Lahat ng Kabanata ng Merebut Suami Pelakor: Kabanata 11 - Kabanata 20
119 Kabanata
Amarah Besar Nayna
Bendera kuning berkibar di depan pagar rumah yang tidak terlalu tinggi. Orang-orang berpakaian hitam hilir mudik masuk dan keluar. Ada yang berekspresi sedih ada pula yang biasa saja, hanya sekadar hadir untuk setor muka sebagai tetangga jauh maupun dekat. Aura duka cita menyelimuti rumah luas tanpa perabot yang mewah itu. Di tengah-tengah rumah, berbaring sang ibu berselimutkan sarung dan secarik kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya. Nayna tak pernah mangkir dari sisinya. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan doa pengampunan. Hatinya teramat pedih. Sesak menyelimui dadanya tanpa henti dan tangisnya terus melebur. Hanya Vina yang selalu setia di sampingnya. Ada pula Pak RT dan istrinya yang selalu memberikan petuah sabar dan ikhlas. Ibu mertuanya datang sesaat sebelum Ibu dimandikan. Dengan raut datar sambil melirik ke sana kemari lalu menutup mulutnya dengan kerudung. Bersikap sedih, tapi sorot matanya sudah jelas mengungkapkan bahwa wanita itu tidak bersimpati sedikit pun.
Magbasa pa
Amukan Nayna
Dengan segera Vina menghadang Nayna yang kalap, seolah hendak betul-betul menghajar Mirna. Sedang Mirna merunduk panik ketika Vina berhasil memegang gagang pel yang akan ditujukan untuknya. Dia mundur beberapa langkah untuk menjauh.“KAMU GILA YA! MAU BUNUH SAYA? SAYA LAPORIN KAMU KE POLISI YA!”Jantungnya hampir copot. Merasa lega ketika Alya dan Randy keluar dari kamar masing-masing. Mereka masih terlihat kaget dan mengantuk. Mirna segera berlari ke arah dua anaknya.“Ada apa ini, Bu? Ribut bener!”“Ini istrinya kakak kamu. Dia sudah gila karena ibunya meninggal dan melampiaskannya ke kita.”Mendengar kata ‘ibu’ dan ‘meninggal’ membuat mata Nayna kembali berapi-api. Ia mendorong Vina dan  berlari memegang gagang pel untuk kembali menyerang.“HEI! MAU APA LAGI KAMU!”Mirna berlindung di belakang Randy sedang kedua anaknya itu bingung harus melak
Magbasa pa
Akan Aku Rebut Suaminya Juga
Vina membeku. Tak pernah menyangka Nayna akan mengatakan hal semacam itu. Ia tersenyum canggung saat mengira Nayna mungkin hanya bercanda. “Eiihhh … kamu ngomong apa sih?” “Aku akan buat dia merasakan artinya dikhianati.” “Dengan merebut suaminya juga? Kenapa kamu sampai berpikir begitu?” Nayna melirik Vina sepersekian detik sebelum kembali memasang sorot mata yang datar. “Karena dia sudah mengambil segalanya dari aku. Aku juga akan membalasnya.” “Tapi kamu bakal dicap sebagai pelakor nantinya, apalagi belum lama kamu berpisah dengan Bagus. Akan ada banyak spekulasi.” “Aku nggak peduli.” Vina menghela napas. “Banyak konsekuensinya, Nay.” “Aku bilang aku nggak peduli.” Merebut suami pelakor itu adalah ide balas dendam yang tidak pernah terpikirkan oleh Vina. Dia tidak tahu kenapa Nayna mempunyai ide seperti itu. “Kamu yakin, Nay? Kamu siap dengan semua konsekuensinya?” Tak perlu banyak waktu untuk Nayna menjawab. “Aku sangat siap.” “Banyak cara balas dendam selain ini, Nay.
