Semua Bab Anak Miliarder: Bab 91 - Bab 100
131 Bab
91. Dugaan
"Kau yakin mereka jika mereka yang melakukannya?" tanya Vesa menggeram marah.Lay dengan wajah terlihat meyakinkan menjawab, "Ya, siapa lagi, Vesa. Sudah pasti mereka."Vesa langsung meninju dinding, "Akan aku bunuh siapapun yang berani melukai ayahku. SIAPAPUN."Lucas menanggapi, "Ya, Vesa. Dan itu Ruslan dan juga Derrick."Lay dan Lucas bermain mata di belakang Vesa, merasa puas sudah bisa membodohi Vesa lagi."Kalau begitu, ayo kita lapor polisi saja!" ajak Vesa.Lay, "Polisi? Aku yakin polisi tidak bisa menyelesaikan kasus ini. Lebih baik kita cari saja sendiri."Lucas juga ikut berbicara, "Lay benar, Vesa. Polisi tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah memiliki uang yang cukup untuk menyuap kepolisian."Vesa langsung menoleh dan memasang wajah tak percaya, "Apa maksudmu? Bukankah Derrick bangkrut? Sedangkan Ruslan, tak mungkin memiliki uang yang banyak."Lay menghela napas, berpura-pura sedih
Baca selengkapnya
92. Rencana Gea
Gea mengepalkan tangannya dengan kuat. "Coba lagi!" perintahnya pada Verlyta.Lay dan Lucas dengan terburu-buru mendekat ke arah Verlyta yang sedang berkutat dengan laptopnya. Mereka melihat Verlyta berkali-kali mencoba masuk ke dalam sebuah situs dan tetap saj gagal."Tetap tidak bisa, Bos," ujar Verlyta lemas."Verlyta, kau ke AL Group, siapkan dokumen-dokumen pengalihan hak kuasa atas AL Group," titah Gea lagi.Rio berkata, "Kenapa harus AL Group, Bos? Valentino memiliki puluhan perusahaan lain."Gea menjawab, "Karena AL Group itu perusahaan paling berharga untuk Valentino dan kalau kau lupa, perusahaan itu menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Kita harus dapatkan itu. Jika Valentino tahu kita bisa merebut AL Group, dia pasti tak akan bisa bernapas."Lay menanggapi, "Karena AL Group ini peninggalan ayahnya, Budi Araya. Perusahaan itu bisa menjadi miliknya setelah mengorbankan banyak sekali nyawa. Valentino bisa terpukul jika
Baca selengkapnya
93. Makan Malam Aneh
"Hei," ujar Vesa santai sambil tersenyum. Vesa Araya membungkus dirinya dengan hoodie hitam, jeans panjang yang juga berwarna hitam serta sepatu kets berwarna cokelat gelap. Lay berucap, "Kau di sini?"Vesa mengerutkan dahinya, "Ya, memangnya aku harus di mana?"Lucas menanggapi, "Ah, ya tentu saja. Kau mau keluar?"Vesa menggeleng dan menjawab, "Tidak. Aku hanya mengecek pengawal. Entah kenapa aku tidak menemukan pengawal yang menjaga di depan. Aneh sekali."Lay berkata, "Mungkin mereka berganti shift dan penggantinya belum kembali. Tapi di dalam aman kan? Maksudku pengawalmu masih ada kan?"Vesa mengangguk kali ini, "Ya. Masih lengkap. Ada delapan kan ya? Terus pelayan juga masih ada empat. Tak ada yang berkurang."Lucas mengangguk paham. "Omong-omong, tumben kau memakai pakaian serba hitam begitu?""Memangnya kenapa? Bukankah laki-laki terlihat lebih keren saat memakai pakaian serba hitam? Soalnya,
Baca selengkapnya
94. Balasan
