All Chapters of Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu: Chapter 71 - Chapter 80
126 Chapters
Sorry 70
Suara bising dan lalu lalang penumpang pesawat ataupun keluarga yang mengantar menjadi pemandangan yang biasa di bandara Soekarno Hatta. Tangis haru dan juga tatapan kerinduan nampak jelas dari sorot mata mereka. Tak terkecuali dua keluarga yang tengah menunggu kedatangan Reyna dan Rayan."Kok mereka belum kelihatan sih, Pa?" Riana, mama Reyna mondar mandir dengan sesekali melongok ke arah pintu kedatangan luar negeri."Sabar Ma, sebentar lagi mereka juga pasti keluar," kata sang suami, Rashad, menenangkan.Orang tua Rayan tersenyum melihat tingkah tetangganya itu. Mereka tidak terlihat cemas berlebihan, mereka cenderung diam, menanti kedatangan sang putra. Dari kejauhan terlihat sepasang muda mudi berjalan sambil celingukan. Setelah menemukan apa yang mereka cari, mereka melambaikan tangan dengan senyum lebar menghiasi bibirnya."Mama!" teriak Reyna saat langkahnya semakin dekat."Reyna! Anak Mama yang paling cantik! Akhirnya k
Read more
Sorry 71
Sudah beberapa hari Reyna di Jakarta tapi masih malas keluar rumah kecuali ngrecokin tetangga sebelah. Tapi hari ini Rayan sudah mulai masuk kerja jadi gak ada yang bisa direcokin lagi."Ma, mau ke toko bunga ya?" tanyanya saat melihat sang Mama sudah rapi."Iya. Kamu gak mau ikut Mama? Katanya mau bantuin Mama?" Riana berhenti di hadapan sang putri yang berbaring malas- malasan di sofa ruang keluarga sambil memainkan ponsel."Nanti siang aja, Ma. Nanti Reyna nyusul sama om Anjas," jawab Reyna."Om Anjas? Bukannya bujang lapuk itu masih si Bali?" tanya Riana terlihat heran. Memang kemarin om Anjas memilih terbang ke Bali karena kangen sama calon tunangan katanya. Entah kenapa om Anjas berubah bucin, secantik apakah calonnya itu membuat Reyna semakin penasaran. Bahkan sekedar melihat fotonya aja g dikasih sama om Anjas. Katanya balasan karena pulang ke Indonesia pakai syarat kemarin."Udah tadi pagi, sekarang lagi tidur," jawab R
Read more
Sorry 72
Reyna memasuki lobi kantor papanya  yang sudah berbeda dari enam tahun lalu. Sekarang terlihat lebih asri dengan banyaknya tanaman hias di sudut- sudut ruangan. Seketika dirinya menyadari kalau itu kerjaan sang Mama.Beberapa karyawan terlihat berbisik- bisik saat Reyna melewati mereka dengan tersenyum ramah. Apalagi dia datang bersama Anjas yang diketahui para karyawan kalau pria itu sebentar lagi akan bertunangan.Sebenarnya masih ada beberapa karyawan lama yang kenal Reyna, namun penampilan Reyna yang berubah membuat orang- orang itu tak mengenali Reyna."Om Anjas pasti suka tebar pesona, ya?" tuduh Reyna dengan bebisik di telinga Anjas."Enak aja. Gak lah," elak Anjas yang dibalas cubitan oleh Reyna."Kalau gak, mereka gak akan menatap Reyna kayak gitu," Reyna mengedikkan dagu ke arah beberapa karyawan yang bergerombol dan terlihat mencuri pandang ke arahnya sambil berbisik- bisik.Anjas berhenti kemudian melihat ke arah yang
Read more
Sorry 73
Reyna merasakan kesunyian saat dirinya menyelesaikan pekerjaannya. Reyna meregangkan tubuhnya yang kaku dengan berdiri dan mengulet belum menyadari bahwa seseorang tengah memperhatikannya."Sudah selesai, Rey?" tanya Anjas setelah melihat Reyna berdiri."Sudah Om," jawab Reyna singkat tanpa menoleh ke Anjas, dirinya masih menunduk mengamati hasil kerjanya sambil mengerutkan kening."Menurut Om, ini apa yang kurang?" tanyanya lagi sambil berjalan menunduk ke arah Anjas dengan gambar sketsa bangunan di tangannya.Anjas mengamati gambar sketsa yang disodorkan oleh Reyna. Selama beberapa saat mereka mengoreksi bersama hasil kerja Reyna tak terkecuali pemilik sepasang mata yang keberadaannya belum disadari oleh Reyna."Apa tidak sebaiknya ditambahkan gazebo di taman sebelah kanan? Jangan terlalu luas membuat mini taman biar keliatan lebih simple tapi elegan," komentar seseorang dengan suara bariton yang tidak asing namun sudah hampir Reyna lupakan.
