Semua Bab Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu: Bab 21 - Bab 30
126 Bab
Sorry 20
 "Kenapa perasaanku tidak enak? Ada apa denganku?" lirih Hans masih dengan memegangi dada kirinya.Reyna merasa panik luar biasa, saat ini isak tangis bahkan belum berhenti sejak dari apartemen nenek Michele tadi. Brandon yang duduk di sebelahnya di ruang tunggu masih terus mengusap punggungnya, menenangkan. Reyhan masih ditangani dokter di dalam ruangan. Reyhan tak berhenti menangis sampai di rumah sakit tadi. Memang tak terlihat luka luar tapi itu justru membuatnya lebih khawatir. Reyna tak memedulikan ponsel yang dari tadi berdering menandakan ada panggilan dan pesan masuk. Nama id caller muncul di layar ponsel. Rayan dan Faira, mereka berdua bergantian menghubunginya.Brandon yang mengerti suasana hati Reyna sedang kacau mengambil ponsel Reyna setelah meminta izin dan hanya mendapat anggukan kepala sebagai respon."Reyhan gimana, Rey? Dia gak papa kan?" berondong Rayan terdengar cemas setelah panggilannya diangkat."Rey
Baca selengkapnya
Sorry 21
Selain keadaan Reyhan, kesehatan mental Reyna adalah hal yang juga mereka khawatirkan."Tapi tadi dia jatuh Ray. Kepalanya terantuk lantai," sorot cemas kembali menghiasi mata Reyna."Anak cowok memang selalu bertingkah, Rey. Kami dan kenakalan kecil kami akan jadi kenangan yang indah di masa tua kami nanti. Meskipun ada ibu sepertimu yang setiap detik mengkhawatirkan anaknya tapi kami para pria punya aturan main sendiri," jelas Rayan panjang lebar mencoba memberi peringatan."Pria itu kuat, Rey. Kamu tidak bisa setiap waktu mengkhawatirkan Reyhan. Kamu harus belajar mempercayainya," Brandon ikut angkat bicara memberi pengertian pada Reyna.Reyna terdiam memikirkan perkataan para lelaki di depannya ini. Selama ini ia memang menjaganya layaknya barang yang mudah pecah. "Tapi bukankah ia masih terlalu kecil?" tanyanya lagi masih kekeh dengan pemikirannya.Brandon tersenyum, "Apa para pria tua akan hilang kenakalannya?" kemudian menaik tu
Baca selengkapnya
Sorry 22
 Hans POV Kalau membiarkan Joane tinggal berarti ibunya pun akan ikut tinggal bersama. Itu yang tidak aku inginkan.Tapi mimpi ini kembali hadir seperti memperingatkanku. Kuusap wajahku, rasa kantuk yang kurasakan tadi hilang.Aku sangat mencintai Jessica, dulu. Tapi setelah dia tidur dengan Joe, entah kenapa rasa itu tiba- tiba mengabur. Apalagi setelah kejadian malam di Bali rasa sakit itu benar- benar menguap, aku tak pernah memikirkannya lagi. Justru Reyna yang sering tiba- tiba terpikirkan olehku. Mungkin karena rasa bersalah itu.Dan sekarang, setelah Jessica kembali aku tak merasakan apa- apa lagi, hambar. Kalau bukan karena Joane, mungkin aku gak mau lagi berhubungan dengannya.Pagi datang begitu cepat tanpa sempat aku terlelap. Sampai di kantor, Nina segera membacakan jadwalku dan karena tak ada jadwal yang begitu penting aku langsung pergi ke kantor Anjas. Akan lebih baik jika aku bekerja dari sana. Karena sebentar lagi p
Baca selengkapnya
Sorry 23
