Semua Bab Terlambat Mencintai Lisa: Bab 21 - Bab 30
218 Bab
Episode 21. Ada Apa Dengan Lisa?
Hari sudah petang, Revin merenggangkan tubuhnya di kamar. Dia tutup laptopnya lalu berbaring di ranjang. Capek sekali rasanya karena beberapa tugas kantor sudah mulai diembankan padanya. Syukurnya sebentar lagi skripsinya akan selesai. Tetapi dia butuh hiburan malam ini. Lisa! Itulah yang terlintas dalam pikirannya. Segera dia raih ponselnya dari atas nakas, dan melihat pesan obrolannya dengan Lisa. Kalau dipikir-pikir rasanya seminggu ini Lisa tak pernah menghubunginya duluan. Keningnya mengerut saat menyadari bahwa seminggu ini hanya dirinyalah yang selalu menghubungi Lisa melalui pesan chat. Revin pun duduk, lalu memeriksa panggilan telepon guna memastikan. Dan ternyata memang sama saja. Tidak ada panggilan dari Lisa. Hanya panggilan dari dirinya saja yang tertera di riwayat panggilan. Padahal selama ini Lisalah yang selalu menghubunginya dan mengajaknya bertemu. Ada apa dengan Lisa? Revin menggeleng. Tampaknya dia ti
Baca selengkapnya
Episode 22. Menemani Lisa Malam Ini
Lisa mengangguk.   "Yah, tidak seru! Aku mau mengajakmu ke klub. Mau ya?" bujuk Revin.   Lisa menggeleng. Revin pun menghela nafas sedikit kecewa, tetapi dia memperhatikan Lisa sudah memakai gaun tidur berwarna kuning. Berarti Lisa tidak berbohong. Pastilah tadi Lisa memang siap-siap ingin tidur. Gaun tidur itu sangat cocok untuk Lisa. Tidak seksi tapi membuat Lisa tampak sangat imut saat ini di mata Revin. Revin memandang wajah Lisa yang tampak berbeda, muda sekali seperti anak remaja baru gede umur 16, 17 tahun. Padahal usia Lisa sekarang adalah jalan 21 tahun.   "Kau tidak pakai make-up ya?" tanya Revin memastikan.   "Iya, kan siap-siap tidur jadi make up-nya dihapus," jawab Lisa apa adanya.   Mata Revin lekat menatap Lisa. Kalau tanpa make up, waja
Baca selengkapnya
Episode 23. Diusir
Beberapa waktu ini Revin mendengar gosip bahwa Anna semasa SMA pernah tidur dengan murid tertampan di sekolahnya. Tentu saja gosip itu berasal dari mahasiswi-mahasiswi yang tidak menyukai Anna. Maka dari itu, Revin semakin gencar menjajaki Anna. Sayangnya Revin terlalu terburu-buru hingga membuat Anna takut. Revin berkata jika Anna tidak mau tidur dengannya, dia tidak akan memaksanya, tetapi masalahnya, Revin malah mencoba memeriksa keperawanan Anna dengan jarinya. Tentu saja Anna sangat terkejut, marah dan menamparnya. Revin merasa Anna sangat aneh, padahal menurut Anna, Revinlah yang aneh. Bukan cuma aneh tetapi juga jahat. Kejadian itu membuat Revin kesal setengah mati. Biasanya perempuan suka sekali disentuh olehnya, tetapi Anna malah menamparnya. Apa ini yang dinamakan jual mahal kelas tinggi? "Seandainya saja orang tuaku tidak menjodohkanku dengan Anna, aku juga tidak akan sudi mencoba menyentuhnya. Walaupun dia ca
Baca selengkapnya
Episode 24. Tidak Menyangka
