All Chapters of Proyek Memikat Hati Suami: Chapter 31 - Chapter 40
52 Chapters
Perawatan Tubuh
Hari ini Arga pergi bekerja tanpa menyantap sarapan yang aku hidangkan di atas meja. Saat aku memberikan dia bekal makan siang, dia langsung menolaknya. Sikapnya kembali dingin padaku. Semalam, aku tidur seranjang dengannya. Tapi Arga, selalu memunggungiku. Dia bahkan tak bicara sedikitpun padaku. Aku sangat merasa sedih.Setelah dia pergi bekerja, aku terduduk lesu di teras rumah. Dia bahkan tak membiarkan aku menyalaminya. Wajahnya di penuhi amarah saat menatapku. Kala aku masih termenung sendirian, sebuah mobil memasuki halaman rumahku. Itu mobil Anita. Mobil yang Arga hadiahkan padanya. Anita keluar dari mobil dan langsung berjalan lurus menuju ke arahku."Ada apa kamu ke sini? Mas Arga sudah pergi bekerja!" ucapku dengan malas."Aku ke sini bukan untuk bertemu Arga, tapi untuk bertemu denganmu!" jawabnya dengan sinis."Untuk apa kamu menemuiku? Kita tidak punya alasan apapun untuk bertemu!" Ku pandangi Anita yang berdiri
Read more
Penampilan Berbeda
Setelah selesai memasak, hari sudah jam setengah empat sore. Pihak salon juga sudah menghubungiku. Mereka akan segera sampai. Aku juga sudah selesai mandi dan sholat Ashar."Silahkan masuk, Mbak!" ucapku pada mereka yang tengah menjinjing peralatan untuk perawatanku."Kita langsung saja ya, Mbak! Dimana kita akan melakukan perawatan?" tanya salah seorang dari mereka."Ayo ikuti saya! Kita lakukan di kamar tamu saja," jawabku dengan senyum kecil di wajahku.Seperti perkataan Vani. Hari ini aku di manjakan dengan perawatan seluruh tubuh, mulai dari wajah, rambut, kuku serta yang terakhir make up."Mbak biasanya perawatan di mana?" tanya salah seorang dari mereka."Aku jarang perawatan, Mbak! Hanya di acara-acara penting saja aku jalani perawatan serta make up," jawabku dengan jujur."Wah, nggak menyangka ya? Aku kira Mbak rajin perawatan. Wajah serta rambut Mbak bagus," pujinya. "Aku termasuk orang yang malas kal
Read more
Terperangkap Pesonaku
"Ayo makan, Mas!" Ku taruh sesendok nasi merah di atas piring Arga. Lalu sepotong Ayam kecap dan satu buah perkedel kentang ke atas piring Arga."Cukup," ucap Arga. "Mas nggak mau lalapan?" ku tunjuk sayur dan mentimun yang ada atas meja. "Nanti mas ambil," jawabnya.Aku juga mulai mengisi piringku dengan makanan, lalu mulai menikmatinya.Sesekali Arga melirik padaku, di sela-sela suapannya. "Kenapa melirikku seperti itu?" tanyaku."Hanya memastikan kalau yang di hadapanku itu kamu!" balasnya."Emang aku sangat berbeda ya?" "Iya, semuanya berbeda. Aku tak pernah membayangkan kalau kamu bisa tampil seperti ini," jawabnya.Aku tersenyum kecil padanya. "Kan sudah pernah aku katakan pada, Mas. Aku bisa tampil cantik seperti kemauan Mas kalau aku mau," ucapku."Jadi, kalau tiap hari kamu berpenampilan seperti ini, bisa kan?"Aku memandangi Arga saat dia mengatakan itu
Read more
Ajakan Arga
"Sayang, aku tergila-gila padamu!" ucap Arga sambil mendaratkan sentuhan lembut di bibirku. Aku tersenyum bahagia saat dia mengatakan itu. "Aku juga tergila-gila padamu," balasku.Arga lalu mencabut miliknya dariku. Lalu berbaring di sebelahku. Dia menghadap padaku sambil memeluk tubuhku."Kamu sangat mengerti dengan keinginanku, Susan! Sungguh aku terperangkap dalam jebakanmu," Dia memainkan bukit kembar milikku."Aku tidak menjebakmu, sayang! Aku hanya berupaya menyenangkan suamiku," balasku.Arga tersenyum bahagia, dia melabuhkan kembali sentuhan lembut di bibirku. Aku membelai wajah Arga dengan penuh cinta. Sungguh, aku sangat mencintai dia. Rasanya aku tidak bisa hidup tanpanya. "Mari istirahat sebentar, sayang? Aku ingin melakukannya lagi nanti," Arga berucap dengan sangat manja. Aku membiarkan Arga tidur sambil memeluk tubuhku. Malam ini sangat membahagiakan bagiku.Aku memindahkan kepala Arga dari bahuku saat d
