Semua Bab Tiga Cawan Sakti: Bab 11 - Bab 20
43 Bab
PART 10
Aku mengetuk pintu rumah Kathleen seolah berkunjung seperti biasa, dan aku akan berpura-pura tidak tahu bahwa dia baru saja pergi ke desa. Aku mengetuk pintu berkali-kali, tapi sama sekali tak ada jawaban. Tiba-tiba, pintu itu membuka sendiri tanpa ada siapapun yang membukanya. Aku melihat ke dalam dan masuk dengan hati-hati. Suasana rumah itu sangat sepi walaupun Kathleen baru saja masuk. “Elgar, Kathleen! Dimana kalian? Aku Jenna.”Aku terus memanggil nama mereka, namun tetap saja tak ada jawaban. Lalu terdengar suara-suara di lantai atas. Tanpa berpikir panjang aku menaiki tangga dan menemukan Elgar berdiri disana. “Elgar, aku memanggilmu sejak tadi. Tapi tak ada jawaban.” ujarku pelan dan agak ragu-ragu.“Kau kembali Jenna.” ucapannya  pelan dan tak seperti biasanya. Mungkin dia tak senang dengan kedatanganku.“Um...Elgar, aku..aku ingin mengatakan sesuatu.” Sebelum sempat melanju
Baca selengkapnya
PART 11
epalaku terasa pening serta pandanganku tampak kabur. Leherku terasa sakit setelah sebuah benda menghantamku dengan keras. Aku duduk bersandar pada sebuah kursi dengan tangan terikat dalam sebuah ruangan yang terlihat seperti gudang. Beberapa kotak kayu terlihat menumpuk di pojok ruangan dan penuh dengan sarang laba-laba. Debu memenuhi seluruh ruangan hingga membuat tenggorokanku terasa gatal. Ruangan ini begitu dingin tanpa perapian atau satupun lampu yang menggantung di dinding. Kemudian terdengar langkah kaki dari tangga pendek yang menuju ke pintu ruangan ini. Aku sudah bisa menebaknya, Elgar masuk dan membawa senapan serta pedangku lalu meletakkannya di depanku.“Kau sudah sadar?” Ia bertanya tanpa melihat wajahku.“Lepaskan aku! Kenapa kau menyekapku di ruangan sempit ini?” aku bicara dengan pelan tanpa meronta atau berusaha melakukan perlawanan sedikitpun.“Kami terpaksa melakukannya karena kau begitu brutal tadi. Aku tak bermaksud melukaimu dengan kayu itu.
Baca selengkapnya
PART 12
Aku membawa dua senjata andalan, senapan dan belati. Kathleen membawa beberapa buah anak panah dengan busurnya. Kami menuju ke gerbang tempat Alden menunggu. Sayangnya Ia tak ada disana.“Alden...Alden..apa kau masih disini?” aku terus memanggil namanya dan berjalan menjauh dari Cornwall. Tumpukan salju masih saja tebal seperti biasanya, dan permukaan tanah masih tertutup sepenuhnya. Aku berjalan dengan pelan di permukaan tanah yang licin dan merasa ujung sepatu bootku menginjak sebuah benda tipis dan panjang. Aku mengambil benda itu yang merupakan potongan anak panah, pangkalnya hilang dan ujungnya gosong karena terbakar. Entah kenapa aku merasa bahwa Alden dalam bahaya. Aku melempar anak panah itu dan berlari mecari Alden sambil terus meneriakkan namanya. Tiba-tiba Kathleen menemukan sesuatu.“Jenna, lihat!” Ia menemukan sebuah mantel hitam dan tak salah lagi itu benar-benar milik Alden. Mantel itu terlihat lusuh dan ada bekas terbakar. Aku memeluk mantel itu dan me
Baca selengkapnya
PART 13
