All Chapters of Tiga Cawan Sakti: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
PART 30
Elgar, lelaki muda itu cukup sulit dimengerti. Awalnya dia mengakui bahwa kemampuannya sebagai penyihir putih tidaklah seberapa. Tetapi melihatnya membuat mantra pelindung, menurunkan hujan, bahkan membekukan danau, kurasa.. dia hanya berusaha merendah. Lalu menciumku tiba-tiba. Ah, membuatku merasa canggung saja.Jujur saja aku merasakan sesuatu yang berbeda ketika dia menciumku. Jantungku berdebar saat dia melakukannya. Rasa itu selalu muncul saat aku menatap wajahnya. Mata birunya yang dalam, wajahnya yang putih, dan rambut gelapnya, Elgar seperti mengeluarkan cahaya dari tubuhnya. Entah karena pantulan cahaya ataupun memang sengaja melakukannya.Tak ada cukup waktu bagiku untuk berlama-lama di Cornwall. Aku harus tiba di Glaze secepat mungkin sebelum siang. Karena kondisi danau sudah kembali seperti semula, aku harus menyeberanginya dengan perahu kecil yang disediakan penduduk Cornwall. Hutan Greenleaves selalu sunyi dan sepi seperti biasa. Setelah berkali-k
Read more
PART 31
Gerhana bulan darah semakin dekat. Hanya tinggal tujuh hari lagi mulai dari sekarang. Glaze sudah menyebar para Hunters untuk menjaga desa, terutama Carvage dan York. Sudah memasuki tengah malam saat aku dan Kingsleigh mendapat giliran berjaga di tepi hutan. Tepatnya di perbatasan York dekat Windstone. Bukan tidak mungkin penyihir-penyihir itu akan mencari korban mengingat peristiwa besar itu semakin dekat. Kami sengaja menghalau jalan masuk mereka sebelum mencapai desa.Windstone lebih bersahabat di musim semi setelah semua salju mencair. Beberapa rumah penduduk tampak berjajar dengan lampu-lampu temaram. Sunyi, sepi, hening dan angin berembus kencang. Kingsleigh pergi ke selatan setelah mendengar suara-suara aneh. Sementara aku tetap menunggu di tempat semula.Tepat di belakang, aku merasa ada seseorang yang mengintai. Kuletakkan senapan di dada sembari bersiap menembak jika ada pergerakan yang berbahaya. Makhluk itu, entah apa masih terus bergerak di sekitar.
Read more
PART 32
Ayah memimpin pertemuan besar di aula utama yang dihadiri seluruh anggota Glaze. 41 Hunters, 10 pandai besi, 17 tabib, dan 12 taruna atau peserta latihan. Karena jumlah Hunters terbatas, para pandai besi dan taruna juga akan bergabung dalam misi ini. Seluruh penyihir hitam pasti akan berkumpul untuk ritual terbesar mereka. Jika hanya mengandalkan 41 Hunters tak akan cukup. Taruna Glaze kebanyakan berusia lima belas hingga delapan belas tahun. Awalnya Chaz Egerton memiliki ide untuk melatih pria-pria dewasa untuk melindungi desa mereka, tetapi ayah menolak. Taruna Glaze jauh lebih terlatih meskipun mereka usia mereka masih sangat muda. Tentang cawan itu, sudah diputuskan bahwa aku dan reguku lah yang akan membawanya keluar dari Glaze. Dengan pertimbangan sejak awal aku lah yang sering terlibat dengan cawan perak itu. Ayah dan Chaz Egerton memutuskan bahwa kami akan membawa cawan itu ke sebuah reruntuhan benteng kuno di dekat perbukitan, letak bukit Kanchea berada. Jik
Read more
PART 33