Vesa Araya sedang menunggu si kembar bangun dengan tenangnya. Dia hanya bermain-main dengan sebuah gelas berisi sirup dengan rasa stroberi. Pria muda itu jelas masih bisa bersabar kedua orang yang telah menipunya itu untuk sadar. Namun, ketika dia akan meminumnya kembali, gelasnya kosong."Silahkan, Tuan Muda," ujar Ruslan setelah menuangkan sirup itu lagi.Vesa menoleh dengan senyum tulus di wajahnya, "Terima kasih, Paman.""Sudah tugas saya," sahut Ruslan dengan senang hati.Namun, kening Vesa mengerut bingung, "Kapan mereka bangun?"Ruslan melirik arlojinya dan kemudian baru menjawab, "Sekitar satu jam lagi menurut petunjuk penggunaan obatnya, Tuan Muda.""Lama sekali," balas Vesa. Dia lalu menoleh pada Derrick White yang tertidur pulas di sofa panjang."Pantas Derrick sampai mengantuk," omel Vesa.Ruslan membalas, "Apa perlu saya bangunkan paksa?"Vesa langsung saja teringat ketika dirinya
Baca selengkapnya
95. You are Next
Usai memberi pelajaran pada Lay dan Lucas, Ruslan segera membawa kedua pemuda itu ke kantor polisi. Namun, dikarenakan mereka adalah warga negara asing, pihak kepolisian harus menghubungi duta besar Inggris untuk Indonesia. Tapi yang jelas, Ruslan akan memastikan keduanya akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang mereka lakukan. Meskipun jika mereka dikirim kembali ke Inggris, mereka tetap akan diproses secara adil.Keesokan harinya, di saat Verlyta baru masuk ke dalam ruangannya, dia dikagetkan dengan adanya sebuah paket di atas mejanya."Siapa yang mengirim paket ini?" gumam Verlyta bingung.Biasanya jika dia ada paket, ayahnya sendiri yang akan mengantarkan paket itu kepadanya. Akan tetapi, kali ini dia merasa cukup aneh lantaran paket itu malah langsung ada di sana.Dengan penuh rasa penasaran, Verlyta akhirnya membuka paket yang berukuran sekitar tiga puluh senti itu.Dia mengerutkan dahinya karena itu isin
Baca selengkapnya
96. Bunuh Diri
Andi yang baru saja selesai menyortir paket untuk para karyawan AL Group itu, tiba-tiba saja dikejutkan oleh Glen, salah satu satpam muda yang telah menjadi anak buahnya selama beberapa bulan ini."Pak, Pak. Ikut saya, Pak!" teriak Glen dengan panik.Andi masih dengan santainya menjawab, "Kenapa kau berteriak-teriak seperti itu? Telinga Bapak jadi sakit dengarnya."Glen berucap, "Ada yang mau bunuh diri, Pak. Saya tidak tahu siapa karena tidak jelas."Andi yang awalnya tenang itu langsung berdiri, "Di mana?""Ke depan gedung, Pak. Ayo, Pak!" ujar Glen panik dan dia juga langsung menarik tangan Andi untuk dibawa menuju depan kantor AL Group yang ternyata sudah diapadati oleh orang-orang.Di atap gedung, terlihat ada seseorang yang sudah berdiri di sana dan tengah naik ke pembatas. Tak terlihat jelas memang dari bawah gedung. Dari bawah gedung dengan puluhan lantai itu, hanya terlihat sosok kecil yang sudah merentangkan tangannya b
Baca selengkapnya
97. Rumah Verlyta
Tanpa Vesa menjawab pertanyaannya pun Derrick sebenarnya juga sudah tahu jika jawaban untuk pertanyaannya adalah 'Ya'. Mereka memang mutlak menjadi salah satu penyebab kematian Verlyta.Vesa Araya bahkan hanya bisa menatap kosong ke arah depan. Kejadian ini begitu mengguncang jiwanya. Ini terlalu mengejutkan baginya. Tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya jika teror kecil yang dia kirimkan untuk gadis muda yang sebaya dengannya itu akan mendorong Verlyta untuk menghabisi nyawanya sendiri. Dia tidak bermaksud membuat Verlyta bunuh diri. Bukan itu yang dia inginkan. Bukan itu.Dia seolah berusaha meneriakkan kata-kata yang membuatnya perasaannya lebih baik tapi sayang sekali itu tak jelas tak berhasil."Derrick, kita ke sana."Derrick menoleh, langsung paham apa yang dimaksud oleh Vesa. Mereka berdua ditemani Ruslan dan sebagian pengawal menuju rumah duka. Jenazah Verlyta sudah dibawa pulang oleh Andi dan saat ini akan segera dimakamkan.Ketika Vesa datang, tak sedikit orang-or
