Cintaku Terhalang Weton

Cintaku Terhalang Weton

Oleh:  Rindu Rinjani  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
12 Peringkat
224Bab
9.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Danang harus menelan pil pahit ketika niat baiknya meminang Ayu kekasihnya mendapat penolakan dari orang tua Ayu. "Kami sangat berterima kasih atas niat baik Nak Danang untuk meminang putri kami Ayu. Namun mohon maaf lamaran tidak bisa kami terima," putus Pak Suryo, ayah kandung Ayu. "Ta ... Tapi kenapa?" tanya Danang tak percaya. "Sudah Pak, langsung bilang saja apa alasannya. Gini ya Danang, kami sudah berembug kalian tidak berjodoh. Jumlah neptu dan weton kalian adalah 25, ini akan menjadi petaka bagi kehidupan rumah tangga kalian!" putus Bu Ratmi, ibu Ayu sambil mengangkat dagu dan membuang muka. Penolakan ini dianggap konyol oleh kedua sejoli itu. Mereka pun berusaha keras untuk mendapatkan restu, tapi keluarga Ayu tetap bergeming. Kedua orang tua Ayu sudah membuktikan kalau angka 25 tidak akan membuat langgeng, karena pengalaman pribadi mereka yang akhirnya bercerai. Selain itu Ayu juga akan dijodohkan dengan Wira, putra teman Budhenya yang memiliki hitungan weton yang sempurna, yang akan membuat mereka langgeng berumah tangga dan disegani.

Lihat lebih banyak
Cintaku Terhalang Weton Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
HENY PU
weton mas danang sepertinya cocok denganku
2022-03-26 17:58:55
1
user avatar
Pena_Receh01
ahh suka banget sama ceritanya
2022-03-25 15:57:53
1
user avatar
Murninulis
jgn ladeni Dinda, Danang... kl nekat ajak Dinda. jangan main api. main gula aja, manis di lidah.........
2022-03-12 09:20:37
1
user avatar
KarRa
Gimana nasib hubungan Ayu ama Danang? Kasihan
2022-02-12 16:02:14
0
user avatar
KarRa
Syuka ih .........ada bahasa jawanya juga ... lope-lope. Lanjut thor.
2022-02-12 16:00:23
0
user avatar
KarRa
Apakah kumis Pak Suryo setebal milik Pak Raden, hehehe
2022-02-12 15:55:58
0
user avatar
Queen Moon
up lagi kak, semangat
2022-02-12 14:08:06
0
user avatar
Handira Rezza
Merinding baca judulnya
2022-02-12 13:49:28
0
user avatar
Oot
Kemarin baru tonton vlog Thoriq Halilintar. Kata Juragan 99 weton dia dan Fuji bagus. Jadi ingat novel kak rin hahahaha
2022-02-12 11:38:01
0
user avatar
EnKa Jasmine
Related sama lingkungan orang2 yg masih memegang adat... Semangat up, kak. Kren ceritanya...
2022-02-11 19:00:48
0
user avatar
Rose Dreamers
Mau gak percaya, tapi takut nyata. Mau percaya, tapi terlanjur cinta...... Semangat berjuang Danang...
2022-02-10 16:21:18
0
user avatar
Nyi Ratu
Mantep dah itung-itungannya, wkwkwk.
2022-02-10 16:04:07
0
224 Bab
1. Tembungan*
Danang duduk dengan tegak di ruang tamu kediaman kekasihnya Ayu. Kedua telapak tangannya terasa dingin, dan jantungnya berdegup kencang. Sesekali kakinya bergerak naik turun seperti mengoperasikan mesin jahit. Ayu yang duduk di sebelahnya pun melirik kekasihnya, ini kedua kalinya Danang terlihat sangat gugup. Pertama saat kekasihnya maju untuk sidang skripsi beberapa tahun lalu. Kedua adalah hari ini, saat sang kekasih berniat menyampaikan niat baik untuk meminangnya. Sebelumnya Ayu menyemangati Danang dengan mengusap lengannya lembut. Namun hal itu tak mungkin dilakukan saat ini karena kedua orang tuanya duduk berseberangan dengannya. Sepasang kekasih ini sudah cukup lama menjalin hubungan, tepatnya saat mereka masih kuliah dulu, tapi hubungan itu sempat kandas lantaran Danang diterima kerja di luar kota. Mereka berdua tidak setuju dengan hubungan jarak jauh, dan sepakat jika bertemu lagi dan masih ada rasa sebaiknya me
Baca selengkapnya
2. Diusir
