak mengerti.“Sepertinya dia bisa menjawabnya.” Kingsleigh
Baca selengkapnya
PART 24
Suasana mulai agak membaik saat ayahku berlari di antara kerumunan. Beberapa orang menghindar untuk memberinya jalan.“Ayah!” Aku menghampirinya dan memeluknya. Setelah sekian lama tak bertemu, aku benar-benar merindukannya.“Akhirnya kau kembali Jenna! Ayah sangat merindukanmu, dan ayah selalu berharap kau baik-baik saja.”“Aku juga merindukan Ayah.” Jawabku sambil menyeka air mata agar aku tak terlihat lemah. “Ayah! aku tak pernah menghianati Glaze sekalipun. Semua yang telah kulakukan adalah demi kalian, tetapi kalian salah paham dengan cawan perak itu.” ujarku dengan suara lantang agar semua orang bisa mendengarku.“Lalu bagaimana kau bisa menyimpan cawan perak milik para penyihir itu di kamar tidurmu?” tanya salah seorang pemburu.Aku terdiam sejenak dan berusaha memikirkan jawaban yang paling tepat. Jika aku tak hati-hati, justru ucapanku bisa menyerangku sendiri.“Aku ta
Baca selengkapnya
PART 25
Orang-orang masih sibuk melawan penyihir-penyihir itu, sementara kami bertiga menjauhi lapangan untuk mencari Millorick. Seperti dugaanku, rumah besar dibiarkan kosong tapa penjagaan. Semua orang sibuk melawan anak buah Millorick termasuk Chaz Egerton dan Ayahku. Kami masuk ke rumah besar dan berpencar. Aku bergegas naik ke lantai dua menuju ruang kerja ayahku. Lantai dua rumah besar begitu sepi dan sepertinya hanya ada aku disini. Ku kunci pintu ruang ayahku dan memeriksa kondisi sekitar. Rasanya tidak mungkin jika aku mengambil cawan itu dan memindahkannya ke tempat lain. Cawan itu lebih baik disana dan yang perlu kulakukan hanyalah menjaga pintu itu. Setelah mengunci pintu, aku memeriksa ruangan-ruangan kecil bersekat di sekitarnya, hanya ada satu ruang paling besar di lantai dua sebagai ruang utama. Kemudian terdengar suara-suara kecil di balik tembok yang menarik perhatianku. Seorang anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun berdiri disana send
Baca selengkapnya
PART 26
Aku terbangun di atas lantai kayu yang penuh debu dengan kepala yang masih terasa pening setelah berputar-putar di lubang cacing. Debu dan tumpukan dedaunan kering hampir memenuhi seluruh permukaan lantai. Pemandangan di sekitarku tampak gelap. Seberkas cahaya yang masuk melalui ventilasi masih cukup untuk memberitahu tempat apa ini. Kurasa aku berada di sebuah rumah atau lebih tepatnya gudang yang telah lama kosong.Tempat ini hanya terdiri dari satu ruangan yang aku pijak sekarang dengan sebuah pintu kayu yang diikat dengan rantai. Tak ada lubang apapun baik di pintu maupun dinding untuk mengintip keluar. Aku tidak tahu dimana aku berada sekarang, tetapi dari luar terdengar desiran angin yang cukup keras. Mungkin saja bangunan ini berada di tengah hutan.Aku berusaha mendobrak pintu kayu itu lalu mencoba memutus rantainya dengan belatiku tetapi hasilnya nihil. Dengan sekuat tenaga aku berteriak meminta bantuan seraya menggebrak pintu dari dalam. Setelah ber
Baca selengkapnya
PART 27
Aku dan Alden kembali ke Glaze. Sementara Elgar dan Kathleen memutuskan untuk kembali ke Cornwall, atau setidaknya menginap di rumah kenalan mereka di Carvage. Kejadian masa lalu membuat mereka trauma. Walaupun Chaz Egerton tak mengenali Madison bersaudara saat kami menyusup untuk mengambil senjata, Ia sudah pernah melihat mereka saat itu, membawa cawan perak dan menuduh mereka berdua sebagai penyihir. Setelah kekacauan dua hari lalu kurasa para Hunters tidak akan lagi menganggapku sebagai penghianat. Semuanya telah jelas bahwa Glaze telah disusupi oleh si ratu penyihir dan para pengikutnya.Dua orang Hunters berjaga di pintu masuk. Melihat kemunculanku, mereka lantas membuka gerbang. Raut wajah mereka nampak ramah, seolah menyambut kami berdua."Kami senang kau kembali Miss Jennifer. Maafkan kami semua karena telah memfitnahmu sebagai penghianat." ucap salah seorang Hunters."Lupakan saja. Kita hanya diadu domba oleh penyihir itu." Aku melewatin
Baca selengkapnya
PART 28
Satu minggu berlalu semenjak aku kembali ke Glaze sebagai Hunters. Tidak ada lagi kesalahpahaman. Beberapa bangunan yang rusak telah diperbaiki. Para pandai besi menempa ulang senjata-senjata yang bengkok maupun patah. Pasokan senapan baru telah ditambahkan. Para Hunters sibuk berlatih setiap hari untuk menghadapi ritual gerhana bulan darah. Desa-desa sekitar seperti York dan Carvage dijaga dengan ketat. Para penyihir itu pasti akan kembali lagi untuk mencari korban-korban selanjutnya. Setelah Kingsleigh, ayahku mengijinkanku menunjukkan cawan keabadian itu pada Emma dan Marlon. Mereka cukup tercengang melihat cawan paling sakti itu berada di Glaze selama hampir empat tahun. Sampai saat ini Chaz dan ayahku masih membiarkan cawan itu berada di tempat penyimpanannya.Ayah dan Chaz duduk di perpustakaan kecil dalam ruang kerja ayah. Aku teringat dengan ucapan Chaz ketika akan dijatuhi hukuman mati. Dia pernah mengatakan tentang kejadian di masa lalu yang tak
Baca selengkapnya
PART 29
Hari telah gelap saat aku menginjakkan kaki di Cornwall. Pemandangan rumah-rumah kecil yang saling berjauhan dengan lampu remang-remang memunculkan kesan sunyi namun hangat. Kuketuk pintu rumah Madison bersaudara. Tak perlu menunggu lama karena Kathleen segera membuka pintu untukku."Jenna!" Matanya berbinar setelah melihatku lantas menarikku masuk dan menutup pintu. Ini pertama kalinya aku mengunjungi Cornwall di malam hari.Elgar menuruni tangga, melempar senyum saat pandangan kami bertemu. Aku memeluk mereka berdua. Setelah kekacauan di Glaze mereka seolah menghilang begitu saja dan tak pernah terdengar lagi kabarnya. Kathleen menyajikan teh rasa mint seperti saat pertama kali aku datang ke tempat ini. Tak ada kecurigaan, tak ada kompulsi, apalagi pertikaian. Kami memakan kue buatan Kathleen, tertawa bersama, dan saling menceritakan kehidupan masing-masing.Tentang Meredith Gingham itu, aku menceritakannya pada mereka. Tetapi mereka belum pernah mendenga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status