Alden membawa buku tua itu keluar dari perpustakaan. Ia masih punya beberapa urusan yang perlu diselesaikan. Sementara aku masih punya waktu lebih lama untuk istirahat setelah disibukkan dengan latihan terus menerus dan menjaga desa hampir setiap harinya. Kadangkala beberapa penyihir yang muncul dan membuat kerusuhan cukup menguras energiku.Dari balkon rumah besar, aku menikmati embusan angin musim semi yang hangat. Langit senja memunculkan semburat oranye kekuningan dengan seberkas sinar matahari yang mulai samar. Setelah semua kekacauan yang terjadi beberapa minggu lalu, tak ada waktu santai dan hangat seperti ini. Pikiranku selalu dipenuhi kekhawatiran dan rasa takut. Bagaimanapun, Hunters tetaplah manusia biasa.Lapangan dipenuhi dengan beberapa regu yang sedang berlatih. Para pandai besi sedang berlatih dengan Komandan Egerton, sementara ayahku, Jenderal Goldwine melatih taruna-taruna muda Glaze yang semakin mahir. Mereka masih muda dan begitu bersemang
Read more
PART 34
Tim pembawa cawan akan pergi di pagi hari secara sembunyi-sembunyi. Kami tak boleh menarik perhatian siapapun terutama penyihir hitam sebelum seluruh Hunters bersiap. Malam sebelum keberangkatan, reguku mengadakan rapat kecil dengan Ayah dan Chaz Egerton.Kami mengitari papan strategi dan membahas apa saja yang harus dilakukan reguku. Ayah dan Chaz sudah menentukan reruntuhan Benteng Greystone sebagai tempat tujuan. Benteng peninggalan kerajaan di masa lalu yang sudah rusak dan lama tak digunakan. Tetapi strukturnya masih kuat dan terdapat beberapa bagian yang masih utuh untuk dijadikan tempat persembunyian bahkan menjadi tempat bertempur. Marlon sempat tidak setuju karena kami seolah mengumpankan diri ke kumpulan penyihir hitam."Jenderal, sepertinya ini hanya akan membahayakan nyawa kita sendiri. Benteng itu cukup dekat dengan Bukit Kanchea. Jika kita membawa cawan itu kesana, justru penyihir hitam akan merebutnya dengan mudah!""Tak ada pilihan l
Read more
PART 35
Ritual gerhana bulan darah tinggal menghitung hari. Meskipun kaum penyihir hanya memiliki cawan api dan kemudaan, sama sekali tidak menghalangi mereka untuk mencari orang-orang yang akan dikorbankan demi ritual gelap mereka. Terutama anak-anak dan remaja. Aku baru saja kembali dari rumah Everscott bersaudara setelah mengubur cawan saat Merliah Stood melapor pada Chaz Egerton. Ia terengah-engah dan menemui Chaz yang baru saja hendak memasuki rumah besar. Melihatnya, aku lantas mendekat. Dua orang remaja, laki-laki dan perempuan berusia enam belas dan tujuh belas tahun diculik oleh seorang penyihir bertanduk dalam perjalanan pulang mereka ke York. Merliah benar. Penyihir dengan wajahnya mengerikan itu, aku pertama kali melihatnya di bukit Kanchea saat misi penyelamatan. Meskipun diantar dengan kereta, penyihir itu mampu membawa dua orang sekaligus. Pengawal mereka pun tak berdaya setelah dilemparkan ke tumpukan kayu oleh si penyihir. Merliah bergegas ke tempatnya berjaga setelah meny
Read more
PART 36
Beberapa buah perahu kecil ditambatkan di tepi danau semenjak perairan itu mencair kembali di musim semi. Setiap perahu hanya muat untuk dua orang. Kingsleigh lantas menaiki satu perahu untuk dirinya sendiri. Ia memimpin rombongan menyeberang. Alden mendayung di belakang, sementara aku duduk di depan seraya mencelupkan telapak tangan ke air.Meski telah mencapai pertengahan musim semi, airnya masih begitu dingin dan menusuk kulit. Saat Elgar melempar belatiku ke dalamnya, aku lantas melompat ke air tanpa berpikir panjang. Padahal aku merasa takut berjalan di permukaannya saat masih membeku.Mendung-mendung tipis tampak menggantung di langit, namun sinar matahari masih bisa menemukan celahnya untuk sampai ke bumi. Udara semakin menghangat saat perahu-perahu kami hampir mencapai daratan. Kami mengambil rute lain ke arah barat, rute yang hampir sama saat penyerbuan ke Bukit Kanchea.Setelah menyeberangi danau, kami terus berjalan menembus belantara melalui jalan barat yang landai. Tetapi
