Semua Bab Merebut Suami Pelakor: Bab 31 - Bab 40
119 Bab
Mempermainkan Lisa Sampai Gila
Lisa menyembunyikan ponsel Rama dalam koper, di bawah tumpukan pakaiannya dengan keyakinan Rama tidak akan menemukan benda itu. Makanan mewah di hadapan mereka tidak membuatnya berselera sedikit pun. Dalam kepalanya hanya ada tiga kata: Nayna, bukti, dan ponsel. Ia melirik ke sekeliling restoran, mencari-cari barangkali ada orang aneh yang membuntutinya atau mungkin perempuan kumal yang memakai kaos gombrong dengan celana kain yang sangat jadul sedang mengamati dirinya dan Rama di suatu tempat. Nayna bilang dia tahu di mana tempat hotel mereka menginap. Berarti wanita itu mengawasi kehidupannya setiap saat. Dari mana dia mendapatkan kekuatan sebesar itu?Dari mana Nayna belajar mempermainkannya seperti ini?Wanita itu tidak mungkin datang ke sini untuk menyusulnya, 'kan?"Mau aku pesankan menu lain?" Pertanyaan dengan nada perhatian milik Rama memutus lamunan overthinking Lisa.Lisa menggeleng. "Nggak perlu."
Baca selengkapnya
Harus Menyingkirkan Nayna
Selama tiga hari, Lisa sama sekali tidak bisa menikmati waktu berdua dengan Rama. Tak pernah sedikit pun dia lengah dalam menjaga Rama terus berada di dekatnya. Malam ini adalah malam terakhirnya—besok mereka akan pulang—sekaligus menjadi malam terakhir pencarian Nayna. Diliriknya Rama yang tertidur pulas di sampingnya. Dalam tiga hari, dia sama sekali tidak mengaktifkan ponselnya. Menghindari teror dari Nayna, tapi tetap saja dia selalu merasa waspada. Lisa mengibaskan tangan di depan mata Rama yang terpejam rapat, memastikan lelaki itu benar-benar tertidur dan tidak akan bangun dalam waktu dekat. Diambilnya ponselnya di atas nakas. Dia hidupkan dan mencari-cari nama Bagus. Tak peduli jika ini sudah tengah malam dan Bagus sudah tertidur pulas di rumahnya. Ia menjauh dari ranjang, memepet pada sudut kamar. Saat ia yakin suaranya tidak akan membangunkan Rama, dia menelepon Bagus. Menunggu Bagus mengangkat te
Baca selengkapnya
Pelakor yang Kebakaran Jenggot
Vina menghela napas lega di kamar kos barunya yang sudah dia tempati selama tiga hari bersama Nayna. “Mereka sudah pulang dari bulan madu.”Namun, berbeda dengan ekspresi lega Vina, Nayna masih datar saja. “Untung aja aku berhasil merayu asisten Rama untuk jadi pelanggan setia aku, jadi kita bisa menggali informasi sebanyak mungkin tentang Rama dan istrinya si pelakor itu.”Nayna menoleh serius kepada Vina yang tengah bersandar pada kepala ranjang. Kali ini kos baru mereka lebih mahal dan lebih berfasilitas. Ada ranjang luas dengan spring bed—bukan lagi kasur lapuk yang tidak empuk—serta lemari kayu yang cukup untuk menampung pakaian mereka berdua.“Apa imbalan yang dia minta?” Mata Nayna memicing ketika Vina tahu-tahu memalingkan wajah dan pura-pura sibuk dengan ponselnya.Bosan ditatap penuh curiga terus-terusan oleh Nayna, Vina akhirnya meloloskan napas berat dari bibirnya yang tidak terpoles lipstik. “Servis gratis. Dia akan berikan semua informasi yang aku minta dan aku bakal k
Baca selengkapnya
Menjebak Rama