Dua hari setelah diterjunkan, pasukan pencari dari Glaze tak kunjung kembali dan tak ada kabar apapun dari mereka. Ayahku sendiri juga tak tahu apa yang terjadi pada mereka. Jadi tanpa komando dari siapapun, pasukan kecil kami yang hanya terdiri dari empat orang mulai menuju ke tempat persembunyian para penyihir secara diam-diam. Aku dan Alden membawa senapan lengkap dengan serenteng peluru, pedang serta puluhan anak panah yang telah dilumuri racun. Elgar dan Kathleen punya sihir untuk melindungi diri. Aku benar-benar percaya pada mereka berdua dan aku yakin mereka tak akan menghianatiku.“Apa kalian siap?” tanyaku pada yang lain.“Tentu saja.” Kami mengenakan mantel hitam dan berjalan meninggalkan Cornwalll. Sekilas desa kecil itu benar-benar tampak sunyi dengan rumah-rumah kecil yang agak berjauhan. Tetapi tempat cukup aman sebelum Alden diserang di dekat gerbang.Setelah berminggu-minggu, hutan Cornwall masih diselimuti salju teba
Baca selengkapnya
PART 14
Kemudian seorang wanita cantik yang berdiri di belakangnya maju ke depan seraya mengacungkan sebuah belati ke langit. Sepertinya dia adalah ratu dari seluruh penyihir hitam.“Saudara-saudaraku, malam ini akan menjadi awal dari kejayaan kita! Kita tak perlu lagi bersembunyi dan akan jadi lebih kuat dengan darah mereka!” ujarnya dengan tertawa dan menunjuk anak-anak serta para pemburu Glaze yang menjadi tawanan. Ia mengacungkan jari teunjuknya dan mengeluarkan sebuah sihir yang sangat mematikan, the violets.“Malam ini adalah purnama terakhir dalam seratus tahun. Waktu yang paling tepat untuk memulai kehidupan baru. Aku Ratu Millorick dan kerajaan sihirku akan menjadi penguasa terkuat dan tak terkalahkan!” Dia berteriak dan diikuti suara riuh dari penyihir-penyihir lain yang mengerikan. Ia mengeluarkan sebuah benda yang sudah kuduga sebelumnya, yaitu cawan perak. Millorick memiliki cawan api, sementara dua cawan lainnya masih tersimpan dengan aman di Glaze. “Ta
Baca selengkapnya
PART 15
Peyelamatan berhasil setelah Alden membebaskan beberapa Hunters yang dikurung. Serangan Elgar dan kathleen juga berhasil membuat pasukan penyihir kocar-kacir. Beberapa menemui ajal mereka dan sebagian melarikan diri termasuk si penyihir bertanduk dan penyihir dengan ekor kalajengking. Millorick menghilang setelah terkena panah Kathleen. Ia terluka, tentu saja, tetapi seolah tidak terlalu peduli dengan ritual semalam. Cawan keabadian yang Ia butuhkan tak ada disana, dan nasib para penyihir lainnya, sepertinya tak begitu penting baginya.Setelah penyelamatan kami kembali ke Cornwall. Semuanya jadi lebih rumit. Elgar dan Kathleen sendiri masih tak mengerti bagaimana aku bisa kebal terhadap serangan Millorick. Aku bukanlah seseorang yang memiliki darah penyihir, apalagi penyihir hitam. Semua orang tahu itu.Aku berdiri di depan jendela yang penuh dengan tanaman merambat di lantai dua. Ruangan ini masih terasa dingin walaupun jendela telah ditutup. Hamparan tanah lua
Baca selengkapnya
PART 16
Ini sudah kali ketiga aku berkelahi dengan Francis hingga mendekam di jeruji besi. Ayahku sudah terbiasa dengan ini dan Chaz mulai bosan menghukum kami dengan cara yang sama. Tetapi aku berani bersumpah, Francis lah yang selalu memulai masalah. Kedengkiannya padaku sudah mengalir dalam darahnya.Sel kami saling berseberangan, hanya saja aku berada lebih dekat dengan pintu masuk. Sementara Francis berada di ujung kanan namun aku masih bisa melihatnya. Penjaga memberikan kasur bulu dan selimut untuk kami. Secara diam-diam Alden menitipkan bantal kesukaanku pada si penjaga. Francis sepertinya tidak tahu. Jika melihatnya, Ia pasti akan mengintimidasiku lagi.Aku tidur nyenyak dan merasa hangat sekalipun penjara ini cukup dingin sebetulnya. Si penjaga membebaskan kami sesaat sebelum fajar. Akhirnya Francis melihat bantal yang kubawa dan mulai mengomel.“Dasar anak manja! Selalu memanfaatkan posisi ayahnya untuk memperoleh keistimewaan. Francis menyilangkan tangan di bahu. Ia mel