Read more
Arga Mulai Perhatian
"Ooo... jadi ini Susan yang sering kamu ceritakan padaku dulu? Yang membuatmu tak berselera makan. Gara-gara dia juga kita pernah begadang semalaman hanya untuk membicarakan cara untuk meluluhkan hatinya?" tanya Arga seakan tak percaya."Iya, betul sekali. Dan sekarang aku tambah syok saat mendengar bahwa dia adalah istrimu!" tatapan Radit masih tertuju padaku. Hingga membuatku salah tingkah. Aku benar-benar tak menyangka bahwa Radit segitunya menginginkan aku menjadi kekasihnya saat kuliah dulu. Aku hanya tak mau pacaran saat kuliah. Jadi, siapapun yang berniat mendekatiku tak satupun yang aku gubris. Aku malah menjauh atau bahkan bersikap dingin pada mereka saat tahu mereka memendam perasaan padaku."Ya, kami menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tua kami," ucap Arga sambil melirik padaku. "Kamu beruntung sekali mendapatkan Susan, Bro! Semasa kuliah, bukan hanya aku yang berusaha meluluhkan hatinya. Banyak sekali teman-teman seangkatan a
Read more
Semua Karena Saham
"Mas, kenapa kamu masih membiarkan dia tidur di kamarmu? Kan aku sudah bilang dari kemaren bahwa aku tidak suka!" hardik Anita dengan marah."Biarkan saja! Dia itu istri sahnya aku! Aku juga butuh kehangatan di malam hari!" "Mas, aku tidak terima ini! Kamu sudah berjanji untuk menikahiku setelah bercerai dari dia! Aku tidak rela kamu tidur dengannya!" ucap Anita dengan keras."Sudahlah, jangan marah. Mas hanya mencintai kamu, Susan hanyalah tempat mas menyalurkan hasrat saat mas butuh!" bujuk Arga pada Anita. Hatiku sangat sakit mendengar ucapan Arga. Apa dia pikir aku tidak punya perasaan? Tapi, sekuat tenaga aku kendalikan kemarahan itu. Aku akan membuat Arga tergila-gila padaku hingga Anita atau siapapun itu tidak bisa merebutnya dariku.Aku masuk ke kamar, sedikit membiarkan pintu terbuka agar aku masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di luar sana."Sampai kapan seperti ini, Mas? Aku tidak tahan lagi melihat kedekatan kalian
Read more
Persyaratan Dari Papa
Hari ini Arga pulang kantor lebih cepat dari biasanya. Aku tengah menyapu lantai rumah saat Arga masuk ke rumah."Mas? Tumben jam segini sudah pulang kantor?""Nggak, hari ini tidak terlalu banyak kerjaan di kantor. Lagian aku ingin ngajakin kamu ke rumah Mama dan Papa. Papa juga sudah pulang sejak tadi. Ayo, sana! Cepet ganti baju, kita akan kesana sekarang!"Aku menggenggam sapu yang ada di tangan dengan sedikit keras. Ada perasaan takut saat Arga mengatakan itu. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika kali ini Papa menuruti keinginan Arga? Bagaimana dengan nasibku?"Ayo, Susan! Kok malah bengong? Sana!" Arga membuyarkan lamunanku."Tunggu bentar, Mas!" Aku segera berjalan memasuki kamar untuk berganti pakaian. Setelah selesai, Arga langsung mengajakku menaiki mobilnya untuk menemui Mama dan Papa.Sepanjang jalan, pikiranku di selimuti kecemasan. Ucapan Arga dan Anita terngiang-ngiang di telingaku. Mereka akan sege
Read more
Anita Dengan Siapa?