Read more
PART 37
Kami menyalakan api untuk menghangatkan diri. Udara di tempat terbuka seperti ini luar biasa dingin. Lokasi kami yang berada di balik bebatuan besar dan dinaungi pohon lebat memang cukup menguntungkan. Setelah menyantap makan malam, Emma mulai membicarakan kejadian penting yang nyaris kulupakan."Aku tak percaya kita mampu mencapai detik ini. Membayangkan kau hampir saja mati karena keputusan ceroboh Chaz Egerton!" Emma memandangku dengan mata bekaca-kaca."Dia termakan hasutan ratu penyihir yang menyamar sebagai Francis Blake." ujarku kesal."Aku heran bagaimana dia bisa punya ide untuk menghancurkan kita dari dalam?" Kingsleigh menimpali."Malam itu aku pernah membahasnya dengan Chaz Egerton dan dia juga memikirkan hal yang sama. Dia mungkin tahu kita menyembunyikan cawan-cawan mereka di Glaze, tetapi dia bisa menyerang secara brutal saja dengan kekuatannya!" "Kalau begitu, mungkin dia yang menemukan cawan itu di rumahmu. Menyamar sebagai Francis Blake dan menghasut orang-orang." t
Read more
PART 38
Aku masih terduduk di tanah saat Elgar menghampiriku. Ia mengulurkan tangannya seperti yang pernah dilakukannya padaku, pertama kali saat kami bertemu. Tatapan matanya masih sama. Dalam dan sejuk. Aku menerima ulurannya dan berdiri. "Kau baik-baik saja kan?" tanyanya khawatir. "Tidak jika kalian tidak datang tepat waktu." ucapku dengan senyum lebar. Alden dan yang lain lantas menuju ke arah kami diikuti Kathleen. "Kau tidak terluka kan? Penyihir itu melemparmu dua kali." kali ini Alden yang menghawatirkanku sambil menggenggam tangan kananku. "Yah...kurasa tulangku sedikit remuk." aku memasang muka masam. Mereka justru tertawa mendengarku. Tentu saja aku hanya bercanda. Meskipun seluruh tubuhku benar-benar terasa sakit sekarang. "Ayo kita ke tempat yang lebih aman. Aku akan mengobati lukamu." ajak Kathleen. "Emm....sepertinya aku juga butuh pengobatan." ujar Marlon seraya mengangkat lengannya yang sedikit terbakar. "Baiklah. Serahkan semuanya padaku." Kathleen tampak hangat dan
Read more
PART 39
Matahari mulai menghilang di balik perbukitan, meninggalkan seberkas sinar oranye kekuningan yang semakin menipis. Belum sepenuhnya tenggelam, dan langit belum sepenuhnya gelap. Kami mulai bersiap meninggalkan benteng dengan persenjataan lengkap. Senapan beserta belati di sepatu seperti biasa. Elgar dan Kathleen memegang panah masing-masing dan beberapa anak panah yang dilumuri racun."Kita keluar sekarang!" Kingsleigh memberi aba-aba dan memimpin kami keluar benteng. Berjalan mengendap endap seraya mengawasi sekitar. Penyihir-penyihir disana pasti mulai mengawasi kami setelah hari gelap. Aku yakin mereka tahu bahwa para Hunters akan berusaha menggagalkan ritual sakral mereka.Rute ke arah perbukitan tidaklah terlalu sulit. Tanah disini relatif landai dengan sedikit bebatuan. Tak butuh waktu lama untuk mencapai kaki bukit di ujung utara, sementara lokasi bukit Kanchea masih berjarak sekitar 2 bukit lagi dari tempat kami sekarang. Sepi, tak ada tanda-tanda pergerakan apapun. Aku kha
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status