Nayna datang lagi untuk keempat kalinya. Pada suasana ramai restoran yang masih sama. Hangat, ramah, dan mewah seolah menggambarkan kepribadian pemiliknya.Kali ini dia tidak datang di siang hari. Lampu-lampu remang yang berpadu dengan nuansa emas serta lilin-lilin yang ditata dengan gaya klasik membuat suasana di malam itu terlalu romantis untuk Nayna yang datang sendiri dengan gaun malamnya yang pendek dan melekat pas di tubuh curvy-nya.Potongan kain berwarna ungu gelap berkerah bulan sabit dan ditaburi dengan butiran–butiran putih kecil yang tampak seperti berlian. Rambutnya dia biarkan tergerai sampai pinggang, jatuh bergelombang dan menutupi punggungnya. Riasan wajahnya misterius dan sebisa mungkin dia tipiskan sebab penampilannya sudah sangat mencolok. Hanya di bagian mata yang dibuat tajam.Pada seorang waiter yang berdiri di samping pintu masuk dengan buku catatan besar di tangannya untuk memastikan para tamu yang masuk sudah melakukan reservasi karena setiap malam adalah wa
Baca selengkapnya
Menjebak Rama (2)
Nayna membawa Rama ke sebuah restoran yang lebih kecil dari milik Rama. suasananya tidak seromantis tadi dan tampak biasa saja. Alih-alih remang-remang dan misterius, pencahayannya malah sangat terang dengan dekorasi serba putih yang terlihat sangat higienis.Mereka tak perlu reservasi. Cukup memilih tempat duduk di dekat jendela dengan pemandangan suasana malam yang ramai.Penampilan Nayna sangat mencolok untuk ukuran restoran yang biasa saja. Begitu pun dengan Rama yang mengenakan setelan lengkap yang licin berwarna cokelat gelap. Dia tampak seperti eksekutif muda yang memilih restoran random untuk makan malam karena sudah terlalu letih.Namun, wajahnya masih segar. Tak ada gurat kelelahan dan keberatan meski Nayna mengajaknya ke tempat yang lebih jauh sampai memakan waktu lima belas menit perjalanan."Ada makanan lokal juga di sini." Nayna bersuara untuk pertama kalinya sejak mereka memasuki restoranRama mengangguk paham sambil menatap lekat buku menu. Menyebutkan menu pilihannya
Baca selengkapnya
Melempar Karma Pada Pelakor
Nayna menatap fokus ke samping, pada Rama yang sudah jatuh tertidur. Napas lelaki itu berembus teratur. Nayna mengambil ponsel di dalam tas jinjingnya.“Halo, saya akan kirimkan sisa uangnya. Terima kasih sudah membantu.”“Sama-sama, Mbak.” Nada suara itu terdengar senang. Waitress yang sejak tadi melayani mereka di dalam restoran itu mau bekerja sama tanpa bertanya macam-macam.Nayna memutus telepon dan kembali mengamati Rama. Malam ini dia harus bekerja keras sebab tenaganya akan terkuras habis. Pertama-tama Nayna turun dari mobil dan membuka pintu kemudi, kemudian mulai menurunkan Rama setelah membuka sepatu tingginya terlebih dulu. Tubuh besar lelaki itu lebih berat dari perkiraan Nayna. Untungnya dia tidak perlu ke hotel yang jauh, sebab puluhan langkah dari restoran lokal itu, ada hotel yang juga tidak begitu mewah.Nayna cuma perlu memapah Rama menuju hotel bintang empat itu. Tak butuh waktu lama, N
Baca selengkapnya
Merebut Suamimu
Lisa sampai di hotel Bellina dua puluh menit kemudian. Ia langsung berlari melewati meja resepsionis dan memberondong masuk ke lift. Dadanya naik turun dengan tempo yang tidak teratur. Di dalam lift, setengah mati ia mencoba tetap tenang meski kedua kakinya gemetar menahan amarah. Kedua tangannya sudah terkepal bersiap untuk memberikan pelajaran kepada perempuan tidak tahu malu itu!“Beraninya dia menggoda Mas Rama!” Lisa menggeram dengan sorot mata lurus penuh dendam.Ketika pintu lift yang hanya diisi olehnya itu terbuka, Lisa tidak membuang waktu sedetik pun untuk langsung berlari dan mencari-cari kamar 303 di lantai tiga.Dia bahkan membawa Mas Rama ke hotel murahan seperti ini!Kamar 303 sudah ada di depan matanya. Lisa merasa tak perlu mengetuk atau meminta izin. Digedornya pintu cokelat itu dengan amarah membabi buta. Tak ada reaksi apa pun dari dalam. Dia akhirnya memutar handle-nya dan tahu-tahu pintu itu terbuka.Ternyata tidak terkunci.Lisa menerobos masuk. Menemukan Rama
