All Chapters of Anak Miliarder: Chapter 81 - Chapter 90
131 Chapters
81. Sikap Dingin Vesa
"Percayalah padaku, Lucas hanya membodohimu," ucap Lay kemudian.Derrick sebenarnya bimbang namun saat dia melirik sekali lagi luka yang didapat oleh Lay, dia memantapkan pilihannya. Dia menjatuhkan kepercayaannya pada Lay. "Kau yakin tak mau aku obati lukamu?" tanya Derrick kemudian.Lay menggeleng, "Tak usah. Ini kan bisa jadi bukti betapa brutalnya Lucas saat menyerangku. Kita bisa buat Vesa percaya pada kita jika saudara kembarku itu bisa mencelakai siapa saja, termasuk aku."Derrick tak setuju tapi tak bisa memaksa Lay untuk mengobati lukanya itu.Setelah Lay keluar dari kamarnya, Derrick mempersiapkan dirinya untuk berbicara pada Vesa pagi itu. Dia bahkan turun ke ruang makan pertama kali dan menunggu di sana.Derrick menghabiskan waktunya dengan melihat-lihat berita mengenai negara yang saat ini menjadi tempat tinggalnya. Kalau dia pikir-pikir, dia tidak terlalu banyak tahu dan pengetahuannya masih minim sekali mengenai n
Read more
82. Tertipu
"Ya, Derrick. Mereka sudah menceritakan semuanya kepadaku," jawab Vesa lagi-lagi tanpa menatap Derrick.Butuh waktu selama beberapa detik sebelum Derrick kembali mengeluarkan suaranya, "Apa yang mereka katakan?"Vesa menunduk dan tersenyum sinis, dia menoleh pada Derrick, "Kau yakin kau mau aku mengatakannya?"Derrick semakin tidak mengerti, "Apa maksudmu?"Vesa berdiri dari kursi kerjanya, berjalan menuju jendela sebelum beralih kembali menatap Derrick White yang tampak kebingungan."Mereka bercerita jika kau pasti akan memfitnah mereka dan ternyata mereka memang benar," ujar Vesa.Derrick White, "HAH!?"Vesa berkata dengan suara dingin, "Kenapa? Kau masih mau berpura-pura di depanku? Aku tak menyangka jika kau tega menuduh si kembar, Derrick. Kenapa kau melakukan ini?"Kini giliran Derrick White yang berdiri, "Apa maksudmu? Jelaskan, Vesa!"Vesa melangkah menuju Derrick dan berkata dengan suara lantan
Read more
83. Kehilangan Derrick
Sepeninggal Derrick, Vesa mengamuk dan melempar semua dokumen-dokumen di kantornya. Dia mengamuk. Dia marah. Hatinya tiba-tiba saja terasa kosong. Entah apa yang terjadi."Dia yang salah kan? Kenapa dia yang marah?" teriak Vesa yang masih juga belum menyadari kesalahannya.Dia tak peduli lagi jika ruang kerjanya berantakan. Yang dia tahu saat ini dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya yang sedang memuncak.Vesa yang tak memiliki semangat untuk pergi ke kantor akhirnya menghubungi sekretarisnya untuk memintanya membatalkan semua janjinya di hari itu.Setelah puas menghancurkan ruang kerjanya sendiri, dia naik ke lantai atas dan langsung saja masuk ke dalam ruang rawat ayahnya."Kalian boleh pergi, aku mau bersama ayahku," ucap Vesa datar.Seorang dokter dan juga dua perawat yang merawat ayahnya itu pun tak berani membantah dan langsung keluar dari ruang rawat itu. "Halo, Ayah," sapa Vesa sedih dan dia duduk di samping
Read more
84. Sekutu
