All Chapters of Cintaku Terhalang Weton: Chapter 41 - Chapter 50
224 Chapters
41. Telepon Yang Aneh
Dinda masih memperhatikan Danang yang mematung. Bulu matanya yang lentik akibat sentuhan tenaga profesional pun berkedip membuatnya tampak seperti boneka. “Mas Danang,” panggil Dinda yang lagi-lagi mengejutkannya. Danang pun mendengkus kesal, ia masih ragu untuk menceritakan masalah ini pada Dinda. Apa mungkin Dinda bisa dipercaya olehnya. Lelaki berdasi merah ini pun mengetuk-ngetukkan jemari pada meja kemudian mendongak, “Nggak ada apa-apa Din, lupakan saja pertanyaan saya tadi.” Dinda mengerutkan keningnya, berpikir kalau ada yang aneh dengan Danang. “Dinda udah selesai makannya? Kalau udah kita mending balik ke kantor saja, ada hal yang harus saya kerjakan,” ajak Danang menyisakan tanda tanya pada Dinda. Akhirnya Danang memutuskan untuk tidak menceritakan masalahnya lebih dalam pada Dinda. Namun tak dapat dipungkiri kal
Read more
42. Apa Maksudnya?
Masih ada satu orang nasabah lagi yang harus dibuatkan ilustrasi investasi oleh Dinda. Nasabah yang satu ini termasuk tipikal orang yang detail, ia ingin semuanya jelas dan terperinci. Saking detailnya, Dinda sampai harus mengulang beberapa kali untuk membuat proposal ilustrasi. “Pak Danang sibuk nggak ya?” gumam Dinda sambil mengintip ke arah ruangan atasannya.  Lelaki itu tampak duduk sambil memperhatikan layar monitor datar di hadapannya. Sesekali Danang merekatkan kedua tangannya, bersandar dan memutar kursinya, seperti ada yang dipikirkan olehnya. “Nanya gak … nanya gak,” pikir Dinda penuh kebimbangan. Cukup lama gadis itu berpikir sampai akhirnya seorang rekan kerja yang lain mendahuluinya untuk mengetuk pintu ruangan Danang. “Huft!” Dinda mendengkus kecewa kemudian melirik penunjuk waktu pada ponselnya. &
Read more
43. Pemuda Yang Sombong
Panggilan telepon itu diakhiri tiba-tiba oleh Wira, tanpa ada salam atau basa-basi terima kasih. Lelaki muda itu sudah mulai menunjukkan kekuasaannya pada Dinda yang baru pertama kali bertemu dengannya. Lekas-lekas Dinda menyimpan ponselnya dalam saku dan beranjak menuju toilet kantornya dan menenangkan diri sejenak di sana. Biasanya Dinda mendapatkan ketenangan saat dirinya memperbaiki riasan dan memandangi bayangan dirinya di cermin. Dinda bisa bergumam sambil bercermin, mengungkapkan semua kekesalan yang ia alami. Ia bisa puas mengomel di sana, kalaupun ada orang lain di sana Dinda bisa mensiasatinya dengan bergumam lirih, dan pegawai lain hanya akan menganggapnya sedang bernyanyi. Pintu dengan logo siluet perempuan itu didorong Dinda perlahan-lahan kemudian ia celingukan memperhatikan apakah ada orang lain di dalam. Kali ini tiga bilik di dalamnya tampak terbuka, sementara di area wastafel yang dilengkapi cermin besa
Read more
44. Permintaan Danang
Ayu berdiri di hadapan cermin dan memperhatikan penampilannya. Dia baru saja memperbaiki riasan wajah dan menyemprotkan parfum pada pakaiannya. Gadis berkulit langsat ini memang sengaja untuk tidak pulang ke rumah dulu dan bertemu dengan Danang yang begitu dicintainya. Meskipun ia merasa tidak nyaman karena tak sempat mandi dan ganti baju setelah penat bekerja seharian menghadapi data-data di Rumah Sakit. Mandi air dingin dan berganti pakaian bersih memang menjadi pilihan yang paling bijaksana untuk bertemu dengan sang pujaan seharusnya. Namun dengan kondisi hubungan Ayu dengan Danang yang tak juga mendapatkan restu, tentunya hal ini akan sulit untuk dilakukan. Jika Ayu pulang ke rumah dulu pasti Ibunya akan memaksa untuk ikut, atau lebih parahnya meminta Wira untuk datang menjemput Ayu. Segera Ayu mengemudikan mobil kecilnya menuju tempat yang sudah disepakati bersama Danang untuk bertemu. Ia sudah tak sabar lagi untuk melihat wajah lelaki
Read more
45. Firasat
Genggaman tangan Danang tak juga dilepaskan dari Ayu. Semakin lama genggaman itu semakin erat seakan enggan dilepaskan dari Ayu. Tatapan yang diberikan Danang bukanlah tatapan yang teduh dan menenangkan seperti biasanya, justru ada ketakutan di sana. Ayu sendiri masih bertanya-tanya kenapa kekasihnya bisa ketakutan seperti itu. Sejak awal ia mengenal Danang, ia sama sekali tidak pernah mempermasalahkan keadaan ekonomi lelaki yang bersamanya itu. “Mas, jane eneng ngopo to Mas (Mas, sebenarnya ada apa Mas)?” tanya Ayu yang masih menatap lelaki itu penuh keheranan. Alisnya masih menyatu dan pikirannya mencoba untuk menerka-nerka ada apa dengan Danang sebenarnya. Pelan-pelan ia melepaskan tangan dari kekasihnya, mengambil tissue dan mengusap lembut wajah lelaki yang bersamanya. Peluh mulai muncul di dahi Danang, dan mata kekasihnya itu tampak memerah. “Mas