Baca selengkapnya
PART 17
Untuk malam ini aku kembali mendekam di penjara yang sama setelah beberapa jam terbebas dan sempat merasakan udara segar. Cawan perak pemberian Elgar itu adalah salah satu dari tiga benda berharga milik penyihir. Aku merasa begitu bodoh. Elgar memang memberikannya padaku agar cawan perak itu disimpan di tempat yang paling aman, yaitu Glaze. Entahlah… semuanya begitu rumit. Kepalaku sakit memikirkan nasibku setelah ini.Aku bersandar pada tembok dan memeluk lutut untuk mengurangi hawa dingin. Tempat ini benar-benar kejam. Asap mengepul dari mulutku tiap kali menghembuskan napas. Aku berusaha untuk memejamkan mata walaupun aku tahu tak ada seorang pun yang mampu tertidur dalam keadaan seperti ini. Kemudian terdengar suara-suara kecil di sekitar. Sebuah bayangan hitam masuk melalui pintu utama, kemudian berhenti dan menunjukkan dirinya. Alden datang dengan membawa matras, bantal kecil dan selimut tebal serta secangkir teh panas. Ia memberikannya padaku melalui cela
Baca selengkapnya
PART 18
Seluruh dugaanku tak meleset satu pun. Tak butuh waktu lama, mereka telah menyiapkan tiang pembakaran dengan puluhan kayu bakar disekelilingnnya. Mereka benar-benar menuduhku sebagai penghianat dan menghukumku tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Aku tak ingin mati konyol seperti ini dan dianggap sebagai penyihir sampai akhir hayatku. Tapi aku tak akan berlutut memohonkan nyawaku.Aku melihat keluar melalui ventilasi kecil dan tumpukan kayu bakar menjulang tinggi di luar sana. Sepertinya upacara hukumanku ini dilakukan secara tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang tahu. Sebelum aku kembali ke Glaze, Elgar dan Kathleen telah berjanji untuk menyelamatkanku. Alden juga melukai dirinya sendiri agar bisa menyelamatkanku. Semua dugaan kami rupanya berjalan sesuai rencana. Ini adalah hal terakhir yang harus kulewati, jika tidak hidupku benar-benar akan berakhir beberapa jam lagi.Terdengar sedikit keributan diluar dan aku mengalihkan pandanga
Baca selengkapnya
PART 19
Setelah menjauh dari Glaze, aku dan Alden terus berjalan memasuki pedalaman hutan hingga diluar jangkauan Hunters lain. Kami terus menyusuri pepohonan dan belukar yang terlihat sama. Salju mulai menipis di akhir musim dingin. Sebagian sudah mulai mencair dan membuat permukaan tanah menjadi basah. Alden berhenti sejenak dan menyandarkan diri ke sebatang pohon."Kuharap Merliah tidak mati terkena tembakanku." suaranya terdengar lirih, dan wajahnya menunjukkan penyesalan. "Aku gagal membunuh penyihir terkuat tiga tahun lalu. Sekarang aku justru hampir membunuh seorang Hunters."“Dia akan selamat selama pelurumu tidak mengenai organ vitalnya. Merliah juga bukan orang sembarangan yang akan mati hanya dengan satu peluru." Aku berusaha menenangkannya."Siapa yang menyebabkan kekacauan tadi, Elgar dan Kathleen kah?""Benar. Mereka datang setelah aku menemui mereka di Cornwall. Kami tak bisa membiarkanmu mati begitu saja. Kingsleigh sudah tahu semuanya, aku yang m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status