Semua Bab MADU SATU MERTUA: Bab 121 - Bab 130
181 Bab
Bagian 121
“Pak Hartono dulunya adalah seorang kepala dinas perhubungan. Beliau mengajukan pensiun dini karena punya showroom yang sangat laris dan begitu kewalahan mencari barang. Tidak bisa membagi waktu antara keduanya. Suatu ketika, bisnisnya bangkrut. Dan gentian, tempat usaha orang tuamu yang maju pesat. Bisa jadi mereka iri sama Pak Rusdi. Karena selalu menolak bila diajak bekerjasama. Pak Rusdi selalu berpikir bahwa, lebih baik dan nyaman menjalani usaha atas hasil pemikirannya sendiri. Pak Hartono sering ke sini. Meski hanya sekedar nongkrong. Bapak kamu sebenarnya tidak suka. Namun, tidak enak kalau harus mengusir. Sepertinya memang setiap kedatangannya itu mengamati banyak hal. Sehingga saat orang tuamu pergi, ia bisa langsung mengambil tindakan dengan cara mengamankan kamu, Ras. Kami di sini tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana bisa? Rumah yang seharusnya kamu jaga, kamu tinggal begitu saja. Jelas sekali orang itu bisa mengambil semua surat-surat penting. Saya dipecat dan diancam ak
Baca selengkapnya
Bagian 122
Yasmin terus menangis, disusul Firna yang ikut memeluk Danang dari belakang.Pemandangan yang membuat hati Rasti sakit. Berkali-kali mengajak Raline pulang, tapi tidak mau. “Aku mau peluk Papa. Aku kangen Papa,” ucapnya sambil menangis.“Tolong lepaskan tangan saya, Pak. Saya tidak akan lari kemana pun. Buktinya, dari tadi saya menunggu kalian di sini. Kalau saya niat kabur, saya pasti sudah pergi. Tolong, lepas, Pak. Saya ingin memeluk anak dan istri saya,” pinta Danang.“Iya, Pak. Tolong. Saya yakin, suami saya tidak akan melarikan diri.” Firna ikut memohon.Ketiga polisi itu saling lempar pandangan. Dan akhirnya, sepakat untuk membuka borgol. Namun, mereka tetap siaga dengan pistolnya. Berjaga-jaga bila Danang kabur.Firna mundur beberapa langkah. Ia juga menarik Yasmin menjauh dari tubuh Danang, agar lelaki polisi dengan leluasa membuka borgolnya. Setelah borgol terlepas, Danang berlari memeluk Raline. Polisi yang sedianya hendak menodongkan pistol karena mengira Danang akan kabur
Baca selengkapnya
Bagian 123
Danang spontan menarik Rasti ke dalam pelukannya. “Aku sangat mencintaimu. Aku menyayangimu sampai kapanpun. Maafkan aku. Aku sangat menyayangi anak-anak kita, Nadine dan Raline,” ucapnya terbata. Rasti membiarkan lelaki yang masih menjadi suaminya itu memeluknya dengan erat. Namun, tangannya tetap pada posisi semula. Tidak memberikan respon atas apa yang Danang lakukan. “Polisi sudah terlalu lama menunggu kamu, Mas,” ucapnya lirih. Nadine dan Raline ikut memeluk kedua orang tuanya. Danang mengangguk paham. Ia mengurai pelukan dan mulai menghapus air matanya. “Papa pamit, ya? Jenguk Papa di penjara ya, Sayang?” ujarnya pada Nadine dan Raline yang masih terisak. Kedua tangannya kini berpindah merangkul Nadine dan Raline. “Papa, aku mau tinggal sama Papa,” teriak Raline. “Tunggu Papa pulang ya, Sayang?” ucap Danang lirih sambil memeluk Raline. “Pak, sudah terlalu lama.” Polisi mengingatkan. Danang mengangguk. Ia mengulurkan kedua tangan ke hadapan polisi untuk diborgol. Tangis Nad
Baca selengkapnya
Bagian 124
