Semua Bab Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu: Bab 41 - Bab 50
126 Bab
Sorry 40
Menyadari Reyna yang tengah marah Brandon menghentikan mobilnya."Rey?" Brandon sepenuhnya menghadap Reyna setelah melepas seat belt."Aku sengaja mengenalkan kamu ke orang tuaku malam ini karena aku benar- benar mencintaimu. Aku tidak tahu kalau Daddy ternyata juga mengundang Alyne dan keluarganya. Setelah aku mengungkapkan penolakanku untuk dijodohkan pada Daddy melalui sambungan telpon, kupikir Daddy mengerti dan membatalkan rencananya. Tapi ternyata aku salah, Daddy tetaplah Daddy yang gak bisa ditolak. Sorry kalau aku menempatkanmu dalam situasi yang gak mengenakkan," jelas Brandon namun tak membuat Reyna bergeming."Hey, look at me," Brandon meraih wajah Reyna dan jarak wajah mereka sekarang kurang dari satu jengkal."I'm sorry for inconvenience. Aku butuh kamu untuk meyakinkan Daddy," entah siapa yang memulai bibir mereka sudah tak berjarak. Awalnya hanya menempel tapi sedetik kemudian berubah menjadi lumatan dan saling bertukar saliva.Hingga
Baca selengkapnya
Sorry 41
"Bukan begitu!" bantah Reyna."Aku bisa berjuang kalau itu tentang materi. Tapi soal restu itu tidak akan berakhir baik.""Banyak di luar sana yang berjuang mendapatkan restu dan berhasil. Kenapa kita tidak bisa? Bahkan Mommy sudah merestui kita hanya tinggal Daddy.""Alyne terlihat seperti gadis baik- baik, Brandon. Aku tak punya hal apapun yang bisa kubanggakan untuk bisa mempertahankanmu. Kamu akan lebih baik dengannya," kata Reyna lirih. Brandon tersentak, dia lupa seperti apa Reyna. Wanita di hadapannya mengalami krisis kepercayaan diri. Brandon melangkah mendekati Reyna dan memeluknya. Reyna tak menolak juga tak membalas pelukan Brandon."Kita bisa melewatinya, Rey. Aku akan memperjuangkanmu karena kamu berharga," bisik Brandon.Reyna menangis tanpa suara mendengar perkataan Brandon."Lupakan yang tadi malam. Aku sendiri yang akan menghadapi Daddy. Selama Mommy berada di pihakku maka kemenangan akan jadi milikku," Brandon me
Baca selengkapnya
Sorry 42
Ponsel Reyna berdering saat matanya hampir terlelap. Melihat nama ID caller yang terpampang di screen ponsel membuatnya memilih untuk mengabaikan panggilan itu. Ya, Brandon yang menghubunginya. Tadi setelah makan siang pria itu mengurung diri di ruangannya masih tanpa penjelasan apapun setelah mengabaikan Reyna, membuat Reyna menyiapkan hati untuk kemungkinan yang terburuk. Margareth, ibu Brandon pun entah kenapa berubah, menyapa pun tidak. Mungkin memang lebih baik begini. Air mata Reyna menetes di sudut matanya yang mulai terpejam.Paginya saat Reyna menyiapkan sarapan bel pintu apartemennya berbunyi. Rayan yang akan berangkat kuliah membuka pintu dan menemukan Brandon sudah berpenampilan rapi dengan koper kecil di sampingnya."Reyna masih ada kan?" tanya Brandon."Ada. Lagi buat sarapan untuk Reyhan. Masuk aja," Rayan membuka pintu lebih lebar mempersilahkan Brandon untuk masuk. "Aku pergi dulu, ada kelas pagi," lanjut Rayan yang diangguki Brandon."Si
Baca selengkapnya
Sorry 43