"Tidak semudah itu, Tuan Muda White," ujar Ruslan."Kan kita belum mencobanya, Paman," balas Derrick, masih belum ingin menyerah.Ruslan menghela napas panjang, "Tuan Muda Vesa masih belum stabil. Anda juga sudah tahu kan terhadap Anda saja dia tidak percaya. Mungkin lebih baik kita mencari bukti yang cukup dulu sebelum membeberkannya pada Tuan Muda."Derrick mau tak mau ikut setuju. Dia melihat sebuah gedung apartemen yang sekarang ada di depannya."Kita di mana, Paman?" tanya Derrick sambil melihat-lihat."Ini apartemen saya, Tuan Muda. Saya harap Anda betah berada di sini," jawab Ruslan dan dia pun mengajak Derrick ke unitnya.Tiba-tiba teringat sesuatu yang Vesa katakan jadi dia memutuskan untuk bertanya pada Ruslan, "Paman. Tadi Vesa menyinggung tentang bisnis orang tua saya yang katanya bangkrut. Apakah Anda tahu soal ini?"Ruslan mengangguk.Derrick terhenyak, "Apakah itu benar?""Tidak, Tuan Mud
Read more
85. Musuh Besar
"Ya, Bos?" sahut Verlyta.Dari seberang sana, orang yang dipanggil Bos itu menjawab, "Bagaimana? Mereka berhasil membuat anak itu kehilangan orang-orang kepercayaannya?"Verlyta segera meloudspeaker panggilan itu sehingga dua rekannya bisa ikut mendengarkan. Lay dan Lucas langsung mendekat sumringah."Ya, kami berhasil, Bos. Ternyata mudah sekali membuatnya percaya pada kami," sambar Lay berbangga hati.Lucas juga ikut berbicara, "Benar, tidak sulit. Dia terlalu bodoh. Dengan mudah tidak meragukan Ruslan dan juga Derrick."Terdengar suara renyah di sana yang berarti mereka sudah berhasil membuat Gea puas atas kerja mereka."Bagus, bagus. Kalian bertiga memang bisa diandalkan," ujar Gea senang."Tapi ingat. Ini belum apa-apa. Kalian ingat kan? Sapu bersih orang-orang yang memang setia pada Valentino agar dia tidak memiliki orang-orang yang ada di sebelahnya lagi. Dengan begitu, bisa dengan mudah kita menghancurkan perusah
Read more
86. Kebodohan
Vesa tahu dirinya tidak mungkin menyembunyikan hal sepenting ini dari ayahnya. Valentino Araya itu bukanlah orang bodoh. Vesa harus ingat jika Ayahnya itu pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara. Tentu saja kadar kepekaannya sangat tinggi.Dengan penuh pertimbangan, Vesa akhirnya memilih untuk berkata, "Maaf, Ayah. Ruslan sudah pergi."Dahi Valentino berkerut bingung, "Pergi? Apa maksudmu?"Vesa mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Dia telah memata-matai aku, Ayah. Dia telah mengkhianati Ayah. Dia bersekongkol dengan musuh Ayah di luar sana. Dia bahkan juga bekerja sama dengan Derrick. Dia...""Cukup!" ujar Valentino dengan nada yang sedikit tinggi.Vesa terdiam, ayahnya marah."Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?" tanya Valentino tak mengerti."Itu kebenaran, Ayah. Aku yakin Ruslan sudah merencanakan semuanya. Dia ingin mengambil harta Ayah," ucap Vesa yakin.Valentino menggele
Read more
87. Rumah Sakit
Vesa keluar dari ruang rawat ayahnya dan menuju ruang kerjanya."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Vesa pada Lucas."Mengenai ayahmu, Vesa," jawab Lucas.Vesa mengerutkan keningnya dan langsung bertanya lagi, "Memangnya ada apa dengan ayahku?"Lucas mengambil kursi dan mendudukkan dirinya di kursi itu."Aku rasa sebaiknya kau membawa ayahmu ke rumah sakit lagi. Di sana kan semuanya lengkap. Mungkin bisa membuat ayahmu sadar lebih cepat," ujar Lucas berusaha mempengaruhi Vesa.Tapi ayahku sudah sadar, Vesa membatin."Tidak perlu. Ayahku baik-baik saja. Aku tidak tenang jika ayahku di rawat di luar sana. Lagi pula, sekarang kondisinya stabil meskipun belum sadar. Jadi, aku rasa tak masalah ayah dirawat di apartemen ini," bantah Vesa."Kau yakin? Padahal di rumah sakit kan kita bisa menemukan dokter yang handal, Vesa," ujar Lucas lagi masih tak mau menyerah.Vesa mengangguk, "Aku yakin. Aku ingin setiap saat bisa melihat