Read more
46. Kepergok
Adinda Karista Wijaya, nama itu yang ada di dalam pikiran Wira sekarang. Lelaki itu duduk sambil terkekeh lantaran baru saja mendapatkan kabar baik dari Dinda yang tadi mendatanginya untuk menawarkan program investasi terbaru. Sudah cukup banyak informasi yang ia kantongi mengenai perempuan itu. Termasuk latar belakang Dinda yang berasal dari keluarga berada. Wira pun dapat menangkap adanya ketakutan dari Dinda saat perempuan itu menerima panggilan darinya. Bisa ditebak kalau Dinda sebenarnya berpikiran yang bukan-bukan akan dirinya. “Ha ha kamu sudah salah paham padaku Adinda, kamu pasti mikir kalau aku mau berbuat mesum sama kamu. Ha ha kamu salah besar, Nduk, tapi nggak masalah biarkan aku bermain-main sejenak,” gumam Wira sambil memutar kursi kerjanya 360 derajat. Dering telepon membuyarkan lamunan Wira. Tanpa melirik, ia pun langsung mengambil gagang telepon dan menjawabnya.&
Read more
47. Tawaran Wira
Dinda langsung mengambil gelas mocktail yang ada di hadapannya. Ia mulai meneguk minuman manis itu untuk menetralisir keadaan. “Sialan, Bisa-bisanya Pak Wira tahu tentang perasaanku dengan Mas Danang, apa jangan-jangan Pak Wira ini dukun ya?” tanya Dinda dalam hati. Lagi-lagi Wira memperhatikan Dinda yang terlihat gugup. Ia benar-benar menikmati pemandangan ini, walaupun perempuan di depannya ini bukanlah seseorang yang diinginkan. “Ibu mau tahu saya kok bisa menebak perasaan Ibu? Atau mungkin Ibu berpikir saya seperti dukun,” canda Wira yang tak dianggap bercanda oleh Dinda. Perempuan ini pun meletakkan gelas mocktailnya dengan sedikit kasar. “Ini kelewatan!” batinnya. Tanpa basa-basi Dinda pun menyimpan berkas-berkas yang tadi berada di atas meja dan menyimpannya ke dalam tas. “Cukup Pak Wira!&r
Read more
48. Deal
Wira mengangguk saat Dinda mengulangi pernyataannya. Lelaki berkulit putih ini mulai bersikap formal terhadap perempuan yang mengunjunginya. “Bagaimana jika Anda duduk dulu bu Dinda, kita bicara dengan baik-baik,” tawar Wira sambil mengarahkan tangan ke arah kursi yang tadi diduduki oleh Dinda. Lambat laun sikap Wira ini pun membuat Dinda luluh. Perempuan yang tadi sempat terbakar emosi oleh sikapnya pun menurut, kembali duduk ke tempatnya semula. “Bu Dinda, saya setuju untuk melakukan investasi di tempat Ibu, bagaimana jika saya mencoba dengan lima miliar. Program yang Ibu tawarkan tadi memang cukup baik,” ucap Wira mengawali. Ada kecurigaan yang muncul pada Dinda saat Wira menyebutkan nilai yang fantastis itu. Akal sehatnya berpikir kalau ada sesuatu di balik ucapan lelaki itu. Apalagi, tadi Wira melarangnya untuk memberitahu Danang jika dirinya menelepon. 
Read more
49. Kedatangan Wira di Malam Hari
Wajah Ayu yang tadinya berseri mendadak muram begitu melihat mobil mewah yang terparkir manis di depan pagarnya. Ia hanya mendengkus kesal saat melihat mobil mewah yang dikenalnya itu. “Ameh ngopo sih mrene (Mau apa datang kemari),” runtuk Ayu kemudian membuka pintu pagar. Gadis manis itu mendongak dan memberi kode pada mobil yang tak jauh dari sana untuk melanjutkan perjalanan. Tak sempat bagi Ayu untuk melambaikan tangan apalagi membiarkan sang pengemudi mampir ke rumahnya dan berpamitan pada orang tua Ayu. Ayu mendengar jelas tawa tiga orang di dalam ruang tamunya, salah satu dari mereka adalah seorang laki-laki. Canda tawa itu pun terhenti ketika Ayu mulai memindahkan mobilnya pada carport. “Lha kae bocahe teko (Lha itu anaknya datang),” tutur Ibu begitu mendengar bunyi pintu mobil yang ditutup oleh Ayu. Seperti biasanya, setiap kali
Read more
50. Angan-Angan Semu?
Ini adalah hari yang benar-benar buruk bagi Danang. Ia yang bermaksud melakukan tugasnya sebagai seorang supervisor harus menelan pil pahit lantaran nasabah yang dibidik oleh rekan kerjanya Dinda adalah pesaingnya sendiri. Secara kasat mata ia memang kalah jika dibandingkan dengan Wira. Dari segi ekonomi, penampilan ia hanya mendapatkan nilai delapan atau rata-ra, sementara Wiranata bisa mendapatkan nilai sepuluh. Satu hal yang membuat Wira semakin sempurna adalah lelaki itu sudah mengantongi restu dari keluarga Ayu. Siang tadi Danang tampak berusaha keras untuk tidak emosi saat bertemu dengan Wiranata. Pengusaha muda itu dengan percaya diri mengatakan ia akan menikah dengan calon istrinya, dan mengungkapkan mimpi untuk berumah tangga dengan Ayu. Mimpi yang seharusnya hanya untuknya. “Ya Tuhan kenapa begitu berat halangan untukku menjalin hubungan dengan perempuan yang kucintai,” gumam Danang sambil menatap l
Read more
PREV
1
...
34567
...
23
DMCA.com Protection Status