Bu Ratmi dan Pak Suryo masih saja bicara panjang lebar mengenai perhitungan weton yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga mereka. Sementara Ayu dan Danang hanya bisa menunduk lesu. Tak usah ditanya bagaimana perasaan Danang saat ini, terpukul, sakit itu jelas. Jika penolakan ini dikarenakan masalah lain seperti ekonomi ia masih bisa mengerti. Namun ini karena hitungan weton yang menurutnya sangat aneh. Danang sendiri juga berasal dari Jawa sama seperti Ayu, tapi keluarganya tidak pernah mempermasalahkan weton seperti keluarga kekasihnya. Kedua orang tua Danang menganggap Ayu sebagai calon menantu yang pas lantaran sopan santun dan sikapnya yang mandiri. “Seberapa pentingkah weton itu dalam kehidupan berumah tangga nanti? Apakah benar hitungan weton akan menyebabkan ketidakbahagiaan?” pikir Danang sambil melirik Ayu yang cemberut. “Hmm gimana, apa yang Bapak dan Ibu sampaikan sudah
Baca selengkapnya
3. Melepas Rindu
Ayu berjalan dengan langkah yang lebar menuju ke kamar tidurnya. Ia tak peduli akan kedua orang tuanya yang masih duduk di ruang tamu. “Ayu!” panggil sang Ibu, tapi perempuan berambut sebahu ini berpura-pura untuk tidak mendengarnya. “Yu, nduk sini sebentar Ibu dan Bapak mau bicara sama kamu,” panggil Ibunya sekali lagi. Ayu berhenti dan langsung berbalik ke arah kedua orang tuanya. “Ayu nggak mau ngomong apa-apa lagi sama Bapak dan Ibu kecuali kalau kalian merubah keputusan untuk menerima lamaran Mas Danang,” balas Ayu yang masih tidak bisa menerima keputusan Ayah dan Ibunya. “Ayu!” seru sang Ibu dengan nada tinggi dan mampu membuat putrinya tersentak. Pak Suryo yang masih di situ pun menyentuh pundak mantan istrinya dan memintanya untuk tidak memperpanjang urusan kali ini. “Beri dia
Baca selengkapnya
4. Kedatangan Budhe Ning
Pengunjung hik semakin lama semakin ramai. Entah sudah berapa lama dua sejoli itu berada di sana. Es teh yang dipesan oleh Ayu sudah mencair, merubah minuman pekat itu menjadi dua warna, bening dan merah kecokelatan di bagian bawah. Ayu mendongak dan memperhatikan mata kekasihnya yang teduh. Kedua mata yang selalu memberinya ketenangan. “Jadi kita akan mencoba kembali, Mas?” Danang mengangguk penuh percaya diri. Lelaki yang bekerja di bank swasta ini menganggap penolakan itu sebagai bentuk ujian cintanya terhadap Ayu. Bisa jadi calon mertuanya itu ingin melihat bagaimana keteguhan hati laki-laki yang memberanikan diri untuk mempersunting putri mereka. “Insya Allah Yu, kita usaha dulu, selebihnya biar jadi urusan Sang Pemberi Hidup.” Ayu pun terdiam lagi, kali ini bukan karena memikirkan cara apa yang harus ditempuh agar keluarganya bisa menerima kehadiran
Baca selengkapnya
5. Rencana Tersembunyi
“Mas, Ibu makin kekeh dengan keputusannya,” tulis Ayu melalui layanan pesan berlogo warna hijau. Tadi hatinya sempat berbunga-bunga lantaran pertemuan dengan Danang yang begitu sederhana. Namun kedatangan Budhe Ning telah merubah semuanya. Tak ada lagi senyuman yang menghiasi wajah kalemnya. “Kamu kok belum tidur to Yu? Mikirin Mas ya?” balas Danang tanpa perlu menunggu lama. Melihat sang kekasih masih terjaga, Ayu pun langsung menceritakan kejadian yang baru saja dialami olehnya saat kedatangan Budhe Ning. “Ibumu tetap bersikeras Yu, sampai meminta Budhemu untuk menasihati?” tulis Danang tidak percaya. “Iya Mas.” Sementara itu di kamar Danang …. Lelaki muda itu duduk di tepi ranjangnya sambil memegangi kepala. Kabar yang baru saja diterima dari Ayu benar-benar mengacak-ngacak perasaa
Baca selengkapnya
6. Buat Ayu
Danang menyalami Bu Ratmi dan Budhe Ning dengan hormat. Tak lupa ia memberikan sajen berupa martabak dan terangbulan untuk oleh-oleh. “Silakan duduk Nak Danang,” kata Bu Ratmi ramah. Kedatangan Danang kali ini memang disambut dengan lebih ramah dibanding sebelumnya oleh bu Ratmi. Biasanya saat berkunjung ke rumah Ayu, sikap Ibunya biasa saja, tidak hangat dan tidak menunjukkan adanya kebencian bagi dirinya. “Maturnuwun Bu (Terima kasih Bu),” jawab Danang kemudian duduk di hadapan kedua wanita paruh baya itu. “Ini Budhenya Ayu, Budhe Ning yang tinggal di Klaten,” Bu Ratmi mencoba memperkenalkan wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya. Tak hanya Danang yang terkejut dengan sikap Bu Ratmi, tapi juga Ayu. Kedua sejoli ini sempat takut dan khawatir akan penolakan yang diberikan oleh Bu Ratmi nantinya. Apalagi dengan kedatangan Budhe Ning