Lisa sedang menelepon Aisyah, salah satu pegawai kepercayaannya di kafe.   "Aisyah, kalau besok pagi petugas panti asuhan datang, kasih saja dua juta ya. Soalnya besok pagi saya ada kuliah," ucap Lisa memberi tahu.   Sejak Lisa membuka kafe dan pendapatannya lumayan, Lisa memang memutuskan untuk menjadi salah satu donatur tetap di sebuah panti asuhan khusus untuk anak-anak penyandang cacat, panti asuhan 'Pelangi Anak'. Alasannya, ya, dia ingin saja melakukannya. Tidak ada alasan khusus. Waktu itu, petugas panti asuhan datang ke kafenya untuk mencari donatur. Dan setelah ia berkunjung langsung ke panti asuhan tersebut, melihat langsung keadaan di sana, Lisa pun memutuskan untuk menjadi donatur tetap panti asuhan tersebut. Walaupun sumbangannya mungkin tidak sebesar donatur-donatur kaya lainnya, tetapi Lisa ikhlas melakukannya.   "Iya, Mbak. Beres! Ngomong-ngomong, nasi goreng sapi lada hitamnya, makin banyak yang minat lh
Baca selengkapnya
Episode 25. Lisa Hamil
Dua minggu lebih telah berlalu sejak kejadian Revin yang datang tiba-tiba ke apartemen Lisa pada tengah malam, lalu melakukan hal itu pada Lisa. Lisa sudah membeli alat tes kehamilan. Dan pagi ini, sewaktu bangun tidur, dia menggunakan alat tes itu. Jantung Lisa berdebar-debar. Sungguh, dia takut sekali hamil. Dia sudah menghitung waktu, dan sudah waktunya dia melihat hasil tesnya. Deg! Garis dua. Dia hamil! Seketika tubuh Lisa menjadi lemas seperti jelly. Dia bersandar di dinding dan kemudian merosot duduk di lantai. Lisa menghela napas berat. "Bagaimana ini? Apa aku harus memberi tahu hal ini pada Kak Revin? Bagaimana kalau Kak Revin marah dan kecewa padaku? Bagaimana kalau Kak Revin tidak mau bertanggung jawab? Kak Revin menginginkan istri yang baik, istri yang sempurna. Sementara diriku?" Di mata Revin dia hanyalah jalang, perempuan murahan, yang hanya digunakan Revin untuk m
Baca selengkapnya
Episode 26. Pikiran Kacau
Dua minggu lebih Revin tidak pulang ke rumah. Renata, mamanya Revin, selalu menghubunginya agar kembali pulang. Setelah merenungkan apa yang terjadi, Revin pada akhirnya memutuskan untuk pulang. Lebih baik dia mengalah saja, walaupun sebenarnya dia cukup keberatan jika disalahkan atas apa yang dia lakukan pada Anna.   Menurut Revin, dia tidak punya salah pada Anna. Saat dia meraba bokong Anna perlahan dan kemudian Anna melarang, dia mau menurut untuk tidak melakukannya lagi. Saat dia meminta cium bibir, dan Anna tidak mau, Revin juga tidak marah. Saat Revin mengajak untuk berhubungan intim dan Anna menolak keras, dia juga bisa terima. Begitu pula saat dia ingin memeriksa keperawanan Anna di mobil waktu itu, Revin sama sekali tidak memaksa Anna. Dia hanya membujuk! Kalau dia memang memaksa, pasti dia sudah berhasil memeriksa Anna dengan jarinya. Revin hanya menyentuh roknya, tetapi Anna sudah keburu naik pitam dan menamparnya hingga dua kali.  
Baca selengkapnya
Episode 27. Marah!