Baca selengkapnya
Kekalutan Rama
Lisa tidak ingin lagi membaca rentetan pesan yang mempermainkan akal sehatnya itu. Genggamannya pada ponsel semakin menguat. Dengan napas yang memburu penuh amarah, ia lempar benda elektronik itu ke dinding lift, melampiaskan seluruh api yang bercokol di dadanya.Dia tidak pernah dipermainkan seperti ini. Lisa bersumpah akan melenyapkan Nayna secepatnya!Ponsel dengan logo apel yang tergigit itu akhirnya hancur. Cukup sudah teror itu menghancurkan kendali dirinya. Kali ini dia tidak akan tinggal diam lagi.“Aku akan menghancurkan kamu untuk kedua kalinya, Nayna!”Sedang nama yang menjadi objek sumpah itu bersandar di balik dinding yang tidak terlihat di lantai tiga. Mengamati Rama yang masih berdiri kaku di tengah lorong dengan sorot mata yang kelewat bingung. Ada kecemasan dan ketakutan dalam bola matanya yang selalu menatap ramah itu.“Maaf, kamu harus menderita dulu, Rama.”Nayna memaku kakinya di atas lantai, semata untuk menghentikan dirinya agar tak menghampiri lelaki itu. Kedua
Baca selengkapnya
Istri Kamu Menggoda Suamiku
Meskipun ide itu terdengar cemerlang, tapi Rama masih memegang prinsipnya bahwa kesalahpahaman Lisa akan semakin menjadi-jadi jika dia malah mengundang Ayna ke rumah mereka secara pribadi. Lisa akan mengira jika mereka memang dekat. “Saya menghargai niat Anda, Ayna, tapi saya akan menyelesaikannya sendiri.”“Baiklah. Kapan pun Anda berubah pikiran, saya siap bertemu dengan istri Anda kapan saja.”Rama mengangguk, masih sibuk dengan pikirannya ketika Nayna berdiri. “Ini adalah hari terakhir saya bertemu dengan Anda, karena Anda akan pergi besok.”“Tidak, saya akan tetap di sini menyelesaikan semuanya.”Nayna memberikan anggukan setuju. “Anda juga masih punya utang tiga hari melayani saya.”“Saya akan mengingatnya.”Rama tidak lagi memberikan respons. Segala keramahannya berganti dengan kekalutan. Mata hangatnya berubah penuh kecemasan. Ia tidak m
Baca selengkapnya
Wajah Asli Istri Tersayang
Malam ini Rama berusaha pulang lagi. Berharap Lisa akan melunak dan mau mendengarkan penjelasannya.Diketuknya pintu rumah untuk kesekian kalinya. Bel bahkan sudah ia pencet puluhan kali. Sampai akhirnya Bik Sumi membuka pintu dengan ekspresi menyesal dan tidak enak.Bahu Bik Sumi melemas dengan kedua tangan yang saling meremas. “Maaf, Pak. Ibu bilang saya nggak boleh bukain pintu untuk Bapak. Tapi, saya nggak enak biarin Bapak terus ngetuk dan mencet bel begini.”Rama menarik napas dalam-dalam. “Nggak papa, Bik. Ini bukan kemauan Bibik.” Ia mengintip ke dalam. “Mana Lisa?”“Ibu belum pulang.”Rama melirik arlojinya. “Sudah jam sepuluh. Kenapa Lisa belum pulang?”“Saya juga nggak tahu, Pak. Ibu nggak bilang apa-apa.” Perempuan paruh baya berdaster merah jambu dengan motif kembang mawar itu masih menunduk takut-takut.“Ya sudah. Bibik boleh balik ke kamar.&rd
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status