Baca selengkapnya
7. Dijodohkan
Budhe Ning dan Bu Ratmi menoleh secara bersamaan ke arah Ayu yang tengah membawa nampan. Kedua wanita paruh baya ini tersenyum pada Ayu seolah tak terjadi apa-apa. Sang Ibu justru memanggil putrinya dan menyuruh untuk duduk di dekatnya. “Sini, Nduk!” panggil Bu Ratmi kemudian menggeser duduknya dan menepuk-nepuk sisi di sampingnya. Dengan sedikit gondok, Ayu pun menuruti Ibunya, melirik ke arah Danang yang duduk dengan mata mulai memerah. Pasti sakit sekali apa yang dirasakan oleh Danang. Ayu sendiri juga merasa sakit hati dengan apa yang barusan diucapkan oleh Ibunya. “Bu, kenapa Ibu ngomong gitu? Ibu dan Budhe nggak serius kan dengan yang tadi?” tanya Ayu setengah merengek. “Ora serius piye to Nduk (Tidak serius bagaimana, Nak), ya jelas Budhe dan Ibumu serius dengan apa yang kami katakan,” kata Budhe Ning mengambil alih. Ayu menoleh
Baca selengkapnya
8. Harapan Yang Jelek?
Budhe Ning terus saja bicara tentang kebaikan lelaki yang akan dijodohkan dengan Ayu. Di mata wanita paruh baya ini, sosok lelaki yang akan dikenalkan padanya adalah sosok yang sempurna. Terlebih lagi saat membahas tentang weton yang dimiliki oleh lelaki itu. Ingin sekali Ayu menutup dua telinganya dengan telapak tangan. Mungkin juga ingin segera pergi dari tempat mereka berkumpul. Namun jika hal itu dilakukan, tentu saja akan menimbulkan keributan nantinya. Yang bisa dilakukan Ayu hanya diam berdiri dan mendengarkan perkataan kedua wanita paruh baya itu hingga selesai. Setelah mereka selesai barulah Ayu bisa menjawab ucapan mereka. “Wira itu secara bibit, bobot, bebetnya jelas dan semuanya baik. Dia punya usaha hotel yang ramai, tentunya dia bakal bisa menghidupimu. Keluarganya terhormat, dari keturunan yang baik dan yang paling penting hitungan weton kalian itu cocok Nduk,” jelas Budhe Ning. 
Baca selengkapnya
9. Calon Menantu Idaman
Bu Ratmi mencoba untuk mengejar Ayu yang melangkah lebar menuju kamar tidurnya. Bagaimanapun putrinya harus mengerti dan sepaham dengan dirinya. Namun baru bergerak selangkah Budhe Ning sudah mencegah dengan menyentuh pundak Ibu Ayu. “Mi, udah biarin aja, namanya anak lagi dimabuk cinta ya begitu itu, percuma saja ngomong sama dia pasti nggak akan didengarkan. Ini semua pasti karena pengaruh dari laki-laki itu!” cergah Budhe Ning. “Sepertinya begitu Mbak Yu,” jawab Bu Ratmi kemudian kembali duduk di sofa. Budhe Ning pun mengambil ponsel dari dalam saku dan menghubungi kenalannya melalui pesan di aplikasi hijau. “Sik yo dhik, aku tak nelpon wong tuwone Wira, njaluk potone (Sebentar ya dhik, aku mau telepon orang tuanya Wira buat minta fotonya),” kata Budhe Ning yang disambut antusias oleh Bu Ratmi. Budhe Ning pun mulai berbasa-basi dengan Bu Las
Baca selengkapnya
10. Danang Ngambek
Karena tak kunjung dapat balasan dari Danang, Ayu pun berinisiatif untuk mendatangi kekasihnya itu ke kantornya dan membawakan sarapan favoritnya, pecel ndeso sajian kuliner khas kota Solo yang berisi nasi merah, sayuran lengkap dengan sambal wijennya. Tak lupa Ayu membawakan tempe mendoan dan peyek kacang sebagai pelengkap. “Mas … Mas Danang!” panggil Ayu saat melihat kekasih hatinya sudah turun dari mobil sedannya. Mau tak mau Danang pun berhenti dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Perempuan yang dikasihnya berdiri di sana dengan seragam putih khas rumah sakit yang dibalut cardigan biru muda. Sebenarnya ia malas untuk bertemu Ayu kali ini, tapi karena ini di kantor dan sudah banyak rekan kerjanya yang datang maka ia pun menemui Ayu. “Kamu ada apa ke sini?” tanya Danang. “Aku pengin ngobrol sama Mas,” pinta Ayu. 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status