Magbasa pa
Cerai dengan Bagus
Vina kehilangan kendali dan akhirnya melempar pot itu, namun Bagus sudah berlari keluar pagar dan pot itu jatuh, pecah dan tanahnya berserakan di halaman rumah.Bagus sudah tidak lagi terlihat. Vina terengah-engah dengan dengusan amarah yang masih tersisa. Ia berbalik dan mendapati Nayna tidak bergerak sedikit pun. Wanita itu menunduk dengan urat-urat di leher yang menegang.“Nay. Kamu nggak papa?”Vina mendesah takjub ketika Nayna mengangkat wajah dan tidak ada air mata setetes pun di pipinya. Mata dengan riasan itu kering. Nayna malah tersenyum miris. “Ternyata dia seburuk itu.” Vina mendapati penyesalan yang dalam pada mata Nayna, bahwa dia sudah salah memilih. Bahwa kehidupannya selama lima tahun bersama Bagus sangat sia-sia.“Kamu nggak perlu menyesal begitu. Setiap pilihan ada risikonya, Nay. Nggak ada pilihan yang betul-betul tepat. Masa lalu itu cuma sebagian dari keping kehidupan kamu. Kalau
Magbasa pa
Mempelajari Kehidupan Malam
“Jadi istri kamu ngusir kamu?”Lisa bersandar di kepala ranjang. Tubuhnya hanya tertutupi selimut sampai ke batas dada—tanpa pakaian. Melirik Bagus yang berbaring di sampingnya. “Iya.” Bagus menjawab muak. “Sudah ngamuk terus ngusir? Istri kamu itu orang macam apa sih? Dia bahkan mengemis-ngemis ke aku untuk antar ibunya ke rumah sakit. Nggak ada harga dirinya banget.”“Lagian untuk apa kamu ke sana? Gara-gara kamu ibunya kena serangan jantung sampai meninggal. Aku sampai takut datang karena Nayna mungkin bakal membongkar perselingkuhan kita di depan semua orang.”Lisa mendelik kesal kepada Bagus. “Kok gara-gara aku?! Ini semua karena istri kamu yang udik itu! Pakai pelihara video segala, Kenapa bukan kamu yang minta videonya?”Bagus tidak bisa bilang jika dia tidak bisa pulang setelah kejadian pelabrakan di hotel malam itu. Lebih tepatnya dia tidak ingin disalahka
Magbasa pa
Karma Si Tukang Selingkuh
Nayna menatap nanar bangunan hotel yang cukup besar di hadapannya, sementara Bagus sedang membayar ongkos taksi di belakang. Nayna menarik napas berulang kali, menyiapkan hati dan juga tubuhnya.“Ayo masuk.” Bagus menyentuh pinggangnya, membuat Nayna membeku. Jantungnya berdebar bukan lagi karena sensasi cinta, tapi tiba-tiba saja ia merasa sangat muak sampai perutnya melilit hebat.Tanpa melihat reaksi Nayna, Bagus mengamit pinggang wanita itu dan menuntunnya masuk, check in lalu bersama-sama melewati koridor panjang menuju kamar yang sudah dia pesan.“Oh ya, kita bahkan belum kenalan. Sorry, aku lupa nanya nama kamu. Aku Bagus.”Nayna terdiam. Bingung harus memberikan nama apa pada dirinya sendiri. “Atau nggak mau kasih tahu nama. Cukup one night stand, eh?”“Anya,” jawabnya pelan, tapi cukup meyakinkan.“Anya. Nama yang simple, tapi menarik.” Lagi-lagi lirikan mata d
Magbasa pa
Modal Balas Dendam
Nayna tidak bisa kembali ke bar karena Bagus pasti akan mencarinya ke sana. Ia mengirimkan pesan kepada Vina bahwa dia sudah pulang ke kos—tentu membawa semua barang curiannya.Namun, terlebih dahulu Nayna mampir ke ATM untuk menarik semua uang yang ada dalam tabungan Bagus. Ia tersenyum miris saat mendapati kartu itu berisi nominal yang cukup banyak.“Tiga puluh tujuh juta.” Jumlah yang bahkan cukup jika ponsel, jam tangan dan semua uang dalam dompet Bagus disatukan untuk operasi Ibu ditambah dengan tabungan Ibu dan juga perhiasan yang sudah dijual Nayna. Dia tidak perlu keliling ke sana kemari untuk mengumpulkan biaya operasi.Dada Nayna hampir meledak karena sesak. Mengapa orang-orang ini tidak punya hati sama sekali? Tidak Bagus maupun mertuanya. Mereka bukan manusia.Padahal Nayna sudah menghubungi lelaki itu berulang kali. Untuk meminta sedikit simpati dan juga bantuan, tapi Bagus tidak pernah mengangkat teleponnya. Pu