Read more
Sorry 74
Mereka makan dalam diam karena Anjas yang masih terlihat sedikit kesal dengan Reyna yang tak mendengarkan diskusi mereka dengan baik tadi. Sementara Reyna sendiri tidak ambil pusing mengenai kekesalan sang paman pada dirinya. Dirinya hanya berusaha mengontrol perasaannya agar tak lepas kendali apalagi di hadapan keluarganya.Melihat Hans yang baik- baik saja sementara dirinya jungkir balik mau tak mau membuat emosinya kembali muncul ke permukaan. Seperti apa yang ia lalui selama ini sama sekali gak berimbang dengan apa yang dilalui Hans. Ia mengalami kesakitan yang teramat sangat sementara Hans merasakan kebahagiaan bersama sang pujaan hati. Bukankah ini tidak adil? Tanpa sadar Reyna menggenggam erat sendok di tangannya.Dering ponsel Anjas memecah keheningan antara ketiga orang yang tengah menikmati makan siangnya."Ya Sayang?" sapa Anjas pada si penelepon sepertinya sang calon tunangan karena nada suaranya begitu lembut dan bibirnya menyunggingkan seulas senyum.Beberapa saat Anjas m
Read more
Sorry 75
Beberapa minggu lagi pertunangan Anjas akan dilangsungkan tapi Reyna sama sekali belum pernah bertemu dengan calon Anjas karena faktor kesibukan."Om, kapan Reyna dikenalin sama calon Tante?" tanya Reyna saat mereka bersantai di ruang keluarga setelah makan malam."Belum ada waktu Rey. Dia masih ada kerjaan di Bali," jawab Anjas sambil memainkan ponselnya."Kalau gitu lihat fotonya dulu kan bisa...," rengek Reyna. Pasalnya profil whatsapp-nya pun tak memasang foto sendiri melainkan pemandangan pantai di Bali."Besok juga ketemu," Anjas masih cuek dan terus menggulir ponselnya sepertinya ada hal penting yang tengah ia kerjakan.Reyna cemberut dengan reaksi Anjas."Gimana perkembangan proyek kamu sama Hans?" tanya Anjas tanpa mengalihkan perhatian dari ponsel."Udah 50% sih Om, tapi gak tahu gimana sama Om Hans bisa terima gak sama hasil kerja Reyna.""Klien Om yang kalian pegang ini kirim pesan, beliau ingin bertemu sama kalian langsung sekalian mau lihat perkembangannya. Besok kamu sa
Read more
Sorry 76
'Menyedihkan banget kamu Rey, kamu berjuang di sana mereka berbahagia di sini,' batinnya mengejek.Seorang bocah laki- laki yang berada di antar sepasang kekasih itu tak disadari oleh Reyna sampai Jessica memperkenalkannya."Kenalkan ini anak kami, Joane," dengan senyum lebar Jessica memperkenalkan sang putra terlihat seperti ejekan bagi Reyna yang merasa tak mampu menjaga putranya dengan baik.Reyna melihat bocah laki- laki berumur kurang lebih 6 tahun dengan rambut coklat dan mata abu- abu. Reyna mengerutkan keningnya, sepertinya lebih mirip ibunya tapi wajah itu seperti tidak asing."Good morning aunty. My name is Joane," dengan ceria bocah itu memperkenalkan dirinya sembari mengulurkan tangan mungilnya.Meski dalam hati Reyna menahan amarah bercampur kekecewaan namun bibirnya tetap menyunggingkan senyum tulus mendengar suara bocah dengan senyum malaikat di hadapannya."Hello Joane, you can call me aunty Rey," Reyna menyambut tangan mungil Joane dengan senyum lebar."Ok. Aunty Rey,
Read more
Sorry 77