"Cukup Brandon. Mommy selalu mendukung kamu, tapi tidak untuk kali ini," Mommy sepertinya benar- benar sedang dalam mood keras kepala."Mom, tidakkah setiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki diri?" tanyaku. Aku tak banyak tahu mengenai masa lalu Reyna jadi aku tak bisa melakukan pembelaan apapun. Sial. Harusnya aku bertanya. Sekarang aku seperti pria bodoh yang tidak bisa melakukan apapun untuk kekasihnya."Kamu kenal Mommy kan, Brandon?" Mommy menatapku tajam membuatku tertunduk. Baru tadi pagi aku dan Reyna baikan perihal masalah semalam karena Daddy. Aku berkata untuk memperjuangkannya tapi sekarang aku seperti pria tak berguna."Sekarang ikut Mommy makan siang. Putuskan hubunganmu dengannya besok," putus Mommy."Mom! Ini keterlaluan!" protesku."Atau kamu pilih Mommy yang bicara dengannya?""Fine!" putusku. Aku tak mungkin membiarkan Mommy bicara dengan Reyna. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya Mommy keluar ru
Baca selengkapnya
Sorry 44
Keadaan Jessica pasca kecelakaan sudah berangsur membaik. Dengan terpaksa Hans mengajak Jessica dan Joane tinggal di rumahnya. Sikap Hans juga sudah kembali seperti dulu apalagi ada Joane di antara mereka. Apa yang diinginkan bocah itu selalu diturutinya.Tentu saja Jessica senang, musibah membawa berkah, itu yang selalu diucapkannya. Pagi ini ia masuk ke kamar Hans untuk membantu pria itu menyiapkan keperluannya. Hans menolak untuk tidur sekamar dan hal itu  belum bisa diterima Jessica. Namun wanita itu tidak menyerah."Kenapa kita tidak tidur satu kamar aja sih, Hans?" pagi ini Jessica mencoba peruntungannya kembali."Ini Indonesia, Je. Bahkan sebenarnya kita tidak bisa tinggal satu rumah apalagi satu kamar," terang Hans."Tapi mereka kan gak tahu," timpal Jessica.Hans menggeleng," Tidak Je. Keluarlah, aku mau mandi dan bersiap ke kantor.""Aku bantu menyiapkan keperluanmu ya, Hans?" "Tidak perlu. Aku bisa sendiri," Hans
Baca selengkapnya
Sorry 45
"Hans, apa... ada... lowongan pekerjaan di kantormu?" tanya Jessica ragu- ragu saat tengah makan malam."Kenapa?""A... aku ingin bekerja.""Apa uang yang kuberi masih kurang?" tanya Hans dengan mengerutkan kening, pasalnya selama ini ia sudah memberikan 1 atm dan 1 kartu kredit untuk memenuhi keperluan Jessica dan Joane."Bukan begitu. Aku tidak mau terus bergantung padamu?" balas Jessica, sebenarnya ia ingin mengetahui kegiatan Hans di luar rumah dan mencari tahu wanita yang pernah dekat dengan Hans hingga menyebabkan pria itu berubah."Joane?" "Aku berencana mencari baby sitter untuk menjaganya," jelas Jessica."Coba nanti aku tanyakan bagian SDM. Kalau ada aku kasih tahu.""Begitu?" Jessica terdengar tidak puas mendengar jawaban Hans."Iya. Harus ikut prosedur, kalau ada pun kamu harus mendaftar seperti karyawan lain," terang Hans."Kamu gak bisa bantuin aku gitu? Aku kan warga asing jadi takut aja gak s
Baca selengkapnya
Sorry 46
Reyna terlihat murung dan tidak bersemangat akhir- akhir ini dan itu tidak luput dari perhatian Rayan. Ia sering melihat Reyna yang melamun, bahkan tadi pagi jari sahabatnya itu teriris pisau saat memasak sarapan. Dan sekarang ia kembali melihat Reyna yang berdiri di depan kompor. Terlihat normal memang  tapi air yang dia masak sudah mendidih dan kompor yang tidak dimatikannya, menandakan bahwa ia tengah melamun.Rayan menarik Reyna menjauhi kompor dan mematikannya.  "Eh... sudah mendidih ya, Ray?" Reyna terkaget dengan apa yang dilakukan Rayan padanya. "Kamu duduk sana. Biar aku buat coklat panas untuk kita," suruh Rayan. Reyna menuruti perintah Rayan, tapi tidak langsung menuju meja makan atau ruang tamu melainkan balkon. Malam ini begitu terang, bintang terlihat bertaburan.  "Kamu ada masalah, Rey?" tanya Rayan sambil mengulurkan segelas coklat panas ke arah Reyna yang diterima dengan senang hati. "Enggak, kenapa?" sangkal