Baca selengkapnya
98. Kematian
"Kenapa kau malah menahanku? Dia sudah sangat kurang ajar, Derrick," ujar Vesa marah tak terima setelah sahabat baiknya itu malah menyeret dirinya menjauh dari rumah keluarga Verlyta."Karena kau bisa membuat keributan di dalam sana, Vesa," jawab Derrick santai.Vesa meninju dinding."Tapi dia sudah sangat keterlaluan, Derrick. Dengan tenangnya dia bertanya apa ayahku masih hidup atau tidak. Dia... Arggghh. Aku seharusnya langsung membunuhnya saja," ucap Vesa putus asa.Derrick mengerti, tentu saja dia paham jika kemarahan Vesa sudah tak terbendung. "Aku tahu, Vesa.""Kau tidak tahu, Derrick," bantah Vesa."Tidak, aku tahu. Vesa, dengar. Dia sengaja memancing kemarahanmu. Dia ingin kau terlihat buruk di depan semua orang termasuk Pak Andi. Jika kau tadi hilang kendali, Pak Andi mungkin akan mengira jika kau benar-benar penyebab anaknya bunuh diri, Vesa."Vesa mendongak, "Aku tidak peduli.""Tapi aku peduli. Pikirkanlah baik-baik. Inilah yang diinginkan wanita licik itu. Dia ingin kau
Baca selengkapnya
99. Karma?
Saat itu juga, Vesa langsung memerintah Ruslan untuk menyiapkan jet pribadi milik ayahnya agar dia bisa segera pulang ke Inggris."Maaf, Tuan Muda. Saya tidak bisa menemani Anda. Saya harus menjaga Tuan Besar," ucap Ruslan saat Vesa sudah bersiap-siap masuk ke dalam jet itu.Vesa mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun dan langsung masuk ke dalam jet itu.Derrick berkata, "Jangan khawatir, Paman. Saya akan menjaganya."Ruslan tersenyum, penuh dengan rasa terima kasih, "Titip Tuan Muda saya, Tuan Muda White."Derrick memeluk Ruslan, "Paman jangan berkata seperti itu, Vesa itu sahabat baik saya. Saya pasti akan menjaganya.""Terima kasih, Tuan Muda," ujar Ruslan berusaha tersenyum."Tak perlu berterima kasih, Paman. Itu sudah menjadi tugas saya. Jaga diri Paman baik-baik dan juga Paman Valentino. Saya dan Vesa pergi dulu," pamit Derrick.Ruslan mengangguk dan melepas kedua anak muda itu pergi. Sebenarnya sangat berat bagi Ruslan membiarkan Vesa dan Derrick pergi hanya berdua dan di
Baca selengkapnya
100. Pulang ke Inggris
"Kata siapa kau tak pernah menang, Vesa? Siapa yang mengatakan kau selalu kalah?" tanya Derrick menatap dalam sahabatnya yang sedang kalut itu.Vesa tertawa kecil, sebuah tawa yang jelas menyiratkan kepedihan yang dalam, "Aku.""Derrick, ayolah. Kau berteman denganku hanya karena kasihan kan? Aku terlalu menyedihkan. Iya kan, Tuan Muda White yang terhormat?" lanjut Vesa.Derrick ingin rasanya memukul kepala Vesa agar otak sahabat baiknya itu kembali lurus."Hentikan!" bentak Derrick marah. Derrick menghela napasnya kesal. Betapa dia sekarang ini begitu marah karena Vesa yang mulai kacau lagi."Jangan katakan apapun lagi karena semakin kau mengeluarkan suara, aku semakin jengkel mendengarnya," ujar Derrick lagi.Vesa terkikik geli, "Derrick. Kau...""Diam atau aku sumpal mulutmu, Vesa Araya," ancam Derrick.Vesa terdiam. Dia lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi penumpang itu dan tak mengatakan apapun lagi.Derrick yang telah menyadari emosi Vesa menurun atau lebih tepatnya dia memaks
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status