  "Ok, aku akan pulang. Maaf ya Nin, aku menganggumu," Jessica mengubah raut wajahnya diramah- ramahkan."Baik Bu. Akan saya sampaikan," jawab Nina singkat, merasa dongkol karena kelakuan Jessica barusan."Sok ramah, tadi aja petentang- petenteng," makinya setelah Jessica agak jauh.Jessica meninggalkan kantor Hans dengan menggandeng Joane di tangan kirinya. Ia tahu jelas bahwa Hans sedang menghindarinya saat ini.'Ok, fine. Aku terima perlakuanmu hari ini, tapi aku pastikan kamu tidak akan bisa lepas dariku Hans,' katanya dalam hati dengan senyum licik tersungging di bibirnya.Diamatinya Joane yang duduk di sebelahnya. Mereka berada di dalam taksi, perjalanan kembali ke rumah kontrakan. Ada beberapa rencana alternatif yang menari- nari di otaknya dan tentu saja rencana itu melibatkan Joane, kelemahan Hans, karena Hans tidak mungkin mengabaikan anaknya sendiri.---Reyhan sudah pulang dari rumah sakit
Baca selengkapnya
Sorry 24
Dan taraaa... panjang umur, orang yang baru saja mereka bicarakan beberapa menit yang lalu datang membawa paper bag yang lumayan besar. Brandon."Ongkel.. Onkel..!" reaksi mengejutkan datang dari Reyhan. Bocah itu terlonjak girang melihat kedatangan Brandon."Uluh uluh... gantengnya Uncle," Brandon berjalan mendekat dengan mengangkat paper bag yang ia bawa dan mengeluarkan isinya."Lihat nih, Uncle bawa apa. Kita bisa main ini bla bla bla," selanjutnya hanya percakapan Brandon dan Reyhan yang terdengar. Entah kursus dimana bos Reyna ini, bisa paham dengan bahasa planet ala Reyhan. Bahkan Reyna yang notabene ibunya kadang masih kurang paham dengan kata- kata yang keluar dari mulut Reyhan.Faira menatap Reyna dengan menaik turunkan alisnya menggoda. Reyna hanya melengoskan wajahnya menanggapi godaan Faira."Dari kalian berdua gak ada yang punya niatan buatin kopi untuk tamu kita?" Rayan sedikit kesal dengan dua wanita di hadapannya yang ma
Baca selengkapnya
Sorry 25
  Jessica POV Aku mengakui aku melakukan satu kesalahan besar dengan berselingkuh dulu. Hans yang selalu mendukungku dan bisa menerimaku tanpa memandang statusku yang hanya seorang waitress. Orang tuaku hanya pekerja buruh pabrik dengan penghasilan pas- pasan. Jelas kasta kami jauh berbeda. Kesuksesanku di dunia modeling juga tak lepas dari peran Hans. Aku berkenalan dengan seorang fotografer yang mengorbitkanku juga karena Hans. Sudah berkali- kali Hans melamarku dan memintaku berhenti dari profesi yang kujalani sekarang tapi selalu kutolak. Hingga akhirnya kami harus menjalani hubungan jarak jauh karena dia sedang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Saat itulah Joe, fotografer yang mengorbitkanku dan sekarang merangkap menjadi managerku masuk ke dalam hubungan kami. Pada malam pesta yang diadakan oleh agency ku atas kesuksesan kami menggelar fashion show rancangan seorang designer ternama, kami berdua mabuk dan melakukan hubungan s***
Baca selengkapnya
Sorry 26
 "You can go, now! The door is over there," usirnya dengan tangan menunjuk ke arah pintu.Pergi? No, aku tidak akan pergi sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku duduk di kursi di hadapannya dengan memasang senyum terbaikku."Kamu takut?" tanyaku dengan senyum menantang."Apa yang harus kutakutkan?" Hans mulai terpancing. Aku tahu itu karena Hans pantang ditantang."Kamu meninggalkanku tanpa kejelasan," aku mencoba membuka topik pembicaraan tentang masa lalu kami."Really? Kamu tidur dengan fotografer kamu, dan itu masih kurang jelas?" emosinya mulai terpancing dan itu menumbuhkan harapan untukku. Percayalah jika mantanmu masih menunjukkan emosi berarti kamu belum benar- benar hilang dari hatinya."Bahkan kamu tidak bertanya mengapa aku melakukan itu. Kamu menghilang tanpa berkata apapun. Dan aku menunggumu seperti orang bodoh," aku mencoba membangun emosi untuk keberhasilan sandiwaraku.Senyum smirk tersunggin