Baca selengkapnya
Sorry 47
"Ok. Aku siap- siap dulu. Thanks ya."Tanpa menunggu jawaban Rayan, Reyna kembali ke kamarnya untuk mandi. Tak butuh waktu lama baginya untuk bersiap. Kemeja, celana panjang serta blazer ditambah make up tipis dan rambut dikuncir kuda menjadi penampilan andalannya saat pergi bekerja."Mamama," celotehan Reyhan menyambut Reyna sesampainya di meja makan dengan penampilan rapi."Selamat pagi kesayangan Mama," Reyna menciumi Reyhan yang terlihat sangat menggemaskan dengan celotehannya."Mamama...no kelja," Reyhan berceloteh lagi."No. Mama harus kerja biar Reyhan bisa beli mainan," balas Reyna berharap buah hatinya paham."No. Mamama no kelja. Leyhan no beli main (No. Mama tidak boleh kerja. Reyhan tidak beli mainan)," apa yang bisa dipahami oleh seorang bocah yang baru berumur 2 tahun. Berharap mereka mengerti kondisi kita? Oh tidak, jangan harap."Mmmmm...," Reyna pura- pura berpikir."Nanti kalau Reyhan gak ke rumah nenek Michele,
Baca selengkapnya
Sorry 48
"Kenapa kamu terlambat?" Margareth membuka pembicaraan tanpa berbalik badan."Maaf Nyonya, tadi anak saya rewel," jawab Reyna sambil menunduk karena rasa bersalah.Tersenyum miring, ibu Brandon berbalik dan melihat ke arah Reyna yang menunduk mengartikan lain sikap Reyna. Ia berpikir Reyna merasa bersalah dan malu karena ketahuan telah memiliki anak."Jadi itu yang kamu sembunyikan? Anak?" tanya Margareth masih dengan senyum miring yang tidak luntur sedari tadi."Sembunyikan? Maksud Anda, saya menyembunyikan anak saya?" Reyna mengerutkan kening tak mengerti dengan arah pembicaraan Margareth."Ya. Kamu sengaja tidak mengatakan kepada kami bahwa kamu mempunyai seorang anak tanpa ikatan pernikahan. Kamu sengaja kan?" tuduh Margareth.Reyna mulai mengerti sekarang. Inilah sebabnya Margareth berubah padanya. Dan ketakutannya terbukti, bahwa tidak ada orang tua yang mengizinkan anaknya berhubungan dengan seorang wanita yang mempunyai anak tanpa me
Baca selengkapnya
Sorry 49
Reyna POVHatiku seperti dipukul palu godam saat mendengar kabar bahwa apartemen nenek Michele kebakaran. Air mata tak bisa kubendung, aku berlari keluar ruangan, tujuanku hanya satu, apartemen nenek Michele tempat anakku berada sekarang. Isak tangis tak bisa lagi kutahan, Livi memelukku saat berada di dalam lift. Kata- kata penghiburan tak henti keluar dari mulutnya tapi telingaku seakan tuli.Aku ingat tadi pagi saat putra kesayanganku itu merengek memintaku tidak bekerja tapi aku tidak mendengarkannya. Sampai di kantor aku malah meratapi dan menangisi hal yang tidak penting. Sungguh aku ibu yang tidak berguna."Kamu harus tenang, Rey," Livi menggenggam tanganku saat kami sudah berada di dalam taksi yang akan membawa kami ke apartemen."Hiks... hiks.... Bagaimana aku bisa tenang, Livi. Aku belum tahu bagaimana keadaan anakku. Aku ibu yang tidak berguna. Harusnya tadi aku tidak berangkat kerja seperti permintannya."Ya, seharusnya itu yang aku lak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status