"Apa yang terjadi sebenarnya?" ucap Revin saat Lisa menutup kembali pintu apartemennya. Lisa langsung melangkah dan duduk di sofa, di hadapan Revin.   "Seperti yang tadi kuberitahu di pesan tadi, aku...hamil, Kak," ucap Lisa gugup.   "Jangan bercanda. Apa maksudmu hamil? Bukankah kau selama ini minum pil kontrasepsi?" tanya Revin serius. Suaranya menyimpan emosi yang masih tertahan.   Lisa menelan ludahnya. Dia bingung cara menjelaskannya. "Aku berhenti meminumnya sebulan lebih ini."   BRAKKK!   Revin menggebrak meja dengan keras, membuat Lisa terkesiap seketika karena sangat terkejut. Rahang Revin mengeras dan giginya merapat.   "Kau menjebakku Lisa," ucapnya dengan suara dingin, penuh emosi.   "Aku tidak menjebak Kakak. Ini di luar dugaan," jelas Lisa cepat.   "Apa alasanmu berhenti minum itu dan kenapa kau tidak me
Baca selengkapnya
Episode 28. Pengantin Wanita yang Tidak Diinginkan
"Tidak, aku tidak mau! Aku mau sendirian saja. Kalau Papa malu, aku akan segera pindah dari kota ini. Jangan usik keluarga mereka. Kehamilanku tidak ada hubungannya dengan keluarga itu!" teriak Lisa. Melihat tangan ayahnya naik hendak menamparnya lagi, Lisa hanya bisa memejamkan mata rapat-rapat. Tetapi pukulan itu tidak juga didapat, Lisa pun membuka mata, dan mendapati ayahnya sudah menarik tangannya dari udara. Tuan Wijaya menghela napas berat. Dia terlalu emosi mengetahui kehamilan Lisa untuk kedua kalinya. Itu sebabnya dia menampar Lisa hingga dua kali. Tetapi biar bagaimana pun Lisa adalah putrinya. Tuan Wijaya benar-benar berpikir bahwa ini lebih mudah untuk diselesaikan melihat putra keluarga Abimana masih lajang. Lisa akan hidup dengan baik jika menjadi menantu dari keluarga Abimana. Dan mungkin ke depannya Lisa tidak akan liar lagi mencari laki-laki karena sudah bersuami. "Aku bisa saja memaksamu, dan kau tentu tidak akan bisa menolak bagaimana pun caranya. Tetapi kali ini
Baca selengkapnya
Episode 29. Menantu Sampah
Revin mengetuk pintu dan langsung masuk ke ruangan ayahnya. Saat ini ia sedang berada di kantor. "Ada apa Papa memanggilku?" tanya Revin setelah duduk di hadapan ayahnya. "Hendra baru saja mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita. Padahal baru kemarin ia menjadi besan. Setelah Papa selidiki lebih saksama, Perusahaan Wijaya sedang mengalami krisis." Revin mendengkus tidak suka mendengarnya. "Jadi, apa Papa menerimanya?" "Mau bagaimana lagi?" jawab Alex sambil memberikan dokumen kerja sama. Revin sekilas membaca dokumen tersebut. "Harusnya Papa menolaknya! Lisa sudah menjebakku untuk menikahinya. Sekarang keluarganya terang-terangan mengambil untung dari pernikahan ini. Jangan-jangan ini salah satu tujuan Lisa menjebakku! Demi menyelamatkan perusahaan papanya." Revin mengepalkan tangannya, kebenciannya terhadap Lisa semakin bertambah. Alex menghela nafas panjang. "Dalam kerja sama ini, kita akan lebih berhati-hati. Papa akan pastikan agar kita tidak merugi." Revin menghembuska
Baca selengkapnya
Episode 30. Mengerang
Lisa mengolesi kakinya yang melepuh dengan salep yang diresepkan dokter padanya. Salep itu terasa dingin, di kulit kakinya. Kata dokter, luka melepuh ini tidak akan berbekas, membuat hati Lisa melega. Lisa juga mengolesi kulit memarnya yang ada di bahu dan paha dengan salep yang berbeda. Lisa memang selalu memperhatikan penampilannya. Itu sebabnya kulitnya sangat mulus, lembut dan kencang, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat. Lisa menatap pelayan yang sibuk bersih-bersih dengan lincah di rumah barunya dengan Revin. Tadi dia menghubungi sebuah yayasan terpercaya untuk mengirimnya seorang pelayan wanita yang umurnya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Dan dalam waktu singkat pelayan berusia 37 tahun itu sudah berada di rumahnya. Lisa menghela napas. Ia merasa membutuhkan asisten rumah tangga setelah merasakan dirinya yang gampang lelah. Tetapi Revin sedang membencinya. Apa Revin akan langsung mengatainya pemalas dan manja karena hal ini? Rumah mereka memang memiliki dua l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status