“Kamu baik-baik saja, Mas?” tanya Firna pada Danang di ruang besuk tahanan.“Iya, aku baik-baik saja,” jawab Danang datar.“Kamu tidak menanyakan Yasmin dan juga aku?” Firna bertanya ragu.“Aku yakin kalian baik-baik saja.” Jawaban dari Danang membuat Firna mengatupkan bibir dan menelan salivanya.Setidak berharga itulah ia di mata Danang.“Iya, Mas, kami baik-baik saja. Terima kasih sudah berpikir sepositif itu,” ucap Firna menutupi rasa malu.“Jangan pernah menungguku, Fir. Aku tidak tahu, kapan aku akan keluar dari tempat ini. Jadi, carilah pria yang dapat membuatmu bahagia. Aku yakin, di luar sana, kamu bisa menemukan kehidupan yang jauh lebih bahagia daripada bersamaku,” kata Danang samba menatap lekat wajah cantik di hadapannya. “Pernikahan kita tidak resmi secara hukum pemerintah. Jadi, kamu hanya perlu talak dari aku untuk bercerai denganku. Bila kamu menginginkan itu saat ini maka, aku akan mengucapkan ta—““Hentikan, Mas! Aku tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan. Meski
Baca selengkapnya
Bagian 125
Farhan mengepalkan tangan dan terlihat marah. Ia sangat ingin memberi perhitungan sama Rasti.Pagi itu, Cokro dan keluarganya kembali harus merasakan pahitnya diusir. Mirisnya, kejadian tersebut berlangsung saat satu keluarga itu tengan sarapan pagi di meja makan. Hingga makanan yang tengah mereka makan pun terpaksa ditinggalkan.Yasmin menangis lagi. Ia merasa tidak rela bila harus pergi di rumah yang sejak bayi ditinggali. Mereka diminta cepat mengemasi seluruh barang, dan akhirnya keluar dari rumah Hartono tanpa membawa barang apapun selain barang pribadi milik mereka.Awalnya Farhan mencoba melawan polisi, tapi akhirnya, ia menurut saat salah satu oknum pura-pura mengambil pistol dan hendak menembaknya.“Kita mau kemana?” tanya Rianti sambil menangis. Duduk di depan pintu gerbang yang sudah digembok rapat.“Aku kenal teman yang punya kontrakan. Ayo kita ke sana,” ajak Farhan yang masih terlihat emosi.“Pakai motor angkut barangnya?” tanya Firna dengan mata menatap banyak tas terge
Baca selengkapnya
Bagian 126
Part 68“Kita besok bawa makanan yang banyak ya, Kak?” ucap Raline bahagia saat malam hari mereka belum tidur.“Kakak mau beli jajan buat Papa. Pasti di dalam penjara gak ada jajan,” balas Nadine.“Aku mau bawa selimut kesayangan Papa. Dan juga boneka aku buat Papa kalau Papa lagi kangen aku.”“Kakak juga, dong. Kakak mau bawa gambar buat Papa.”“Kita gambar sama-sama aja yuk, Kak. Nanti gambarnya ada aku, Kakak, Mama dan Papa sedang bergandengan. Terus di depannya ada pantainya. Kalau Papa sudah keluar, kita akan kesana sama-sama.” Ucapan terakhir Raline membuat dada Rasti sesak. Ia akui, Danang adalah sosok suami dan ayah yang sangat baik sebelumnya. Tidak pernah menggoreskan luka apapun untuk kedua putrinya. Bahkan, berkata dengan nada tinggi pun tidak pernah. Hanya saja, saat badai rumah tangga menghampiri, ia memilih menyerah pada tubuh molek Firna.“Sudah malam, bobok dulu. Biar besok bisa bangun pagi,” ucap Rasti sambil bersandar pada tembok. Matanya memperhatikan gerak gerik k
Baca selengkapnya
Bagian 127
“Oma, kita pulang ke rumah Oma saja, ya?” pinta Yasmin lirih. “Aku takut,” sambungnya lagi. “Rumah mana, Sayang?” tanya Rianti lembut. “Rumah Oma yang besar yang dulu,” jawab Yasmin merujuk pada rumah Rasti. Seketika Firna memeluk erat tubuh Yasmin sambil berbisik, “rumah itu sudah diambil orang jahat, Sayang. Yasmin sabar ya? Jangan nangis, ayo bobok. Takut ada orang datang lagi.” “Mau bobok tapi gendong sambil diayun-ayun kayak Eyang Kakung waktu di rumah kita,” jawab Yasmin sambil sesenggukan. “Gendong Opa, ya?” sahut Cokro. “Gak mau. Maunya digendong Bunda,” jawab Yasmin. Dengan terpaksa, Firna menggendong tubuh Yasmin yang dirasanya sudah sangat berat. Mengayun-ayun dan berjalan bolak-balik di tengah ruangan yang penuh dengan barang mereka. Sesekali, ia berusaha menyeka air mata yang jatuh. Beberapa saat setelah Yasmin terlelap, ia merebahkan anak kesayangannya itu di atas kasur yang tidak seempuk kasurnya di rumah Hartono. “Panas, kipasi ….” Yasmin mengigau. “Kipasi Oma