Baca selengkapnya
Sorry 27
 "Karena.. karena kamu daddy nya," cicitku takut- takut."Oh ya? Kamu yakin itu bukan anak Joe, si fotografer itu?" tanya Hans dengan smirk tersungging di bibirnya."Bukan!" bantahku. "Kumohon jangan tolak anakmu Hans. Kamu boleh menolakku tapi jangan menolak anakmu karena kamu akan menyesal nanti," aku menatap Hans dengan mata berkaca- kaca.Hans masih diam saja mendengar pernyataanku barusan. Entah apa yang dia pikirkan kali ini aku tak bisa merabanya."Mungkin caraku kemarin salah. Aku menemuimu dengan berperilaku seperti j****g tapi sungguh bukan itu maksudku," aku terisak membuat Joane mengeratkan pegangannya pada kakiku. Aku tahu dia ketakutan tapi aku harus melakukan sandiwara ini untuk mengambil hatinya kembali."Kupikir kamu masih seperti dulu yang suka wanita seksi dan menggoda. Aku lupa bahwa manusia bisa saja berubah. Apalagi kamu membenciku karena ada kesalah pahaman yang belum diluruskan di antara kita.""Kesalah p
Baca selengkapnya
Sorry 28
 Hans menyambut tubuh mungil itu dengan pelukan erat, tak ada satu inchie pun dari wajah Joane yang terlewat dari kecupan bibirnya.Aku menyusut air mata haru melihat adegan itu. Kali ini aku tidak bersandiwara. Sudah lama Joane tak mendapat kasih sayang dari Joe, semenjak ia berhubungan kembali dengan mantan pacarnya setahun lalu. Akhirnya Joane mendapatkan kasih sayang seorang ayah."Kamu sudah sarapan boy?" Hans bertanya pada Joane."Dia baru minum susu tadi," terangku. "Joane, ayo kita sarapan sama daddy," aku menggiring mereka ke sofa dan menyiapkan sarapan yang kubawa tadi."No daddy!" tiba- tiba Joane berteriak membuat aku dan Hans heran."Otatoo!" teriak Joane nyaring membuat Hans tertawa sementara aku mengernyitkan kening tak mengerti."Iya. Daddy yang bantu Joane ambil Otato kemarin," kata Hans sambil mengelus kepala Joane sayang.Aku menatap Hans bermaksud meminta penjelasan.Sambi tersenyum kemudian ia be
Baca selengkapnya
Sorry 29
 "Tidak apa- apa. Terima kasih," jawabnya singkat. Kami berdua makan dalam diam. Aku sesekali mencuri pandang ke arah Hans tapi Hans diam saja. Aku yakin perubahan sikap Hans yang kembali dingin ada sangkut pautnya dengan kedua rekannya tadi. Suara rengekan Joane yang sepertinya terbangun dari tidurnya membuatku terpaksa menghentikan makan siangku.Saat aku akan menghampiri, Hans mencegahnya, "Biar aku saja. Selesaikan makanmu," Hans berdiri dan beranjak ke arah sofa dimana Joane tertidur."Hei boy," sapa Hans pada Joane. Aku bisa melihat ia tersenyum ke arah Joane."Daddy," rengek Joane manja."Wake up boy," Hans meraih Joane kepangkuannya dan mengelus kepalanya dengan sayang."Daddy, otato," Joane mengulurkan tangannya pada Hans tanda meminta, membuat Hans tertawa dan menciumi wajah Joane terutama pipi gembilnya yang memerah.Aku tersenyum senang, aku punya cara agar kami bisa kembali dekat. Tinggal bersama. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status