Hans POVAku memasuki kamar yang dipesankan oleh sekertaris Anjas. Entah kebetulan macam apa yang tengah aku alami. Kamar ini menjadi saksi bisu hilangnya kegadisan Reyna enam tahun lalu. Aku juga bisa melihat keterkejutan di mata Reyna setelah setelah sampai di lobby hotel tadi.Ingin rasanya aku memaki Anjas dan sekertarisnya tapi bahkan mereka tidak tahu apa- apa. Menghela napas berat, kulepas kancing lengan kemejaku dan melipatnya sampai siku. Rasa lapar yang ku rasakan tadi sudah menguap.Tok tok tokTerdengar pintu kamarku diketuk membuatku melangkah ke arah pintu dan membukanya. Reyna berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi dingin. Entah apa yang sedang ia pikirkan."Kita sudah ditunggu oleh klien di caffe hotel, Om," ucap Reyna tak kalah dingin dengan ekspresinya."Baiklah. Aku ambil laptop sebentar," aku berbalik masuk ke dalam kamar."Kalau gitu Reyna duluan, gak enak sama klien kalau nunggu terlalu lama," Reyna berbalik dan melangkah pergi tanpa menunggu balasan dariku
Read more
Sorry 78
"Ok, kurasa cukup. Tolong hubungi saya mengenai perkembangan pembangunan rumah ini nanti. Saya harap bisa selesai kurang dari 3 bulan karena ini saya persiapkan untuk buah hati saya yang akan lahir 3 bulan lagi," tutup Jordan dengan senyum terukir di bibirnya.Hans hanya diam saja mempertahankan ekspresi dinginnya."Akan kami usahakan," balas Reyna sembari tersenyum lebar."Ok. Berarti urusan pekerjaan kita selesai. Sekarang kita akan ngobrol sebagai kawan lama," kata Jordan menatap ke arah Hans."Banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu, Hans.""Tidak ada yang perlu kita bicarakan," Hans terlihat mengetatkan rahangnya."Sebaiknya aku undur diri dulu," Reyna yang merasa tak enak berpamitan memberikan waktu untuk Hans dan Jordan membicarakan masalah pribadi mereka."Tidak perlu, Rey. Tidak ada yang akan kami bicarakan," Hans menahan tangan Reyna yang sudah bangkit berniat untuk pergi."Hhhh...," Jordan menghela napas berat."Duduk saja, Rey. Tidak apa- apa. Pria ini memang keras kepa
Read more
Sorry 79
Reyna dan Hans benar- benar hanya membahas pekerjaan saat bersama. Reyna sendiri memilih menghindar dari Hans dengan mengurung diri di kamar dan akan menemui pria itu saat dihubungi pada jam kerja. Tanpa sepengetahuan Hans, Reyna menyewa kamar di hotel yang lebih kecil tak jauh dari tempat mereka menginap. Dirinya merasa tak nyaman berada di kamar itu. Bayangan malam itu masih jelas terbayang di pelupuk mata.Saat memasuki waktu makan malam ponsel Reyna berdering."Ya Jordan?" ".....""Iya, why?"".....""Ok. See you."Reyna bergegas keluar kamar hotel yang ia sewa sendiri menuju salah satu restoran di Jimbaran. Jordan mengajaknya makan malam sebagai perpisahan karena besok pria itu akan terbang kembali ke Australia."Sorry Jordan, i'm late," sapa Reyna saat sampai di restoran."It's ok, Rey. Silahkan duduk," balas Jordan sambil tersenyum."Bodyguard-mu tidak ikut?""Bodyguard?" Reyna mengernyitkan kening tanda tak mengerti dengan apa yang tengah Jordan bicarakan."Hans...," kata Jor
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status