Magbasa pa
Rencana Pembalasan
Lisa baru saja menyelesaikan yoga rutinnya setiap pagi ketika notifikasi tagihan kartu kredit yang melonjak membuatnya terkejut dan heran.Tagihannya hampir mencapai limit. Seingat Lisa, Bagus tidak pernah menggunakan kartu kreditnya sebar-bar ini. Apalagi semalam Lisa sudah memberinya uang tunai yang lumayan banyak.Dia juga sudah mengirim kulkas dan TV ke rumah ibunya. Tidak ada alasan untuk Bagus berbelanja sebanyak ini. Didorong oleh rasa bingung dan heran, Lisa menelepon Bagus.Semakin bingung ketika pria yang umurnya lebih muda darinya itu tidak mengaktifkan telepon sama sekali. Pesan-pesannya pun tidak ada yang terbaca. Ada apa dengan Bagus?Lisa menghela napas. Sudahlah, toh mereka akan bertemu nanti malam.Ia meletakkan ponsel kembali ke atas meja dengan helaan napas cemas. Sementara di dalam mal, Nayna dan Vina sudah memegang kantong belanjaan yang sangat banyak sampai tangan mereka bahkan tidak cukup untuk membawa semuanya.
Magbasa pa
Ajari Aku Cara Menggoda Laki-Laki
“Hasil penyelidikan tentang perempuan pelakor itu sudah ada, Nay.” Vina mengeluarkan amplop cokelat dari dalam tasnya sesaat setelah dia membuka pintu kos. “Duduk dulu, Vin. Kamu baru pulang kerja.” Nayna menyusun piring-piring yang baru saja dicucinya ke rak piring di samping kulkas. Vina duduk di atas kasur yang tak lagi empuk itu. “Namanya Lisa Widyananta, umur 30 tahun dan punya bisnis gym. Suaminya adalah Rama Widyananta, usianya 32 tahun dan menjalankan bisnis restoran yang punya banyak cabang di seluruh Indonesia.”Nayna diam mendengarkan. Dalam hati penasaran, mengapa perempuan bernama Lisa itu masih mencari kesenangan di luar sana ketika hidupnya sudah nyaris sempurna?“Suaminya sibuk banget mengurus cabang restorannya di mana-mana dan sering ke luar kota. Mungkin karena itu, Lisa sampai memelihara berondong laknat macam Bagus.”Nayna mengabaikan. “Di mana alama
Magbasa pa
Bertemu Suami Pelakor
Rama Widyananta tidak terlihat seperti laki-laki narsis yang buruk atau pria kaya yang angkuh dan pemain wanita. Padahal Nayna mengharapkan sikap yang kurang ajar dan menjengkelkan darinya.Pria dengan potongan rambut yang rapi, bertubuh sedang—tidak tinggi dan tidak pendek—garis bibirnya menunjukkan kesan ramah dan sorot matanya memancarkan sikap yang tulus.Kulitnya sedikit kecokelatan, lebih tepatnya cokelat manis. Nayna mengamati mata hitam yang berkilat percaya diri saat menatapnya. Tak ada amarah maupun kejengkelan di sana, tak jua rasa rendah diri dan penyesalan.Nayna menyambut uluran tangan kokoh itu, digenggamnya tangan besar dan kasar itu dengan kuat. Hatinya bertanya-tanya, apakah lelaki ini tahu tentang perselingkuhan istrinya?Tapi dia tidak terlihat seperti orang yang punya maslah yang sangat berat. Nayna tebak dia belum tahu apa-apa.“Ayna.” Pelan. Datar, dan dingin.Rama melepaskan jabatan tangan mere
Magbasa pa
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status