Read more
88. Kesadaran
"Bisa kita bicara di kantor saya saja, Tuan?" tanya dokter itu."Tentu saja, dokter," jawab Vesa tanpa pikir panjang.Dia menoleh pada Lay dan Lucas yang sedang kebingungan, "Aku pergi sebentar. Tolong kalian jaga ayahku dulu ya?"Lay menjawab, "Oke. Tenang saja, kau urus saja dulu. Kami pasti akan menjaga ayahmu."Vesa mengangguk dan kemudian mengekor dokter yang membawanya menuju ruangannya."Silakan duduk!" ujar dokter itu."Terima kasih, Dok."Dokter itu langsung berkat, "Saya menemukan sejenis senyawa naproxen dalam darah Tuan Valentino. Senyawa ini seharusnya tidak boleh ada dalam tubuh ayah Anda karena akan memicu kerja jantung lebih berat. Hal ini juga yang membuat ayah Anda mengalami gagal jantung."Vesa menatap pias dokter yang ada di hadapannya itu."Maksud Anda kemungkinan besar ada yang dengan sengaja membuat ayah saya mengkonsumsi obat terlarang itu?" tanya Vesa kaget."Ya, benar.
Read more
89. Tertipu
"Aku berharap dokter itu segera menemukan penyebabnya," ujar Lucas kemudian, tak mau membuat Vesa curiga kepada mereka.Mendengar kebohongan itu rasanya Vesa ingin sekali muntah saat itu juga. Namun, dia tetap harus bersandiwara menjadi pria muda bodoh seperti biasanya jadi dia membalas, "Terima kasih. Kalian terlalu baik kepadaku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tanpa kalian.""Hei, kau tak perlu begitu. Ini tugas sebagai seorang teman kan? Jadi, kau tak perlu berterima kasih pada kami," sambung Lay yang sebenarnya tidak tenang tapi dia tak boleh kelihatan panik di depan Vesa atau dia bisa mengetahui kepura-puraannya.Vesa memajang wajah terharunya seraya berkata, "Sejak Derrick tak ada, kalian memang menjadi teman yang begitu baik kepadaku. Tak ada salahnya kan? Toh ini hanya ucapan saja.""Ah, baiklah. Omong-omong, bagaimana operasinya nanti?" tanya Lay lagi."Sebentar lagi akan segera dilakukan. Dokter masih memeriksa secara
Read more
90. Trik
"Apa kau yakin?" tanya Lay masih tak mau percaya."Kenapa memangnya?" tanya Lucas balik.Lay terlihat berpikir sebentar, "Tidak mungkin Vesa menjebak kita. Dia, kau tahu kan dia terlalu polos dan..."Lucas menyeringai, "Bodoh. Iya, benar.""Nah kan? Mana mungkin dia yang memindahkan ayahnya? Rasanya mustahil sekali. Lagi pula, dia masih bersikap baik pada kita tadi. Kau tahu kan, jika dia mencurigai seseorang, dia pasti akan langsung mengatakannya," jelas Lay yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.Lucas menghela napas panjang, "Hm. Ya, tapi siapa lagi yang mungkin memindahkannya?"Lay menjawab, "Entahlah. Tapi lebih baik kita keluar dari kamar ini dulu dan berganti pakaian. Kita cari Vesa."Lucas setuju dan mereka pun langsung saja pergi dari ruangan Valentino itu.Tak lama berselang, mereka kembali ke ruang rawat Valentino dan tanpa diduga mereka Vesa baru saja datang dan tampak sedang membawa beberapa baran
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status