Baca selengkapnya
Bagian 128
Part 69Raline terus berceloteh menceritakan banyak hal yang dialaminya. Sementara Nadine, hanya sesekali saja menimpali. Namun, mata Danang selalu memandang pada Rasti yang hanya duduk terdiam.“Saatnya pulang ya, Sayang?” Rasti mengingatkan.Raline memasang muka cemberut.“Iya, besok-besok kesini lagi. Terima kasih ya, anak-anak Papa udah bawakan banyak oleh-oleh,” sahut Danang.“Aku memasak masakan kesukaan kamu. Dimakan sama teman-teman nanti. Ini bawa banyak.” Rasti berkata sambil menggandeng Raline.“Terima kasih sudah datang,” kata Danang.Perpisahan mengharukan kembali terjadi. Raline dan Nadine menangis sambil memeluk ayahnya. Rasti mencoba menguatkan hati , bahwa apapun yang terjadi di hadapannya tidak akan menyurutkan niat untuk bercerai dari lelaki yang telah memberinya dua anak itu.“Lain waktu, datanglah sendiri. Karena aku ingin berbicara berdua saja denganmu,” ucap Danang saat perhatian Raline dan Nadine beralih dari ayahnya.Rasti hanya menjawab dengan anggukan kepala
Baca selengkapnya
Bagian 129
Pagi hari, Rasti sudah rapi. Ada yang berbeda dari penampilannya. Ia mengenakan busana yang sedikit longgar dan memakai sebuah kerudung untuk menutupi rambutnya.“Mama cantik sekali,” puji Nadine yang sudah memakai seragam lengkap. “Mama mau pakai hijab?” tanyanya lagi. Sang ibu hanya tersenyum saja.“Ayo, kita berangkat,” ajak Rasti.Setelah mengantar kedua anaknya, Rasti bergegas berangkat ke kantor Hanung. Setelah sidang selesai, ia memang belum pernah menemui pengacara muda itu.Dengan pelan, Rasti mengetuk pintu ruangan Hanung. Beberapa detik menunggu hingga akhirnya, pintu ruangan terbuka. Sesosok pria memakai kemeja yang digulung sampai lengan, tersenyum dan mempersilahkan Rasti masuk. Ia lalu duduk di kursi yang terletak di seberang meja kerja Hanung.“Sudah lega, Mbak Rasti?” tanya Hanung sopan.“Iya, Alhamdulillah,” jawab Rasti tidak kalah sopan.“Mau minum apa?” tawar Hanung.“Tidak usah. Saya hanya sebentar saja,” tolak Rasti. “Saya kesini mau mengucapkan terima kasih atas
Baca selengkapnya
Bagian 130
Part 70Hidup itu benar seperti yang orang bilang, laksana sebuah roda yang berputar. Kadang di atas kadang di bawah. Namun, penyebab dari perputaran itu, setiap orang pastilah berbeda.Tubuh Firna kian kurus. Setiap hari, ia harus bangun pagi untuk membantu ibunya memasak. Mereka berjualan nasi di depan rumah untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lambat laun, Yasmin mulai terbiasa tinggal di rumah yang sempit. Meski terkadang, ia masih berteriak dan menangis minta pulang. Permintaannya pun semakin membuat Firna pusing. Karena jika tidak dituruti, Yasmin akan mengeluarkan sifat manja dan arogannya.Tak jarang, Firna dan Rianti bergantian sakit. Terbiasa hidup enak dan seketika terjatuh, laksana sebuah badan yang tiba-tiba mengalami pergantian cuaca dari panas menjadi dingin.“Mbak, kamu masih mau menunggu Danang pulang?” tanya Farhan suatu sore, saat kakaknya tengah berselonjor melepas lelah.Firna menatap sang adik sekilas. Lalu kembali melihat kakinya dan memberikan pijatan rin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status