Aku tak tahu kapan Arga pulang dan masuk ke kamar. Aku sudah terlelap saat dia mulai menyentuh tubuhku dan berusaha membuatku bangun."Mas, sudah pulang?" Aku mengucek mata saat melihat dia ada di sebelahku."Sudah!" jawabnya dengan suara berat.Tangannya mulai bergerak nakal di bagian sensitive milikku. Walau aku belum sadar betul, ku biarkan Arga melakukan itu semua. Aku tak mengerti dengan dirinya. Setelah pulang larut malam, dia malah langsung seperti itu. Apa pertemuannya dengan Anita berjalan buruk? Apakah Anita marah setelah tahu keputusan Papa? Pikiranku masih bergulat dengan dugaan itu saat Arga mulai melancarkan serangannya. Arga terkapar setelah mencapai puncak kepuasannya. Aku memandangi wajahnya yang langsung terlelap setelah pergulatan yang menguras energi itu. Apa yang sebenarnya terjadi?Di pagi hari, Arga bersikap biasa saja. Dia memakan sarapannya lalu meraih kotak bekal makan siang yang aku berikan padanya. D
Read more
Transferan Untuk Anita
Setelah makan, aku sengaja mengajak Vani untuk masuk ke dalam bioskop. Sekedar duduk-duduk di ruang tunggu bioskop berharap bisa melihat Anita lagi. Lagipula, ada Vani sekarang. Aku bisa menggunakan handphonenya untuk mengambil gambar Anita dengan kekasihnya itu. "Sampai kapan kita duduk di sini, Susan? Ini sudah dua jam sejak kamu melihat dia. Kalau dia beneran langsung masuk ke dalam bioskop, mereka pasti sudah keluar sekarang," ujar Vani sedikit kesal. "Mereka kok nggak kelihatan lagi ya, Van? Aku yakin sekali tadi melihat dia ngantri buat masuk ke dalam gedung bioskop ini.""Mungkin mereka nggak jadi nonton, atau sudah keluar bioskop tanpa kita sadari. Pengunjung sebanyak ini mana mungkin bisa kita perhatikan semuanya," ujar Vani.Aku memasang wajah masam. Kecewa sekali karena tidak bisa mendapatkan bukti apapun."Ya sudah, kita pergi saja!" jawabku sambil berdiri dan merapikan bajuku."Nah, gitu dong! Kita kesini buat ngil
Read more
Mencari Kebenaran
"Mas, kamu jangan bodoh! Jangan mau di permainkan Anita seperti itu! Selama ini sudah banyak barang yang kamu berikan padanya. Sekarang malah uang, apa kamu tidak bisa berpikir?" "Aku mencintai Anita. Aku senang bisa memanjakan dia. Bilang saja kamu iri!" ujarnya.Aku langsung terdiam mendengar ucapan Arga. Memang benar ucapan Arga. Aku iri dengan semua perhatian dan materi yang dia berikan pada Anita. Untuk Anita, Arga sudah membelikan dia mobil yang mahal sekarang malah uang sebanyak itu.Padahal jika untukku, Arga malah belum pernah memberikan aku transferan sebanyak itu. Paling banyak 50 juta, dan itupun karena aku merubah penampilan kemaren. Bahkan dia tega membiarkan aku kemana-mana hanya menggunakan taksi. Sungguh itu tidak adil."Tentu saja aku iri, Mas! Untukku yang istri sahmu saja tidak pernah kamu perlakukan istimewa seperti itu. Bahkan kamu tidak peduli sedikitpun saat aku kemana-mana harus menggunakan taksi," jawabku dengan wajah me
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status